Sukses

15 April 1989: Tragedi Hillsborough, Kerusuhan Suporter Sepak Bola Perenggut 97 Nyawa

April 1989 menjadi bulan penuh duka bagi para penggemar sepak bola, khususnya fans Liverpool dan Nottingham Forest. Kerusuhan itu merenggut nyawa dan menyisakan luka mendalam.

Liputan6.com, Sheffield - April 1989 bukanlah waktu yang menyenangkan dan ingin dikenang bagi para penggemar sepak bola, khususnya suporter Liverpool dan Nottingham Forest.

Tragedi Hillsborough, insiden bentroknya suporter sepak bola yang mengakibatkan kematian 97 orang dan ratusan lainnya terluka.

Bentrok terjadi selama pertandingan di Stadion Hillsborough di Sheffield, Inggris, pada 15 April 1989.

Melansir Britannica, diketahui tragedi tersebut sebagian besarnya merupakan kesalahan dari pihak kepolisian.

Pertandingan semifinal Piala FA dijadwalkan antara Liverpool dan Nottingham Forest pada 15 April 1989, di Hillsborough. Tiket pertandingan terjual habis, awalnya diharapkan dapat menarik lebih dari 53.000 penggemar. 

Untuk mencegah hooliganisme, aksi fanatik suporter yang memicu kerusuhan atau kerusakan, akhirnya suporter kedua tim diarahkan untuk masuk dari berbagai sisi stadion. 

Pendukung Liverpool dengan tiket di tribun berdiri masuk dari sepanjang Leppings Lane. Setelah itu mereka akan melewati salah satu dari tujuh pintu putar. Lalu akan ada dua terowongan yang mengarahkan para suporter menuju tribun yang dikelilingi pagar tinggi dengan gerbang sempit.

Tribun tengah tiga dan empat diakses dari terowongan utama, sedangkan bagi suporter yang mendapatkan tempat duduk di tribun samping diarahkan untuk masuk melalui koridor yang lebih terpencil.

Namun, meskipun jumlah pintu di stadion terbilang banyak, jumlah penonton yang datang tetap tidak sebanding dengan pintu yang tersedia.

Jumlah pintu putar yang terbatas mengakibatkan kemacetan ketika sekitar 10.100 penonton mencoba memasuki stadion dari sisi Leppings Lane. 

Sekitar pukul 14.30, 30 menit sebelum pertandingan dimulai, lebih dari separuhnya masih berada di luar, kesulitan memasuki area stadion. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kronologi Picu 97 Orang Tewas dan Ratusan Lainnya Terluka

Pihak kepolisian pun mencari cara untuk mengatasi kemacetan tersebut. 

Inspektur Kepala Polisi, Yorkshire David Duckenfield, yang setidaknya memiliki pengalaman mengawasi pertandingan sepak bola di Hillsborough, menyetujui pembukaan pintu keluar C di sekitar pukul 14.52.

Sekitar 2.000 suporter akhirnya masuk melalui gerbang tersebut, dan meskipun tribun samping relatif kosong, mayoritas menuju ke terowongan utama dan tribun tiga dan empat yang sudah penuh sesak.

Saat para suporter berlarian menuju tribun tersebut, akhirnya terjadilah kerusuhan yang mematikan, penonton lain dengan panik berusaha untuk melarikan diri.

Sejumlah pejabat hukum bertugas awalnya mempercayai bahwa permasalahan ini hanya tentang suporter nakal.

Hingga kemudian baru lima menit setelah kickoff, pertandingan tiba-tiba dihentikan. 

Yang mengherankan adalah polisi tidak pernah sepenuhnya mengaktifkan prosedur untuk insiden besar. Ditambah, komunikasi dan koordinasi yang buruk semakin memperumit upaya penyelamatan, dan dalam banyak kasus para suporter turun tangan untuk memberikan bantuan dan perawatan medis. 

Total 97 orang tewas, salah satu korban meninggal pada tahun 1993 ketika dia dicabut dari alat bantu hidup, dan satu lagi mengalami kerusakan otak saat meninggal pada tahun 2021. 

Tak hanya korban tewas, lebih dari 760 orang terluka.

3 dari 4 halaman

Pihak Kepolisian Salahkan Suporter

Seusai bencana mematikan itu, polisi malah lempar tangan dan menyalahkan para fans Liverpool. Mereka dituduh mabuk dan tidak tertib. 

Selain itu, Duckenfield, mengklaim bahwa suporter telah memaksa membuka gerbang C, padahal laporan media mengatakan bahwa dirinyalah yang memutuskan membuka gerbang itu.

Laporan sementara tahun 1989, menetapkan kesalahan pada para pejabat hukum, terutama karena gagal menutup terowongan utama setelah tribun tiga dan empat mencapai kapasitas. 

Tahun berikutnya, pemeriksaan menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk mengajukan tuntutan pidana. 

Laporan koroner yang dirilis pada tahun 1991 menyatakan bahwa semua korban tewas adalah mereka yang tidak sempat terselamatkan pada pukul 15.15 waktu setempat, yaitu ketika ambulans pertama tiba. Ini berakibat pada menghalangi penyelidikan atas upaya penyelamatan. 

Disebutkan pula bahwa kematian yang terjadi pada hari itu dianggap tidak disengaja.

Penyelidikan terus berlanjut. Pada tahun 2009 sebuah panel independen dibentuk untuk meninjau tragedi tersebut. 

Tiga tahun kemudian diumumkan bahwa polisi telah terlibat dalam upaya menutup-nutupi, menyalahkan penggemar dan memalsukan laporan dalam upaya untuk menyembunyikan kesalahan mereka sendiri. 

Panel independen tersebut menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya alkohol, atau perilaku nakal, yang berperan dalam bencana tersebut.

Mereka menambahkan, sebanyak 41 kematian diyakini dapat dicegah jika upaya penyelamatan dilakukan dengan lebih baik.

Pada Desember 2012, pernyataan kematian tidak disengaja akhirnya dibatalkan.

4 dari 4 halaman

Pengadilan yang Berujung pada Pembebasan

Pemeriksaan lain dimulai pada tahun 2014, dan tahun berikutnya Inspektur Kepala Polisi, Yorkshire David Duckenfield bersaksi bahwa dia telah berbohong tentang suporter yang membuka gerbang C.

Duckenfield mempertahankan tuduhan tersebut untuk waktu yang lama padahal sudah didiskreditkan bertahun-tahun sebelumnya. 

Selain itu, ia juga mengakui kegagalannya menutup terowongan utama yang mengarah ke tribun pusat, yang secara langsung menjadi penyebab kerusuhan yang berakhir pada kematian. 

Pada tahun 2016 juri pengadilan menemukan bahwa 96 korban telah “dibunuh secara tidak sah”. 

Tuntutan pidana tahun berikutnya, yaitu pada 2017, diajukan terhadap enam orang yang diketahui memiliki andil dalam bencana tersebut. 

Duckenfield menghadapi 95 tuduhan pembunuhan, karena masalah hukum, ia tidak dapat dituntut atas korban yang meninggal pada tahun 1993. 

Meski sang inspektur kepala polisi itu mendapat begitu banyak tuntutan dan sempat diadili pada tahun 2019, pada akhirnya ia justru malah dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah.

Setelah itu, keenam orang lainnya pun ikut dibebaskan.

Satu-satunya orang yang dihukum adalah Graham Mackrell, petugas keamanan stadion. 

Pada 2019 Mackrell dinyatakan bersalah dan didenda karena gagal menyediakan pintu putar dalam jumlah yang memadai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.