Sukses

8 Juni 2008: Pembantaian Berdarah di Akibahara Jepang Tewaskan 7 Orang, Pelaku Dihukum Gantung

Lelaki yang berumur 25 tahun saat melakukan pembantaian, menabrakkan truknya ke warga dan menusuk mereka dengan pisau.

Liputan6.com, Tokyo - Peristiwa berdarah tercatat dalam sejarah Jepang hari ini. Salah satu warganya membunuh setidaknya tujuh orang serta melukai 10 orang lainnya. Konon alasannya karena lelah hidup.

Melansir The Guardian, pria yang disebut seorang penyendiri itu melakukan aksinya di Tokyo, Minggu, 8 Juni 2008. Ia menyerang dengan brutal menggunakan senjata pisau.

Kabar mengerikan ini mengejutkan seantero Jepang, yang memiliki reputasi sebagai salah satu negara teraman di dunia.

Polisi kemudian mengidentifikasi pelaku Akihabara massacre atau pembantaian Akihabara, pria bernama Tomohiro Kato, berumur 25 tahun.

Ribuan orang yang sedang belanja melarikan diri saat Tomohiro Kato menabrakkan truk yang disewanya ke sekelompok pejalan kaki di sepanjang jalan utama Distrik Akihabara.

Distrik itu merupakan pusat budaya geek (kutu buku) Jepang. Dengan daya tariknya yaitu toko komik dan gadget murah juga kafe role-play. tentunya banyak orang mengunjungi tempat itu setiap harinya.

Saksi menggambarkan bagaimana Kato keluar dari kendaraan dan berulang kali menikam seorang pria yang ditabraknya hanya beberapa detik sebelumnya. 

Beberapa menit kemudian jalan dipenuhi oleh pembeli yang terluka, beberapa berlumuran darah.

Warga yang berada di lokasi ketakutan dan mencari perlindungan di toko-toko terdekat. 

"Benar-benar panik," kata Yoshiaki Tsuchiya (43) kepada Guardian.

"Orang-orang berlarian ke mana-mana," tambahnya.

Seorang petugas di toko komputer bekas beberapa meter dari tempat kejadian juga memberi kesaksian.

"Saya keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ada orang berlarian ke segala arah dan kemudian saya melihat pelakunya. Ia tidak berlari, hanya berjalan dengan cara yang sangat aneh," jelas sang penjaga toko.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ingin Membunuh Orang Sebanyak Mungkin

Laporan awal mengatakan Kato berasal dari Susono, sebuah kota di Prefektur Shizuoka sekitar 97 km selatan Tokyo.

Laporan itu menyebutkan bahwa Kato adalah anggota sindikat kejahatan yakuza.

Penyelidik meremehkan laporan tersebut, tetap menggambarkan Kato sebagai seorang penyendiri yang sakit hati. Juga meyakini bahwa pemuda 25 tahun itu pergi ke Akihabara dari rumahnya dengan satu-satunya tujuan untuk membunuh orang sebanyak mungkin.

Daily Mail menyebut Tomohiro Kato awalnya mengaku sebagai anggota sindikat kejahatan yakuza yang terkenal, tetapi kemudian mencabut pernyataannya.

“Tersangka memberi tahu polisi bahwa dia datang ke Akihabara untuk membunuh orang,” kata Jiro Akaogi, juru bicara kepolisian Tokyo mengutip dari The Guardian.

“Dia bilang dia lelah hidup. Dia bilang dia muak dengan segalanya,” tambah Akaogi. 

Kato dilaporkan mengatakan kepada polisi bahwa ia tidak peduli siapa yang dibunuhnya.

Saksi mata mengatakan bahwa seorang petugas polisi sempat mencoba menaklukkan Kato setelah mendengar kabar aksi penusukan itu. Kato dipukul dengan tongkat, tetapi tidak mempan.

Kato yang baru saja menjatuhkan senjatanya segera tidak berdaya ketika petugas mencabut pistolnya dan mengancam akan menembak.

3 dari 4 halaman

Ada 7 Korban Meninggal

Tayangan televisi menunjukkan Kato dengan wajah berlumuran darah dibawa pergi oleh polisi.

Para pengunjung toko juga kru ambulans terlihat bersembunyi di balik terpal hijau sembari berusaha mati-matian menyelamatkan para korban.

Korban meninggal adalah enam pria berusia antara 19 dan 74 tahun, dan seorang wanita berusia 21 tahun.

Sebagian besar dilaporkan meninggal karena luka tusukan, tetapi setidaknya dua dikatakan juga ditabrak oleh truk seberat dua ton milik Kato.

Saksi mata mengatakan Kato mendengus dan meraung saat ia menyerang pembeli.

"Ia berteriak sambil menikam orang secara acak," kata seorang wanita kepada NHK, salah satu outlet berita Jepang.

Shunichi Jingu (26), saksi lainnya, bahkan awalnya mengira hanya kecelakaan lalu lintas.

"Kemudian seorang pria keluar dari kendaraan dan mulai mengacungkan pisau," ucapnya.

Wilayah dengan banyak pertokoan yang populer itu tentu menjadi sasaran empuk Kato. ada ribuan pembeli dan wisatawan di hari Minggu.

Laporan mengatakan Kato tinggal di flat sewaan dan bekerja sebagai pekerja sementara di sebuah pabrik pembuat suku cadang mobil.

4 dari 4 halaman

Warga Merasa Tidak Aman Lagi

Menjelang sore, genangan air terlihat di beberapa bagian jalan di mana darah telah tersapu bersih. 

Ada lingkaran kapur di mana korban jatuh, dan sudut persimpangan telah diubah menjadi tempat suci sementara untuk orang mati dengan persembahan bunga lili putih, botol teh, dan dupa. 

Pembeli yang berkumpul di depan toko elektronik, di mana serangan itu dimulai, menyatukan tangan mereka dan membungkuk untuk berdoa.

Pekerja lokal mengatakan bahwa mereka tidak terkejut daerah tersebut menjadi tempat terjadinya kejahatan kekerasan. 

"Akihabara selalu menjadi berita karena populer di kalangan kutu buku," kata Kota Watanabe, seorang asisten toko. 

"Ini pilihan yang tepat untuk seseorang yang ingin mendapat perhatian," ucapnya.

Meskipun belum pernah terjadi sebelumnya, menurut Watanabe hanya menunggu waktu saja kejadian seperti ini terjadi. Kejadian ini tentu membuat warga merasa tidak aman lagi mengunjungi tempat itu.

Meskipun kejahatan dengan kekerasan masih jarang terjadi di Jepang, serangkaian serangan serupa memberikan pukulan serius bagi reputasi keamanannya. 

Pada Selasa 26 Juli 2022, delapan tahun setelah Kato dijatuhi hukuman mati, pemerintah memastikan telah memerintahkan eksekusinya.

"Kasus ini telah diadili sepenuhnya di pengadilan dan kesimpulan akhir pengadilan adalah hukuman mati... Saya telah sangat berhati-hati dalam mempertimbangkan kasus ini," kata Menteri Kehakiman Yoshihisa Furukawa pada konferensi pers seperti dikutip dari BBC.

Kato digantung di Tokyo Detention Centre (Pusat Penahanan Tokyo). Dia kehilangan peluang untuk meringankan hukuman di pengadilan tinggi Jepang pada tahun 2015.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini