Sukses

Bom Meledak Saat Warga yang Menemukan Hendak Berikan ke Milisi RD Kongo, 9 Orang Tewas

Insiden ledakan bom terjadi di wilayah Kongo Utara yang mayoritas dikuasai kelompok bersenjata.

Liputan6.com, Kinshasa - Sedikitnya sembilan orang tewas dan 16 lainnya luka-luka setelah sebuah alat peledak secara tidak sengaja meledak di sebuah lapangan di Republik Demokratik Kongo (DRC) yang dilanda konflik.

Dilansir Al Jazeera, Jumat (21/7/2023), ledakan itu terjadi pada Rabu (19/7) malam di Lubwe Sud di wilayah Rutshuru, Provinsi Kivu Utara.

Seorang perawat di klinik terdekat mengonfirmasi jumlah korban dan menjelaskan bahwa dua orang tewas di tempat dan tujuh kemudian meninggal karena luka mereka. Sementara itu, beberapa dari 16 orang yang terluka berada dalam kondisi kritis.

Justin Mwangaza, seorang tokoh masyarakat sipil setempat, mengatakan seorang warga sipil mengambil sebuah bom di lapangan dan memberikannya kepada seorang milisi dan kemudian meledak.

Insiden ledakan itu terjadi di wilayah yang dikuasai oleh kelompok bersenjata selama bertahun-tahun. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dikuasai Kelompok Bersenjata

Kelompok bersenjata telah menguasai sebagian besar wilayah DRC timur selama beberapa dekade. Itu merupakan warisan perang regional yang terjadi selama tahun 1990-an hingga 2000-an. Menurut hitungan PBB, ada sebanyak 120 kelompok di wilayah tersebut.

Salah satu kelompok tersebut, M23, telah merebut sebagian besar wilayah di Kivu Utara sejak mengangkat senjata lagi pada akhir 2021 setelah bertahun-tahun tidak aktif.

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), kampanye pemberontak telah menelantarkan lebih dari satu juta orang.

Dalam laporan Juni 2023, Human Rights Watch (HRW) lebih lanjut menuduh kelompok itu melakukan pembunuhan, pemerkosaan, dan "kejahatan perang lainnya" dalam beberapa bulan terakhir.

Di sisi lain, pakar independen PBB, pemerintah DRC dan beberapa negara barat termasuk Amerika Serikat dan Prancis menuduh Rwanda secara aktif mendukung M23, meskipun ada penolakan dari Kigali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini