Sukses

Camocim, Kopi Mahal Hasil Sisa Kotoran Burung Jacu Asal Brasil

Kopi satu ini adalah salah satu kopi yang termahal dan langka di dunia asal Brasil.

Liputan6.com, Brasil - Kopi ini merupakan salah satu yang termahal dan langka di dunia.

Dikutip dari Oddity Central, Jumat (5/2/1), kopi ini terbuat dari buah yang telah dicerna dan dikeluarkan oleh burung jacu.

Kopi ini dibuat di perkebunan kopi terkecil di Brasil di perkebunan dengan luas sekitar 50 hektar yang memiliki nama Camocim Estate.

Camocim Estate merupakah salah satu perkebunan kopi terkecil di Brasil. Walau kecil, perkebunan ini berhasil meraup keuntungan cukup besar berkat jenis kopi mereka yang sangat unik dan banyak dicari.

Sejarah kopi ini dimulai pada wal tahun 2000-an ketika Henrique Sloper de Araújo menemukan banyak burung Jacu di perkebunannya.

Burung ini merupakan spesies burung yang terancam punah sehingga dilindungi oleh Brasil.

Pada dasarnya, jenis burung ini dikenal untuk tidak menyukai ceri kopi. Namun, mereka terlihat menyukai kopi organik milik de Araújo.

Pada awalnya, de Araújo ingin mengusir burung-burung tersebut dari perkebunannya. Ia bahkan sampai menelepon polisi lingkungan tentang hal tersebut. Namun, tidak ada yang bisa dilakukan untuk membantu kondisi de Araújo.

Karena burung jacu dilindungi di Brasil, mereka tidak bisa menyakiti burung-burung tersebut dengan cara apa pun.

Lalu, de Araújo mendapatkan ide.

Saksikan Video di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dapat Ide dari Kopi Luwak

Saat ia kecil, ia adalah seorang peselancar yang pernah mengikuti lomba sampai Indonesia.

Saat di Indonesia, ia diperkenalkan oleh kupi luwak -- salah satu kopi termahal di dunia yang terbuat dari biji kopi yang dipanen dari hasil fermentasi pencernaan musang Indonesia.

Dari hal tersebut, ia mengembangkan ide untuk melakukan hal yang sama dengan menggunakan burung jacu.

"Saya menyadari bahwa saya dapat mencoba sesuatu yang serupa dengan Camocim dan burung Jacu," jelas de Araújo.

De Araújo harus mengubah perburuan kotoran burung jacu menjadi perburuan harta karun bagi para pekerja, memberi mereka insentif finansial untuk menemukan sejumlah biji kopi yang dikeluarkan oleh burung.

Itu merupakan satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir mereka.

De Araújo juga memberi kredit pada burung jacu atas selera kopinya yang luar biasa karena ia amati bahwa burung jacu hanya ingin makan biji kopi ceri yang paling matang.

"Saya melihat dengan mulut ternganga dari ruang tamu saya saat burung Jacu memilih hanya buah beri yang paling matang, menyisakan lebih dari setengahnya, bahkan yang terlihat sempurna untuk mata manusia," cerita de Araújo.

Berbeda dengan kopi luwak yang dicerna oleh musang Indonesia, biji kopi yang dicerna oleh burung jacu bergerak lebih cepat dan tidak terdegrasi oleh protein hewani atau asam lambung.

Buah ceri yang dihasilkan oleh burung jacu ini dipanggang sebelum disajikan sebagai kopi.

Kopi burung jacu dikatakan memiliki rasa yang unik seperti kacang dengan nuansa yang manis.

Karena kualitas serta kelangkaannya, kopi burung jacu adalaah salah satu jenis kopi termahal di dunia yang dijual dengan harga sekitar 14 juta rupiah per kilogram.

 

Reporter : Paquita Gadin

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.