Sukses

Iran Tangkap Tersangka Keracunan Misterius Lebih dari 5000 Anak

Kasus keracunan misterius pertama di Iran dilaporkan terjadi di Kota Qom pada akhir November 2022.

Liputan6.com, Teheran - Iran pada Selasa (7/3/2023) mengumumkan telah melakukan penangkapan pertama atas kasus keracunan misterius yang memengaruhi lebih dari 5.000 anak sejak akhir November 2022.

"Sejumlah orang telah ditangkap di lima provinsi dan otoritas terkait sedang melakukan penyelidikan penuh," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Majid Mirahmadi kepada televisi pemerintah seperti dikutip dari france24, Rabu (8/3).

Namun, Mirahmadi tidak mengidentifikasi mereka yang ditahan atau menguraikan kemungkinan motif apa pun.

Puluhan sekolah di Iran telah dilanda keracunan sejak akhir November, setelah melaporkan bau tak sedap di lingkungan sekolah. Beberapa bahkan terpaksa dirawat di rumah sakit.

"Dua puluh lima (dari 31) provinsi dan sekitar 230 sekolah terpengaruh dan lebih dari 5.000 anak perempuan dan laki-laki keracunan," ungkap anggota komite pencari fakta parlemen Mohammad-Hassan Asafari kepada kantor berita ISNA pada Senin (6/3).

"Berbagai tes sedang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab keracunan. Sejauh ini, belum ada informasi spesifik mengenai jenis racun yang digunakan."

Keracunan misterius telah memicu gelombang kemarahan dan tuntutan agar pihak berwenang bertindak. Fenomena ini juga membuat Barat menyerukan penyelidikan independen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Presiden Iran Klaim Keracunan Misterius sebagai 'Konspirasi musuh'

Pekan lalu, Presiden Ebrahim Raisi menugaskan kementerian dalam negeri dan intelijen untuk memberikan pembaruan terus-menerus tentang kasus keracunan, menjulukinya sebagai "konspirasi musuh untuk menciptakan ketakutan dan keputusasaan" di tengah masyarakat.

"Pada kurang dari lima persen siswa yang dipindahkan ke rumah sakit, ditemukan bahan-bahan iritan yang menyebabkan kesehatan mereka buruk," sebut Kementerian Dalam Negeri Iran dalam pembaruan terbarunya Senin.

"Untungnya, sejauh ini, tidak ada zat beracun atau berbahaya yang ditemukan pada salah satu siswa."

Wakil Menteri Kesehatan Saeed Karimi mengatakan, gejala yang dialami para siswa termasuk "iritasi pernapasan, sakit perut, lemah, dan lesu".

"Iritan yang dihirup ini belum tentu berupa gas tetapi bisa dalam bentuk bubuk atau pasta atau bahkan cairan, yang bila dituangkan di atas pemanas atau diuapkan oleh panas dapat menyebabkan komplikasi," tambahnya.

Kasus terbaru, yang dilaporkan oleh kantor berita ISNA, melibatkan 40 siswi di Kota Zahedan yang semuanya perempuan pada Selasa.

Keracunan pertama dilaporkan terjadi di Kota Qom pada akhir November 2022. Sementara itu, pada Selasa, jaksa Teheran Ali Salehi memperingatkan mereka yang menyebarkan kebohongan dan desas-desus tentang keracunan akan ditangani secara tegas dan legal.

"Dalam sepekan terakhir, kasus dan tuntutan pengadilan telah diajukan terhadap manajer media Hammihan, Rouydad24, dan Shargh, serta sejumlah individu," tambah Salehi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.