Sukses

Kecap dari Bekasi Sukses Masuk Pasar Arab Saudi

Kecap Oishii dari Bekasi berhasil tembus pasar Arab Saudi.

Liputan6.com, Bekasi - Produk kecap Oishii dari Indonesia berhasil masuk pasar Arab Saudi. Bisnis kecap ini dirintis oleh seorang ibu dan sudah masuk ke Jepang dan kini Arab Saudi.

Dilaporkan VOA Indonesia, Senin (2/1/2023), Nurjannah Dongoran, Direktur CV IKAPEKSI Argo Industri masih tidak percaya dirinya telah mencapai titik ini. Produk kecap yang dirintisnya sejak tahun 2017 akhirnya dapat diekspor ke Arab Saudi, meskipun sebelumnya salah satu toko di Jepang juga telah memasukan produk kecap buatannya walaupun dalam jumlah kecil.

Perjuangan ibu tiga anak ini untuk membawa produk kecapnya tersebut dikenal oleh masyarakat tidak mudah. Ketika muncul pertama kali, penjualan baru dapat dilakukan di ritel seperti 212 mart dan juga di komunitas yang memang peduli kepada kesehatan.

Pasalnya, kecap Oishii – demikian nama produknya – adalah kecap sehat yang semua bahannya segar dan diolah tanpa pengawet. Yang membedakan kecap tersebut dengan yang lain, kata Nurjannah, adalah cita rasa rempah yang dihadirkan tanpa penguat rasa.

“Dan dalam proses kami membuat kecap kami tidak memerlukan food aditif karena dengan menggunakan misalnya gula sebagai pemanisnya, gula kelapa,” kata Nurjannah.

Menurut Nurjannah, meski kecapnya sehat, tetapi masyarakat pada umumnya masih mempertanyakan kenapa rasa kecap miliknya “berbeda” dengan kecap yang biasa dikonsumsi. Itu dikarenakan produknya tidak menggunakan penguat rasa.

Ia juga menggambarkan tantangan awal yang dihadapinya ketika berupaya menembus pasar lokal, yaitu harga dan persaingan dengan merek kecap yang sudah berada di pasaran. Nurjannah mengaku harus bekerja keras, tidak saja untuk memproduksi dan memasarkan kecap buatannya, tetapi juga mengedukasi masyarakat. Terlebih karena ia tidak memiliki anggaran untuk melakukan riset pasar guna mengetahui respons masyarakat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ikut Pelatihan

Pada tahun 2018, perempuan asal Sumatra Utara itu mulai mengikuti berbagai pameran. Di pameran-pameran itu, tidak ada satupun yang mencicipi kecapnya karena dinilai tidak enak. Namun, ada calon pembeli dari Australia yang mendorongnya terus berkarya dan meyakinkan bahwa memasarkan produk di luar negeri tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang. Ini menjadi energi positif baginya.

Setahun kemudian ia mengikuti pelatihan tentang ekspor, yang memberinya pengetahuan tentang dunia baru itu. Dan pada tahun 2020 salah satu toko di Jepang mencoba memasukkan produknya.

Nurjannah mengaku dipertemukan dengan pembeli dari Arab Saudi saat pameran perdagangan Oktober lalu, dan langsung mencapai kesepakatan.

Arab Saudi sendiri merupakan salah satu pasar tujuan ekspor produk-produk nonmigas Indonesia, di antaranya kelapa sawit dan kayu lapis. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke pasar Arab Saudi mencapai $1,5 juta pada 2019, turun menjadi $1,3 juta pada 2020, dan naik menjadi $1,58 pada 2021.

3 dari 4 halaman

Industri Makanan Tetap Lezat di Tengah Ancaman Krisis

Meskipun dunia dihadapkan pada ancaman resesi global namun pengamat ekonomi di Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai industri, seperti makanan dan minuman, tidak akan mengalami penekanan yang luar biasa. Ini berbeda dengan industri tektil dan alas kaki yang biasanya mengalam tekanan dan penurunan.

Eko mengatakan perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) saat ini sudah jauh lebih baik dibanding ketika terjadi pandemi. Sekitar 85 persen produk UMKM, tambahnya, diserap oleh pasar domestik, dan baru sekitar 16 persen yang berorientasi ekspor; umumnya di sektor makanan dan minuman, karya seni atau produk “hand made.”

Makanan dan minuman yang diekspor juga merupakan produk yang spesifik seperti organik dan sehat karena masyarakat di negara-negara maju biasanya sudah sadar tentang kesehatan.

“Rata-rata segmen makanan dan minum, rasa penting dan kesadaran mengkonsumsi. Kalau di Arab Saudi atau negara-negara timur tengah yang sudah maju itu kan kesadaran penggunaan bahan pengawet dan lain-lain itu tidak dibolehkan. Artinya demand mereka spesifik produk-produk kayak healty food,” kata Eko.

Ia menambahkan, produk makanan dan minuman organik yang berorientasi ekspor, memang tidak memusatkan penjualan ke dalam negeri karena belum terlalu tingginya kesadaran mengkonsumsi makanan sehat.

4 dari 4 halaman

Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen pada 2023

 Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menuturkan, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia  mencapai 5,3 persen pada 2023.

"Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 5,3 persen dan inflasi di kisaran 3 persen,” ujar Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pada penutupan perdagangan bursa, Jumat (30/12/2022). 

Untuk itu, pertama, Pemerintah akan fokus menjaga level konsumsi domestik dan daya beli masyarakat.

"Selain itu, hilirisasi, pemberdayaan UMKM, pengembangan ekonomi digital, serta pengembangan ekonomi hijau menjadi sangat penting untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan," kata dia.

Kedua, sektor keuangan sehat dan kuat. Pada sektor perbankan, rasio kecukupan modal yang kuat, rasio kredit bermasalah yang rendah dan dalam batas aman, serta pertumbuhan kredit perbankan mengindikasikan semakin meningkatnya kepercayaan dan optimisme pelaku usaha.

"Hadirnya Undang-undang Penguatan dan Pengembangan Sektor Keuangan juga menjadi landasan kokoh bagi sektor keuangan Indonesia," kata Ma'ruf.

Sinergi pemerintah, serta peran BI, OJK, dan LPS, menurut Ma’ruf semakin kuat dalam menjaga sektor keuangan. Perluasan peran LPS dalam penjaminan asuransi akan lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi nasional.

Ketiga, sektor UMKM mulai bangkit, melalui berbagai program Pemulihan Ekonomi Nasional, implementasi UU Cipta Kerja, dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.  

Keempat, sektor ekonomi dan keuangan syariah terus menunjukkan pertumbuhan. Perkembangan pasar modal syariah juga menggembirakan. 

Sepanjang 2022, Indeks Saham Syariah Indonesia tumbuh 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai sukuk korporasi juga meningkat 20,23 persen. Terakhir, penanganan kasus COVID-19 terkendali, dan cakupan vaksinasi maupun booster semakin luas. 

"Dengan demikian, aktivitas ekonomi di tahun 2023 diharapkan akan jauh lebih meningkat," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.