Sukses

Alasan Gempa Sangat Berbahaya, Bisa Picu Kerusakan Masif Seperti di Turki

Gempa yang mengguncang Turki kini menjadi pembahasan orang-orang secara global. Mengapa gempa begitu berbahaya?

Liputan6.com, Jakarta - Gempa dengan magnitudo 7,8 mengguncang Turki selatan dan Suriah utara pada 6 Februari 2023. 

Gempa tersebut dikabarkan telah menewaskan lebih dari 9.000 orang. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) sebelumnya memperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena proses pencarian korban serta evakuasi masih terus dilakukan.

Tidak hanya memakan banyak korban jiwa, reruntuhan gedung menjadi pemandangan umum setelah gempa Turki yang dahsyat tersebut. 

Menurut situs WHO, Rabu (8/2/2023), gempa bumi adalah goncangan tanah yang keras dan tiba-tiba, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

Selama berabad-abad, gempa bumi telah menyebabkan jutaan kematian dan kerusakan harta benda yang tidak terhitung banyaknya.

Tingkat kehancuran dan kerugian yang disebabkan oleh gempa bumi bergantung pada magnitudo, intensitas dan durasi, geologi setempat, waktu hari itu terjadi, desain atau bahan bangunan dan pabrik industri, serta langkah-langkah manajemen risiko yang diterapkan.

Semakin besar magnitudo gempanya, bencana alam ini bisa bertanggung jawab atas kematian dan banyak cedera. Gempa bumi yang skalanya sangat dahsyat terjadi rata-rata sekali dalam setahun.

WHO mengatakan bahwa gempa bumi dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, inilah bagian paling berbahaya dari gempa.

Melansir dari Britannica, bergantung pada intensitasnya, gempa bumi dapat merobohkan bangunan dan jembatan, merusak pipa gas dan infrastruktur lainnya, serta memicu tanah longsor, tsunami, dan gunung berapi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Magnitudo Gempa Diukur?

Magnitudo adalah ukuran amplitudo (tinggi) gelombang seismik yang dihasilkan oleh sumber gempa yang direkam oleh alat bernama seismograf.

Seismolog Charles F. Richter menciptakan skala magnitudo gempa menggunakan logaritma amplitudo gelombang seismik terbesar ke basis 10.

Skala Richter awalnya untuk mengukur magnitudo gempa bumi dari magnitudo 3 hingga 7, membatasi kegunaannya.

Skala Richter biasanya diberi nomor 1 hingga 10, meskipun tidak ada batas atas. Itu adalah logaritmik yang berarti, misalnya, gempa berkekuatan 5 adalah sepuluh kali lebih kuat daripada gempa berkekuatan 4.

Gempa bumi berkekuatan 1 sampai 2 terjadi secara teratur, dan sangat kecil sehingga orang tidak dapat merasakannya. Gempa bumi berkekuatan 7 lebih jarang terjadi tetapi sangat kuat, dan dapat menyebabkan banyak kerusakan, dilansir dari BBC. 

Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat terjadi di Chile pada 1960 yang berkekuatan 9,5 skala Richter.

Saat ini skala moment magnitude (magnitudo momen) lebih digunakan karena ukurannya yang lebih dekat dari pelepasan energi total gempa bumi.

 

3 dari 4 halaman

Penyebab Gempa Bumi Secara Umum

Kerak bumi terdiri dari 7 lempeng litosfer besar dan banyak lempeng kecil. Lempeng-lempeng ini bergerak menuju satu sama lain (batas konvergen), terpisah (batas divergen) atau melewati satu sama lain (batas transformasi).

Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan stres secara tiba-tiba di sepanjang patahan di kerak bumi, dilansir dari Swiss Seismological Service. Gerakan lempeng tektonik yang terus-menerus menyebabkan penumpukan tekanan yang stabil di strata batuan di kedua sisi patahan sampai tekanannya cukup besar sehingga dilepaskan dalam gerakan tersentak-sentak yang tiba-tiba.

Gelombang energi seismik yang dihasilkan merambat melalui tanah dan di atas permukaannya, menyebabkan guncangan yang kita anggap sebagai gempa bumi.

Terdapat 4 jenis gempa. Yang pertama adalah gempa tektonik, ini adalah gempa bumi yang disebabkan oleh lempeng tektonik. Gempa ini bertanggung jawab atas sebagian besar gempa bumi di seluruh dunia dan biasanya terjadi di perbatasan lempeng tektonik.

Kedua ada gempa yang diinduksi, gempa ini disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembangunan terowongan, pengisian waduk, dan pelaksanaan proyek panas bumi atau fracking.

Ketiga ada gempa vulkanik, gempa ini umumnya tidak sekuat gempa tektonik dan sering terjadi relatif dekat permukaan. Akibatnya, gempa ini biasanya hanya dirasakan di sekitar hiposenter.

Terakhir ada gempa runtuh, gempa yang dipicu oleh fenomena seperti gua. Kebanyakan di kawasan karst atau dekat dengan fasilitas pertambangan sebagai akibat dari amblesan.

4 dari 4 halaman

Jasad Korban Gempa Turki Bergelimpangan di Jalanan

Gempa adalah salah satu bencana alam yang begitu berbahaya.

Gempa meninggalkan Turki dalam keadaan yang destruktif.

Jasad korban tewas gempa Turki banyak ditinggalkan di jalanan ketika perburuan korban selamat terus berlanjut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa ribuan anak mungkin termasuk di antara yang tewas.

Di Kota Antakya, beberapa korban gempa Turki yang tewas bergelimpangan, terbaring di trotoar selama berjam-jam saat petugas penyelamat dan ambulans berjuang mengatasi skala bencana.

Sementara itu, mereka yang kehilangan anggota keluarga menyisir puing-puing mencari orang yang mereka cintai.

Sekelompok pria menggunakan palu godam dan alat lainnya menemukan jenazah pria dan gadis muda yang terjebak. Mereka memanggil penyelamat resmi untuk menggunakan alat-alat listrik untuk membantu, tetapi mereka mengatakan mereka harus berkonsentrasi pada yang hidup.

Orang-orang itu terus menggali sampai jasad-jasad itu bisa dikeluarkan.

Baca selebihnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.