Sukses

Orang Jepang Makin Suka Tinggal di ASEAN, Indonesia Jadi Negara Favorit?

Warga ASEAN di Jepang disebut makin ramai, begitu pula kehadiran orang Jepang di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan antara Jepang dan ASEAN telah memasuki tahun ke-50. Yang terjalin tak hanya hubungan diplomatik dan bisnis, melainkan koneksi antar masyarakat.

Pakar hubungan internasional bahkan menyebut komunitas ASEAN semakin dominan di Jepang, sementara jumlah warga Jepang yang datang ke ASEAN semakin meroket berdasarkan data satu dekade terakhir. 

Hal itu diungkap oleh Aizawa Nobuhiro, profesor dari Universitas Kyushu. Aizawa merupakan anggota Panel Ahli di Persahabatan dan Kooperasi ASEAN-Jepang yang ke-50. 

"Pada populasi statistik 10 tahun, ada lebih banyak orang Jepang yang tinggal di Asia Tenggara," ujar Aizawa kepada Liputan6.com di sela acara Simposium Komemoratif untuk Persahabatan dan Kooperasi ASEAN-Jepang ke-50 yang digelar di Jakarta, Senin (13/2/2023). 

Aizawa berkata tujuan favorit orang-orang Jepang adalah Vietnam. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah orang Jepang yang tinggal Vietnam naik dua kali lipat. 

"Indonesia yang paling sedikit saat ini," ucap Aizawa yang menyebut kenaikkan warga Jepang di Indonesia hanya 20 persen saja.

Hal lain yang disorot Aizawa adalah berkurangnya minat masyarakat Jepang yang tinggal di China ketimbang yang ingin di ASEAN. 

"Untuk memberikanmu perbandingan, orang Jepang banyak yang tinggal di China. Ada pengurangan 30 persen. Di Asia Tenggara naik 40 persen," ungkapnya. 

Networking untuk Menjalin Hubungan Bisnis

Lebih lanjut, Aizawa berkata ASEAN menjadi tujuan favorit bagi warga Jepang muda yang ingin berusaha memulai bisnis. Aizawa berkata hal itu dipicu oleh persahabatan orang-orang Jepang dengan orang asing, seperti di universitas. Mereka lantas sepakat membangun bisnis. 

Ketika ditanya bisnisnya di sektor apa saja, Aizawa berkata pebisnis Jepang hadir di segala sektor. Konektivitas itu juga yang disebut Aizawa sebagai tips apabila ingin berkarier di Jepang. 

"Cobalah untuk berjejaring," saran Aizawa. "Salah satu isunya adalah kamu tidak tahu di mana pekerjaannya, dan maka kamu bisa mulai di sini, di Jakarta, ada banyak orang-orang Jepang yang berkaitan dengan semua perusahaan-perusahaan baru, termasuk di Jepang juga."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ramalan Musim Sakura 2023: Waktu dan Tempat Melihatnya di Seluruh Jepang

Sementara itu, bagi yang ingin liburan ke Jepang pada musim semi 2023, Badan Meteorologi Jepang (JMC) telah merilis perkiraan waktu pohon sakura akan berbunga dan mekar di sekitar seribu lokasi pengamatan di seantero Jepang tahun ini.

Menurut perkiraan kedua JMC pada 26 Januari 2023, seperti dikutip dari CNA, Jumat (3/2/2023), tanggal berbunga paling awal untuk bunga sakura akan berlangsung di Tokyo pada 21 Maret 2023, dengan mekar penuh pada 29 Maret 2023.

Sementara untuk kota-kota populer lain, seperti Kyoto dan Osaka, tanggal pembungaan diperkirakan masing-masing berlangsung pada 27 dan 28 Maret 2023. Bunga sakura di kedua kota tersebut diperkirakan akan mekar penuh pada 4 April 2023.

Di Sapporo, ibu kota wilayah Hokkaido, bunga sakura diperkirakan mulai berbunga pada 29 April 2023, dengan perkiraan tanggal mekar penuh pada 2 Mei 2023. JMC menulis di situs webnya, "Tanggal berbunga dan mekar penuh bunga sakura bergantung pada pola suhu dari musim gugur tahun sebelumnya."

"Tunas bunga sakura terbentuk selama musim panas tahun sebelumnya," sebutnya, menambahkan bahwa proses mekar bunga hingga memunculkan warna merah muda harus melalui dua proses: dormansi dan pertumbuhan, sebelum berbunga.

