Sukses

Penculikan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer Digagalkan Aparat, Donald Trump Kesal

Plot penculikan Gubernur Michigan digagalkan aparat. Ini kata Presiden Donald Trump.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengkritik Gubernur Michigan Gretchen Whitmer setelah rencana penculikan gubernur itu digagalkan aparat. Donald Trump merasa kesal karena malah dituding mendukung kelompok kebencian oleh Whitmer meski sudah ditolong.

Ucapan yang membuat Donald kesal adalah panggilan "Supremasi Putih" (White Supremacy).

Donald Trump lantas membandingkan situasinya dengan Joe Biden saat ia tuduh didukung radikal kiri seperti Antifa.

"Kementerian Kehakiman dan Penegak Hukum Federal saya telah mengumumkan hari ini bahwa mereka menggagalkan sebuah plot berbahaya terhadap Gubernur Michigan," ujar Donald Trump seperti dikutip New York Post, Jumat (9/10/2020).

"Ketimbang mengucapkan terima kasih, ia memanggil saya seorang Supremasi Putih, sementera Biden dan Demokrat menolak mencekam Antifa, Anarkis, Penjarah, dan Gerombolan yang membakar kota-kota Demokrat saya tidak mentoleransi kekerasan ekstrem APAPUN. Membela SEMUA warga Amerika, bahkan mereka yang melawan dan menyerak saya, adalah apa yang akan saya selalu lakukan selaku Presidenmu," ujar Trump.

Kelompok yang ingin menculik Gubernur Whitman adalah militia bernama Wolverine Watchmen. Gubernur Whitman menyalahkan Donald Trump yang dia tuding tidak mengecam Supremasi Putih dan kelompok penebar kebencian.

"(Trump) berdiri di depan warga Amerika dan menolak mengecam supremasi putih dan kelompok kebencian," tuding Whitmer. 

Gubernur Whitmer merupakan anggota Partai Demokrat. Ia dikritik Donald Trump karena menerapkan lockdown di daerahnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kubu Donald Trump dan Joe Biden Minta Debat Capres AS 15 Oktober Diundur

Debat capres Amerika Serikat kedua menghadapi semacam resistensi dari kubu Donald Trump dan Joe Biden. Keduanya meminta debat diundur dari tanggal 15 Oktober menjadi 22 Oktober. 

Debat kedua di Florida merupakan debat town hall, artinya dua capres bisa mendengar pertanyaan dari masyarakat. Rencananya debat digelar secara virtual mengingat kondisi Trump yang masih positif COVID-19. Gagasan debat virtual ditolak Presiden Donald Trump dan ia memilih akan kampanye saja.  

Awalnya, kubu Joe Biden mengkritik manuver Donald Trump yang dianggap takut mendengar pertanyaan dari masyarakat terkait COVID-19, tetapi kemudian Direktur Komunikasi Kate Bedingfield dari kubu Biden meminta debat diundur agar Trump hadir.

"Oleh karena penolakan Presiden untuk berpartisipasi pada 15 Oktober, kami berharap Komisi Debat akan memindahkan Biden-Trump Town Hall ke 22 Oktober agar Presiden tak bisa menghindari akuntabilitas. Pemilih mesti mendapat kesempatan untuk bertanya kepada dua kandidat secara langsung," ujar Bedingfield dalam pernyataan resmi di Twitter seperti dilansir Jumat (9/10/2020).

Permintaan kubu Biden direspons positif oleh manajer kampanye Trump, Bill Stepien. Ia berkata kubu Trump juga mau agar debat kedua diundur dengan syarat debat ketiga juga diundur hingga 29 Oktober, lima hari sebelum pilpres AS 2020.

Di sini Bedingfield kembali menentang rencana pengunduran debat ketiga. Ia berkata debat tak mesti mengikuti jadwal Donald Trump. 

Meski demikian capres Joe Biden sendiri yakin bahwa Donald Trump bakal muncul di debat, sebab Trump sering berubah pikiran. 

"Ia mengubah pikirannya tiap detik," ucap Biden.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.