Sukses

Rusia Serang Ukraina dengan 81 Rudal dan 8 Drone, 6 Orang Tewas dan Picu Momok Bencana Nuklir

Dari 81 rudal yang ditembakkan, enam di antaranya adalah rudal jelajah hipersonik Kinzhal, yang disebut Ukraina merupakan senjata paling canggih yang dimiliki Rusia.

Liputan6.com, Kyiv - Rentetan serangan lebih dari 80 rudal Rusia dan sejumlah kecil drone menghantam seluruh Ukraina pada Kamis (9/3/2023), menewaskan enam orang dan menyebabkan ratusan ribu orang hidup tanpa listrik.

Lima korban tewas terkonfirmasi di wilayah Lviv, sementara satu lainnya di wilayah Dnipropetrovsk.

Panglima Militer Ukraina Valerii Zaluzhnyi menuturkan bahwa secara keseluruhan, Rusia meluncurkan 81 rudal dan delapan drone Shahed buatan Iran.

"Tiga puluh empat rudal dicegat, demikian juga empat drone," katanya seperti dikutip dari AP, Jumat (10/3/2023).

Di antara senjata yang digunakan Rusia dalam serangan pada Kamis, termasuk enam rudal jelajah hipersonik Kinzhal.

"(Kinzhal) merupakan salah satu senjata paling canggih di gudang senjata Rusia," ungkap juru bicara angkatan udara Ukraina Yurii Ihnat seraya menambahkan bahwa pertahanan udara Ukraina tidak dapat mencegatnya.

Serangan Rusia itu dilaporkan turut membahayakan pembangkit nuklir terbesar di Eropa, dengan sempat membuatnya terputus dari jaringan listrik selama hampir setengah hari sebelum akhirnya disambungkan kembali. Reaktor nuklir membutuhkan daya konstan untuk menjalankan sistem pendingin guna menghindari kehancuran dan dampak serangan terbaru di fasilitas Zaporizhzhia kembali menimbulkan momok bencana nuklir.

Kepala badan pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan, pembangkit nuklir Zaporizhzhia yang dikendalikan Rusia kehilangan semua daya eksternal selama 11 jam setelah saluran listrik terakhirnya terputus menyusul serangan rudal. Grossi menekankan bahwa insiden tersebut sekali lagi menunjukkan betapa rapuh dan berbahayanya situasi ini bagi pembangkit tersebut.

Rusia dan Ukraina telah lama bertukar tuduhan tentang pelaku penyerangan terhadap fasilitas nuklir Zaporizhzhia. Kremlin sendiri telah menolak opsi demiliterisasi fasilitas tersebut dengan mengatakan, pasukannya diperlukan untuk melindunginya.

Sirene serangan udara meraung sepanjang malam saat serangan besar-besaran Rusia menargetkan wilayah yang luas, termasuk Ukraina barat, yang jauh dari garis depan perang. Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, serangan yang terjadi saat banyak orang tidur adalah upaya lain dari negara teroris untuk berperang melawan peradaban.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia: Itu Merupakan Serangan Balasan

Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan, serangan pada Kamis yang mereka klaim mengenai target militer, industri dan fasilitas energi, merupakan balasan atas serangan baru-baru ini ke wilayah Bryansk di Rusia barat oleh apa yang diklaim Moskow sebagai penyabot Ukraina.

Ukraina telah membantah klaim Moskow atas serangan terhadap Bryansk dan memperingatkan bahwa Moskow dapat menggunakan tuduhan itu untuk membenarkan peningkatan serangannya.

Pasukan Kremlin mulai menargetkan pasokan listrik Ukraina Oktober lalu. Langkah tersebut dinilai merupakan upaya untuk mendemoralisasi penduduk sipil dan memaksa Kyiv merundingkan perdamaian di bawah persyaratan Moskow. Serangan kemudian menjadi lebih jarang dan analis berspekulasi bahwa Rusia mungkin kehabisan amunisi.

Pengeboman besar-besaran Rusia terakhir terjadi pada 16 Februari.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.