Sukses

Amerika Serikat: Balon China Jelas untuk Memata-Matai

AS mengklaim China telah menggunakan balon mata-mata serupa untuk mengumpulkan informasi intelijen lebih dari 40 negara di lima benua.

Liputan6.com, Washington - Balon milik China yang terbang di atas wilayah Amerika Serikat (AS) selama lebih dari seminggu sebelum ditembak jatuh di atas Atlantik pada Sabtu (4/2/2023), membawa peralatan yang mampu melakukan geolokasi komunikasi.

Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Kamis (9/2), peralatan tersebut diidentifikasi oleh pesawat mata-mata U-2 yang dikirim untuk memeriksa balon tersebut.

"Peralatan yang terdapat di balon itu jelas untuk pengawasan intelijen dan tidak sesuai dengan perlengkapan yang ada di balon penelitian cuaca," kata pejabat AS tersebut seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (10/2). "Balon itu memiliki banyak antena... kemungkinan mampu mengumpulkan dan melakukan geolokasi komunikasi."

Pejabat tersebut menambahkan, "Balon itu dilengkapi dengan panel surya yang cukup besar untuk menghasilkan daya yang diperlukan untuk mengoperasikan sejumlah sensor pengumpulan intelijen aktif."

AS mengklaim China telah menggunakan balon mata-mata serupa untuk mengumpulkan informasi intelijen lebih dari 40 negara di lima benua.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kritik Terhadap Pemerintahan Biden

Pentagon sejauh ini bersikeras bahwa meskipun balon tersebut dilengkapi sejumlah peralatan, namun tetap tidak memberi China kemampuan pengumpulan intelijen.

Partai Republik mengkritik pemerintahan Joe Biden terkait penanganan temuan balon mata-mata ini. Pasalnya, pemerintah tidak langsung menembak jatuh balon mata-mata tersebut sebelum melintasi wilayah udara AS.

Pentagon sebelumnya mengatakan bahwa balon mata-mata itu tidak menghadirkan ancaman serius dan tidak dapat ditembak jatuh di darat karena khawatir menimbulkan korban.

Laporan CNN menyebutkan, pejabat dari Pentagon, Kementerian Luar Negeri, dan intelijen AS telah memberi pengarahan kepada anggota Kongres secara tertutup pada Kamis. Menurut mereka, balon mata-mata itu berhasil mengumpulkan sedikit informasi intelijen dan China langsung menghentikannya begitu AS mendeteksi kehadirannya.

AS, saat itu, dengan segera mengambil langkah-langkah untuk memblokir kemampuan pengumpulan informasi intelijen balon mata-mata tersebut.

3 dari 4 halaman

Tidak Ada Respons dari China

Ely Ratner, asisten menteri pertahanan untuk urusan keamanan Indo Pasifik, menuturkan bahwa Pentagon telah berupaya menghubungi pejabat di Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melalui saluran militer, namun tidak berhasil.

"Kami terus mengulurkan tangan, termasuk segera setelah balon ditembak jatuh," kata Ratner kepada Senat. "Sayangnya, hingga saat ini, PLA tidak menjawab panggilan tersebut."

Pemerintah tengah mempertimbangkan sanksi terhadap mereka yang terlibat insiden balon mata-mata, kemungkinan termasuk produsen balon, yang menurut Kementerian Luar Negeri AS adalah vendor yang disetujui PLA.

"Kami juga akan melihat upaya yang lebih luas untuk mengekspos dan mengatasi aktivitas pengawasan China yang lebih besar yang menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional, sekutu, dan mitra kami," ungkap Ratner.

Militer AS tidak memiliki wewenang untuk mengumpulkan intelijen di AS, sehingga dispensasi khusus diberikan untuk pesawat U-2 melakukan operasi kontra-pengawasan.

4 dari 4 halaman

Meninjau Kebijakan Terhadap China

Operasi pengumpulan serpihan balon mata-mata sedang dilakukan di lepas pantai South Carolina, tetapi pejabat FBI mengatakan sangat sedikit muatan peralatan balon sejauh ini yang telah ditemukan. Pecahan yang telah ditemukan sedang dibersihkan dari garam dan air asin.

Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman mengatakan pada Kamis pagi bahwa pemerintahan Biden sedang meninjau kebijakannya terhadap China dan akan berinvestasi secara diplomatis di Pasifik untuk melawan koersi China yang berkembang di Asia.

AS telah membuka kembali misi diplomatiknya di Kepulauan Solomon dan berniat mengirim kembali diplomat serta sukarelawan Peace Corps ke Tonga dan Kiribati.

"Benar bahwa cara hidup kita, demokrasi kita, keyakinan kita pada nilai-nilai kita, pada tatanan internasional berbasis aturan, sedang ditantang. Dan kita harus memenuhi tantangan itu," kata Sherman kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.