Sukses

PBB: Perpindahan Warga Global dari Perang Naik 2 Kali Lipat dalam 10 Tahun

PBB mengungkapkan bahwa jumlah perpindahan global bagi mereka yang melarikan diri dari perang dan kekerasan terus meningkat.

Liputan6.com, Jenewa - Terlepas dari pandemi Virus Corona COVID-19, jumlah pengungsi yang melarikan diri dari perang dan penganiayaan terus meningkat tahun lalu, dengan perpindahan global meningkat menjadi lebih dari 82 juta - dua kali lipat dari angka pada satu dekade lalu.

Dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (19/6/2021) hal itu diungkapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (18/6).

Sebuah laporan baru dari badan pengungsi PBB menunjukkan angka perpindahan global naik tajam hingga sekitar tiga juta pada tahun 2020, setelah tahun yang memecahkan rekor pada tahun 2019 - ketika ada 1 persen orang di dunia terlantar.

Laporan tersebut menyoroti bagaimana krisis yang berkepanjangan seperti yang terjadi di Suriah, Afghanistan, Somalia dan Yaman terus memaksa orang-orang di sana melarikan diri, sementara serangkaian kekerasan di tempat-tempat seperti Ethiopia dan Mozambik menyebabkan perpindahan yang melonjak.

Fakta bahwa meningkatnya jumlah perpindahan global dalam 9 tahun berturut-turut semakin berdampak ditambah dengan adanya pembatasan COVID-19 yang bisa membatasi perpindahan.

Selama pandemi, semuanya telah berhenti, termasuk ekonomi, tetapi perang dan konflik dan kekerasan, diskriminasi serta penganiayaan, semua faktor yang mendorong orang-orang ini untuk melarikan diri, terus berlanjut," kata kepala UNHCR, Filippo Grandi kepada AFP.

Badan PBB itu menemukan bahwa pada akhir 2020, terdapat rekor yang tercatat yaitu 82,4 juta orang hidup sebagai pengungsi atau pencari suaka, atau yang disebut sebagai pengungsian internal di negara mereka sendiri - naik dari sekitar 40 juta pada 2011.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

42 Persen Pengungsi di Dunia Berusia Di Bawah 18 Tahun

PBB juga mencatat, ada sebanyak 42 persen pengungsi di dunia adalah anak perempuan dan laki-laki di bawah usia 18 tahun.

"Tragedi di mana begitu banyak anak-anak yang lahir di pengasingan seharusnya menjadi alasan yang cukup untuk melakukan upaya yang jauh lebih besar untuk mencegah dan mengakhiri konflik dan kekerasan," kata Grandi.

Sekitar 26,4 juta orang di dunia hidup sebagai pengungsi pada akhir tahun 2020, termasuk 5,7 juta orang Palestina.

Sekitar 3,9 juta orang Venezuela juga mengungsi di luar perbatasan mereka tanpa dianggap sebagai pengungsi, sementara 4,1 juta orang terdaftar di seluruh dunia sebagai pencari suaka.

Tetapi sementara jumlah pengungsi dan pencari suaka tetap relatif datar dari 2019, jumlah orang yang mengungsi di negara mereka sendiri melonjak lebih dari 2 juta menjadi 48 juta, kata laporan PBB.

Kemudian pada 2020, setidaknya 164 negara menutup perbatasan mereka karena COVID-19, dan lebih dari setengahnya tidak membuat pengecualian bagi pencari suaka dan pengungsi yang melarikan diri untuk hidup mereka.

"Dalam situasi konflik dan kekerasan yang meningkat, dalam situasi di mana perbatasan sulit dilintasi karena COVID-19, mau tidak mau angkanya ... yang naik adalah orang-orang terlantar (IDP)," terang Grandi kepada wartawan.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.