Sukses

22 April 1993: Kasus Stephen Lawrence, Pembunuhan Bermotif Rasisme yang Mengguncang Inggris

Stephen Lawrence adalah seorang remaja kulit hitam Inggris dari Plumstead, London tenggara, yang dibunuh dalam serangan bermotif rasial saat menunggu bus di Well Hall Road, Eltham pada malam 22 April 1993.

Liputan6.com, London - Stephen Lawrence adalah pemuda berusia 18 tahun ketika ia diserang pada malam 22 April 1993.

Lawrence dan temannya Duwayne Brooks saat itu sedang menunggu di halte bus di Eltham, London, ketika sekelompok remaja kulit putih meneriakkan hinaan rasial kepada mereka dan kemudian menyerang mereka.

Meskipun Brooks berhasil melarikan diri tanpa cedera, kepala Lawrence dipukul dengan tongkat dan ditusuk, meninggalkan luka pisau 25 cm di lehernya yang menyebabkan pendarahan arteri.

Lawrence dan Brooks berhasil lari dari penyerang mereka, tetapi Lawrence pingsan di trotoar. Ia meninggal di rumah sakit pada malam yang sama.

Keesokan harinya, sepucuk surat tertinggal di kotak telepon berisi nama-nama tersangka penyerangan, yakni Luke Knight, Gary Dobson, Neil Acourt, Jamie Acourt, dan David Norris, yang telah dikaitkan dengan insiden rasis lainnya dan serangan pisau di daerah setempat.

Ternyata, Norris telah menikam Stacey Benefield sebulan sebelum pembunuhan Lawrence. Kelima pria yang disebut dalam surat itu lalu ditangkap dan Neil Acourt serta Knight didakwa melakukan pembunuhan setelah Duwayne Brooks mengidentifikasi mereka, demikian dilansir dari Crime and Investigation.

Kasus tersebut menyoroti ketegangan rasial di daerah tersebut. Stephen Lawrence adalah satu dari empat pemuda kulit hitam yang dibunuh di daerah itu dalam dua tahun.

Saat 700 pelayat berkumpul di upacara pemakaman Lawrence, ada seruan agar British National Party (BNP) atau Partai Nasional Inggris dibubarkan, sentimen digaungkan oleh pendeta yang memimpin pemakaman. Karena Aliansi Anti-Rasis juga menyerukan penutupan kantor pusat BNP di dekatnya, partai tersebut mengorganisir pawai melalui London.

Ketegangan tidak terbatas pada mereka yang ada di dalam komunitas kulit hitam, penyelidikan atas pembunuhan tersebut juga menghadapi kritik.

Brooks mengklaim bahwa seorang petugas di tempat kejadian mengancam akan memborgolnya karena ia menjadi histeris. Yang lain mempertanyakan apakah cercaan rasial benar-benar digunakan.

Saat itu, polisi mendapat kecaman karena tidak segera melakukan penyelidikan dari rumah ke rumah di sepanjang jalan tempat para pembunuh melarikan diri. Dua tersangka bahkan belakangan diketahui tinggal dekat dengan tempat kejadian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kasus Stephen Lawrence Tidak Digubris

Tiga bulan setelah pembunuhan terhadap Lawrence, dakwaan terhadap Acourt dan Knight dibatalkan pada Juli. Sebab, The Crown Prosecution Service (CPS) mengatakan bahwa bukti Brooks tidak dapat diandalkan.

Setahun kemudian, pada April 1994, CPS menolak untuk mengadili, dengan alasan tidak cukup bukti. Orang tua Lawrence, Neville dan Doreen, meluncurkan penuntutan pribadi terhadap Neil Acourt, Dobson dan Knight, tetapi hakim memutuskan bahwa bukti identifikasi Brooks tidak dapat diterima dan ketiga remaja tersebut dibebaskan.

Hampir empat tahun setelah kematian Stephen, pemeriksaannya berlanjut. Kelima tersangka muncul, tetapi menolak untuk menjawab pertanyaan. Putusan itu kembali sebagai pembunuhan yang melanggar hukum dalam 'serangan rasis yang tidak beralasan oleh lima pemuda'. Keesokan harinya, Daily Mail memuat foto-foto tersangka di halaman depan, menuduh mereka atas pembunuhan Stephen dan mengundang mereka untuk menuntut jika mereka salah.

Namun, terlepas dari putusan pemeriksaan, tuduhan masih belum dibuat. Meskipun penyelidikan dibuka pada 1998, di mana kelima tersangka diperintahkan untuk hadir dan memberikan bukti (dan dilempari oleh pengunjuk rasa), baru pada 2011 ketika dua tersangka, Dobson dan Norris, akhirnya didakwa dan dihukum diadili dalam pembunuhan itu. Mereka dinyatakan bersalah pada 2012.

3 dari 4 halaman

Mengapa Kelima Pelaku Butuh Waktu Lama untuk Dinyatakan Bersalah?

Para pelaku pembunuhan atas Stephen Lawrence butuh sekitar 20 tahun sejak kejadian untuk dinyatakan bersalah. Sebab, ketakutan akan korupsi membayangi penyelidikan.

John Davidson, yang pernah menjadi detektif senior pada penyelidikan pertama, dituduh menerima suap dari Clifford Norris, ayah dari salah satu tersangka, sebagai imbalan melindungi para pembunuh. Norris kemudian dibebaskan dari dakwaan.

Terungkap juga bahwa seorang petugas polisi yang menyamar telah memata-matai orang tua Lawrence ketika mereka berusaha meminta polisi untuk menyelidiki pembunuhan putra mereka dengan benar. Petugas kulit hitam menyamar sebagai juru kampanye anti-rasis selama empat tahun saat ia mengumpulkan informasi tentang keluarga tersebut. Keluarga Lawrence juga bukan satu-satunya keluarga kulit hitam yang menjadi sasaran polisi Metropolitan.

Pada 1997, mantan Sekretaris Negara Inggris Jack Straw membuka penyelidikan atas kematian Lawrence menggunakan laporan Macpherson. Disimpulkan bahwa penyelidikan telah 'dirusak oleh kombinasi ketidakmampuan profesional, rasisme institusional, dan kegagalan kepemimpinan'. Petugas dalam kepolisian Metropolitan dikritik dan diajukan rekomendasi khusus untuk mengatasi rasisme di masyarakat.

4 dari 4 halaman

Masih Adanya Rasisme terhadap Warga Kulit Hitam di Inggris

Sejumlah perubahan yang diusulkan dalam laporan Macpherson dilaksanakan, termasuk reformasi hukum yang memungkinkan tersangka yang dibebaskan untuk diadili kembali jika bukti baru terungkap.

Namun, sang ayah Neville Lawrence mengatakan kepada Guardian bahwa orang kulit hitam masih diperlakukan sebagai 'warga negara kelas dua' di Inggris, dengan mengatakan polisi tetap rasis secara institusional.

Penasihat komunitas kulit hitam mengklaim bahwa mereka masih dan kerap menjadi sasaran polisi. BBC menemukan bahwa masih ada ketidakpercayaan yang mendalam terhadap polisi di kalangan anak muda, dengan mantan petugas Met dan mantan ketua Asosiasi Polisi Kulit Hitam Nasional Leroy Logan dan Macpherson mengatakan masih banyak yang harus dilakukan.

Tidak hanya itu, tiga dari lima tersangka pembunuhan Stephen Lawrence tidak pernah dihukum karena kejahatan tersebut. Seseorang bahkan dianggap hidup bebas di dekat tempat serangan itu terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.