Sukses

Cara Pemerintah Jepang Minimalisir Dampak Gempa dan Tsunami

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa magnitudo 7,1 mengguncang Melonguane, Sulawesi Utara (Sulut) pada Rabu, (18/1/2023) pukul 13.06 WIB.

Liputan6.com, Melonguane - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa magnitudo 7,1 (sebelumnya disebut bermagnitudo 7) mengguncang Melonguane, Sulawesi Utara (Sulut) pada Rabu, (18/1/2023) pukul 13.06 WIB.

BMKG menyebutkan, gempa Melonguane tersebut tidak berpotensi tsunami.

Adapun lokasi gempa pada koordinat 2.80 Lintang Utara (LU), 127.11 Bujur Timur (BT). Pusat gempa bumi berada di laut 141 KM Tenggara Melonguane, Sulawesi Utara.

Gempa sering melanda wilayah di Indonesia yang memang berada di Ring of Fire (Cincin Api). Sama seperti Indonesia, Jepang juga menjadi negara dengan kerap dilanda bencana tersebut.

Namun, Jepang dianggap sebagai negara yang mampu beradaptasi dengan bencana tersebut lewat sejumlah inovasinya.

Pada saat Sulawesi Tengah dilanda gempa tahun 2018 silam, Perwakilan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) Goto Shinya mengakui hal tersebut.

Dia menilai Indonesia dan Jepang memiliki lingkungan serta memiliki potensi yang sama terkait gempa dan tsunami.

"Kita (Jepang dan Indonesia) memiliki lingkungan yang sama dan banyak mengalami gempa bumi, tensinya juga sangat sering," kata Goto.

Akan tetapi, jika melihat dari jumlah korban, semakin zaman berganti, negara Jepang perlahan bisa mengurangi jumlah korban tersebut secara signifikan.

Tercatat, ada sekitar lima gempa besar dengan korban meninggal cukup besar yang sempat mengguncang Jepang, yakni pada November 684 (100-1.000 jiwa), 1 September 1923 (142.800 jiwa), 17 Januari 1995 (6.434 jiwa), 11 Maret 2011 (15.894 jiwa) dan 22 November 2016 (15 luka).

Sementara untuk gempa yang disusul tsunami, Jepang tercatat pernah enam kali mengalami tsunami dengan jumlah korban meninggal cukup besar yakni pada 20 September 1498 (sekitar 31.000 jiwa), 18 Januari 1586 (8.000 jiwa), 28 Oktober 1707 (30.000 jiwa), 24 April 1771 (13.486 jiwa), 15 Juni 1896 (27.122 jiwa) dan Maret 2011 (sekitar 2.000 jiwa).

"Ya kami cukup bisa menurunkan jumlah korban. Karena kami telah siap menghadapinya," ujar Goto.

Faktor pertama, ucap Goto, adalah kondisi bangunan di Jepang yang memiliki struktur cukup kuat untuk menahan gempa bumi.

"Akan tetapi yang utama dan terpenting, adalah komponen halusnya, yakni persiapan manusianya," tutur Goto.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pengetahuan Gempa

Di Jepang, kata Goto, karena seringnya diguncang gempa, mereka mempersiapkan masyarakat Jepang agar tanggap terhadap bencana alam yang terus mengintai mereka yang dimulai sejak tingkat taman kanak-kanak dengan sistem pendidikan yang dimasukan unsur-unsur pengetahuan dalam menghadapi bencana.

Ada dua hal memang yang harus dipersiapkan dalam mengantisipasi korban dari bencana besar yakni pengaturan infrastruktur secara cermat dan persiapan pada manusianya seperti memberi pengetahuan dan latihan.

"Di Jepang kami lakukan ini, karena kami banyak ditimpa oleh bencana gempa dan tsunami," tutur Goto menambahkan.

Sebelumnya, pada Jumat, 28 , terjadi gempa begitu besar yang mengguncang wilayah Palu dengan kekuatan 7,4 magnitudo yang disusul dengan terjangan gelombang tsunami setinggi tiga hingga empat meter di sepanjang garis pantai Donggala hingga kota Palu dan menyebabkan ribuan orang menjadi korban.

3 dari 5 halaman

Gempa Melonguane Jadi Sorotan Media Asing

Sebelumnya, situs berita asing segera mengabarkan gempa tersebut.

Situs berita China CGTN dalam artikel berjudul "No tsunami potential after M7.1 quake strikes off Sulawesi" disebutkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

"Tidak ada potensi tsunami," tulis kantor berita tersebut, Rabu (18/1/2023).

Situs Washington Post juga ikut menyoroti peringatan tidak ada potensi tsunami pasca-gempa.

"Tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia," tulis washingtonpost dalam artikel berjudul "Deep 6.1 earthquake shakes east Indonesia, no known damage."

Media asal Amerika Serikat tersebut menyertakan informasi bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang luas dan rumah bagi lebih dari 270 juta orang.

"Indonesia sering dilanda gempa bumi dan letusan gunung berapi karena lokasinya di Ring of Fire," tulis media tersebut.

Media Bloomberg juga ikut membahas gempa hari ini yang terjadi di Indonesia.

"Gempa tersebut terjadi pada kedalaman 64 kilometer di lepas pantai kota Manado di Sulawesi Utara dan dekat dengan pulau tetangga Halmahera."

"Pulau-pulau tersebut adalah rumah bagi cadangan nikel terbesar Indonesia serta pabrik peleburan dan kilang yang menjadi inti dari dorongan Presiden Joko Widodo untuk memurnikan logam baterai dan membuat kendaraan listrik," tulis Bloomberg di artikel "Magnitude 7.1 Earthquake Off Indonesia Sparks Tsunami Warning".

4 dari 5 halaman

Antisipasi Gempa Bumi

Berikut ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.

Sebelum:

- Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempabumi.

- Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.

- Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.

- Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.

- Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.

- Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempa bumi terjadi

- Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.

- Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

- Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

5 dari 5 halaman

Saat dan Sesudah Terjadi Gempa

Saat Terjadi Gempa:

- Jika Anda berada dalam bangunan: lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan, lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.

- Jika berada di luar bangunan atau area terbuka: Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.

- Jika Anda sedang mengendarai mobil: keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

- Jika Anda tinggal atau berada di pantai: jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.

- Jika Anda tinggal di daerah pegunungan: apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.    

Sesudah Gempa:

- Jika Anda berada di dalam bangunan: keluar dari bangunan tersebut dengan tertib; jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa;periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K; telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.

- Periksa lingkungan sekitar Anda: apabila terjadi kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi hubungan arus pendek listrik. Periksa aliran dan pipa air, periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan.

- Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa,karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.

- Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.

- Dengarkan informasi mengenai gempabumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan). Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.

- Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.

- Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.