Mereka menambahkan bahwa perkiraan tanggal berbunga dan mekar penuh bunga sakura didasarkan pada suhu rendah selama musim gugur dan musim dingin, status pertumbuhan pohon sakura, suhu kumulatif, dan data masa lalu untuk setiap area. Pembaruan prediksi musim sakura 2023 JMC berikutnya akan dirilis pada 9 Februari 2023.

3 dari 4 halaman

Musim Sakura Pertama Dibuka untuk Publik Sejak Pendemi COVID-19

Sejak pandemi COVID-19, ini merupakan kali pertama pelancong asing bisa berkunjung ke Jepang selama musim sakura. Negeri Sakura baru membuka gerbang perbatasan mereka untuk wisatawan mancanegara mandiri pada Oktober 2022.

Sejak itu, kata Direktur Eksekutif Japan National Tourism Organization (JNTO) Jakarta, Tamaki Hatakenaka, saat jumpa pers di bilangan Jakarta Selatan, 26 Januari 203, jumlah wisatawan mancanegara terus meningkat. Berdasarkan data, jumlahnya mencapai 500 ribu turis pada Oktober 2022, 1 juta pada November 2022, dan 1,4 juta pada Desember 2022.

"Dari Indonesia, jumlahnya meningkat jadi 11 ribu pada Oktober 2022, 17 ribu pada November 2022, dan 34 ribu pada Desember 2022," ia mengatakan.

Sebelumnya, Japan Today, mencatat bahwa tahun 2021 mencatat rekor tercepat mekarnya sakura selama 70 tahun terakhir. Para ahli memperkirakan hal itu terjadi akibat perubahan iklim.

Pada tahun-tahun sebelumnya, puncak musim sakura bersamaan dengan perayaan tahun ajaran baru atau awal kegiatan bisnis. Belakangan, momennya semakin maju dan pada 2021, bunga sakura menghilang sebelum hari pertama sekolah dimulai.

Di Kyoto, misalnya, puncak sakura mekar pada 2021 terjadi pada 26 Maret, jadi yang tercepat sejak JMC mengumpulkan data sejak 1953 dan 10 hari lebih awal dari rata-rata 30 tahun terakhir. Catatan yang sama juga ditemukan di lebih dari belasan kota di seluruh Jepang.

Beberapa bahkan mengatakan rekor itu melampaui catatan sejarah Kyoto di masa lampau yang merujuk pada dokumen bersejarah, diari, dan buku puisi.

4 dari 4 halaman

Waktu Mekar Lebih Singkat

Ahli lingkungan dari Universitas Prefektur Osaka, Yasuyuki Aono, menjelaskan, mekarnya bunga sakura tercepat terjadi pada 27 Maret pada 1612, 1409, dan 1236, berdasarkan catatan-catatan itu.

"Kami bisa bilang ini kemungkinan besar karena dampak pemanasan global," kata Shunji Anbe, seorang petugas di divisi observasi JMC saat itu.

Badan itu juga melacak 58 pohon sakura yang jadi acuan di seluruh negeri. Hasilnya, 40 di antaranya pada 2021 telah mencapai puncak mekarnya, sedangkan 14 batang lain bahkan berlangsung lebih singkat. Bunga sakura umumnya mekar selama dua minggu per tahun yang dihitung mulai dari kuncup pertama hingga semua bunga berguguran.

Bunga sakura disebut sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Maka, menurut Anbe, waktu mekarnya memberi data yang sangat berharga untuk studi perubahan iklim.

Berdasarkan data JMC, suhu rata-rata di bulan Maret meningkat 10,6 derajat celcius pada 2020 dari 8,6 derajat celcius pada 1953. Pada 2021, temperatur rata-rata bulan Maret di Jepang adalah 12,4 derajat celcius.

Tahun lalu, perayaan puncak musim sakura dibayangi kekhawatiran lonjakan kasus COVID-19. Di banyak taman saat itu, pengunjung diminta untuk tidak berkumpul di bawah pohon untuk piknik, yang merupakan cara tradisional merayakan musim sakura. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari langkah anti-virus.

Namun sekarang, seperti banyak wilayah lain di dunia, pandemi sudah lebih terkendali. Hatakenaka mengatakan bahwa saat ini, pelancong asing yang hendak masuk ke Jepang wajib sudah vaksin ke-3. "Asuransi perjalanan tidak wajib, tapi disarankan," tuturnya.

Ia menyambung, rute emas mereka, yakni Tokyo, Osaka, dan Kyoto ditambah Gunung Fuji masih jadi andalan. "Kami ingin mengingatkan kembali daya tarik rute populer ini," sebutnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.