Sukses

Ukraina Pastikan Bakal Perkuat Pasukannya Usai Diserang Rusia

Ukraina memastikan akan memperkuat pasukannya untuk melawan Rusia.

Liputan6.com, Kyiv - Ukraina berjanji untuk memperkuat angkatan bersenjatanya setelah Rusia melancarkan serangan udara terbesarnya di kota-kota sejak awal perang. Serangan tersebut telah memaksa ribuan orang melarikan diri ke tempat perlindungan bom dan mendorong Kyiv untuk menghentikan ekspor listrik ke Eropa.

Dikutip Channel News Asia, Selasa (11/10/2022), rudal menghantam sasaran di seluruh Ukraina Senin pagi (10 Oktober), menewaskan 14 orang dan melukai 97, kata layanan darurat.

Ledakan dilaporkan terjadi di Kyiv, Lviv, Ternopil dan Zhytomyr di Ukraina barat, Dnipro dan Kremenchuk di tengah, Zaporizhzhia di selatan dan Kharkiv di timur, kata pejabat Ukraina.

Rentetan puluhan rudal jelajah yang ditembakkan dari udara, darat dan laut adalah gelombang serangan udara paling luas yang menghantam garis depan, setidaknya sejak tembakan awal pada hari pertama perang, yakni pada 24 Februari.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia memerintahkan serangan jarak jauh "besar-besaran" setelah menuduh Ukraina menyerang sebuah jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Krimea yang dicaplok pada Sabtu, tetapi Amerika Serikat mengatakan skala serangan itu berarti kemungkinan telah direncanakan lebih lama.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara dengan Presiden AS Joe Biden pada hari Senin dan menulis di Telegram setelah itu, bahwa pertahanan udara adalah "prioritas nomor 1 dalam kerja sama pertahanan kami".

"Kami akan melakukan segalanya untuk memperkuat angkatan bersenjata kami," katanya dalam pidato pada Senin malam. 

"Kami akan membuat medan perang lebih menyakitkan bagi musuh."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bantuan dari AS

Biden mengatakan kepada Zelensky bahwa Amerika Serikat akan menyediakan sistem pertahanan udara canggih. Sementara itu, Pentagon mengatakan pada 27 September bahwa pihaknya akan mulai mengirimkan National Advanced Surface-to-Air Missile System selama dua bulan ke depan atau lebih.

Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov, mengatakan lebih banyak bantuan ke Ukraina meningkatkan risiko perang yang lebih luas.

"Bantuan seperti itu, serta memberikan intelijen, instruktur, dan pedoman tempur kepada Kiev, mengarah pada eskalasi lebih lanjut dan meningkatkan risiko bentrokan antara Rusia dan NATO," kata Antonov kepada media.

3 dari 4 halaman

Serangan ke Ukraina

Serangan pada jam-jam sibuk sengaja diatur untuk membunuh orang dan melumpuhkan jaringan listrik Ukraina, menurut Zelensky.

Perdana Menteri Denys Shmyhal melaporkan 11 target infrastruktur utama terkena di delapan wilayah, meninggalkan bagian Ukraina tanpa listrik, air atau panas. Dia berjanji untuk memulihkan utilitas secepat mungkin.

Ketika mencoba untuk mengakhiri pemadaman, Ukraina menghentikan ekspor listrik ke Uni Eropa, pada saat benua itu sudah menghadapi lonjakan harga listrik yang telah memicu inflasi dan menghambat aktivitas industri.

4 dari 4 halaman

Tindakan Terorisme

Serangan udara Rusia terjadi tiga hari setelah ledakan merusak jembatan yang dibangunnya setelah merebut Krimea pada 2014. Rusia menyalahkan Ukraina dan menyebut ledakan mematikan itu sebagai "terorisme".

"Meninggalkan tindakan seperti itu tanpa tanggapan sama sekali tidak mungkin," kata Putin, menuduh serangan lain yang tidak ditentukan terhadap infrastruktur energi Rusia. Dia mengancam akan melakukan lebih banyak serangan jika Ukraina menyerang wilayah Rusia.

Amerika Serikat, bagaimanapun, mengatakan serangan Rusia dalam skala seperti itu tidak dapat disatukan hanya dalam beberapa hari.

"Kemungkinan itu adalah sesuatu yang telah mereka rencanakan selama beberapa waktu," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada CNN. 

"Itu tidak berarti bahwa ledakan di jembatan Krimea mungkin telah mempercepat beberapa perencanaan mereka."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.