Sukses

Wabah Kolera Bikin Sekolah di Malawi Libur 2 Minggu

Sekolah di dua kota terbesar di Malawi akan tetap ditutup akibat wabah kolera yang kembali muncul. Menurut PBB, ini adalah wabah terbesar yang melanda negara itu dalam 10 tahun.

Liputan6.com, Lilongwe - Sekolah di dua kota terbesar di Malawi akan tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut lantaran wabah kolera yang memburuk, kata pemerintah pada Senin 2 Januari 2023.

Namun, kementerian kesehatan mengatakan jadwal masuk sekolah untuk siswa sekolah dasar dan menengah di ibu kota Lilongwe dan kota selatan Blantyre akan ditunda setidaknya dua minggu.

Menteri Kesehatan Khumbize Chiponda mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penundaan itu "karena peningkatan jumlah kasus dan kematian kolera baru-baru ini dan terus berlanjut," dikutip dari NST.com.my, Selasa (3/12/2022).

Pihak berwenang menyesali "ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kebijakan yang terlambat ini yang diambil semata-mata demi kepentingan keselamatan pelajar kami", tambahnya.

Negara yang terletak di Afrika selatan itu telah mencatat hampir 18.000 kasus kolera dan 595 kematian sejak Maret 2022.

Menurut PBB, ini adalah wabah terbesar yang melanda negara itu dalam 10 tahun.

Kolera adalah penyakit dari bakteri yang umumnya ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Ini menyebabkan diare dan muntah-muntah, dan bisa sangat berbahaya bagi anak kecil.

Pada Malam Tahun Baru, Chiponda memperbarui seruan kepada para pemimpin agama untuk mendorong pengikutnya mencari pengobatan karena beberapa menghindari perawatan atas dasar agama.

Pada September 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa setelah bertahun-tahun mengalami penurunan, dunia mengalami "peningkatan yang mengkhawatirkan" akibat wabah kolera.

Di seluruh dunia, penyakit ini menyerang antara 1,3 juta hingga empat juta orang setiap tahun, menyebabkan 143.000 kematian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyakit Kolera di Haiti Tewaskan 7 Orang

Sementara itu, otoritas Haiti pada Minggu (2 Oktober 2022) mengatakan sedikitnya tujuh orang telah meninggal karena kolera. Hal ini menandakan kembalinya penyakit tersebut, di saat yang bersamaan ketika negara itu dilumpuhkan oleh blokade geng yang telah memicu kekurangan bahan bakar dan air minum bersih. 

Dikutip Channel News Asia, penyakit ini menewaskan sekitar 10.000 orang melalui wabah 2010 yang telah disalahkan pada pasukan penjaga perdamaian PBB. Organisasi Kesehatan Pan Amerika pada tahun 2020 mengatakan Haiti telah melewati satu tahun tanpa kasus kolera yang dikonfirmasi.

"Berdasarkan informasi yang kami peroleh, jumlah kematian sekitar 7 hingga 8 orang," kata Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Laure Adrien saat konferensi pers, seraya menambahkan bahwa para pejabat berjuang untuk mendapatkan informasi dari rumah sakit.

"Ada satu kematian di siang hari hari ini."

Kementerian Kesehatan sebelumnya mengkonfirmasi satu kasus di daerah Port-au-Prince dan bahwa ada kasus yang dicurigai di kota Cite Soleil di luar ibu kota, yang merupakan lokasi perang geng yang kejam pada bulan Juli.

Geng-geng sejak bulan lalu memblokir pelabuhan bahan bakar utama negara itu sebagai protes atas pengumuman kenaikan harga bahan bakar bulan lalu. Banyak rumah sakit telah menutup atau mengurangi operasinya karena kekurangan bahan bakar untuk pembangkit listrik.

3 dari 4 halaman

Kekurangan Air

Perusahaan Pembotolan Karibia, pemasok utama air kemasan, mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka tidak dapat lagi terus memproduksi dan mendistribusikan air karena kehabisan bahan bakar diesel, yang sangat penting untuk rantai pasokannya.

Kolera menyebabkan diare yang tidak terkontrol.

Penyakit ini biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi dengan kotoran orang yang sakit, yang berarti bahwa air minum yang bersih sangat penting untuk mencegah penyebarannya.

Sementara itu, pasukan dari Nepal, di mana kolera mewabah, berada di Haiti sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB yang dibentuk pada 2004 setelah penggulingan Presiden Jean-Bertrand Aristide. Ukuran kekuatan meningkat setelah gempa 2010 Haiti.

4 dari 4 halaman

Sejarah Penyakit Kolera di Haiti

PBB pada tahun 2016 meminta maaf atas wabah tersebut, tanpa mengambil tanggung jawab.

Sebuah panel independen yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB saat itu Ban Ki Moon mengeluarkan laporan 2011 yang tidak menentukan secara meyakinkan bagaimana kolera diperkenalkan ke Haiti.

Anggota panel pada tahun 2013 secara independen menerbitkan sebuah artikel yang menyimpulkan personel yang terkait dengan misi penjaga perdamaian PBB adalah "sumber yang paling mungkin".  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.