Sukses

Posisi Taiwan di Hadapan China Kian Sulit, Berpotensi Senasib Seperti Hong Kong

Posisi Taiwan kemungkinan akan berakhir seperti Hong Kong.

Liputan6.com, Taipei - Taiwan menghadapi posisi yang semakin sulit karena China menekan pulau demokratis itu untuk menerima kondisi yang akan mengubahnya menjadi Hong Kong berikutnya. Hal ini disampaikan langsung oleh diplomat utamanya kepada Menteri Kesehatan AS Alex Azar yang berkunjung pada Selasa 11 Agustus.

Azar telah tiba di Taiwan sejak hari Minggu sebagai pejabat tingkat tertinggi AS yang berkunjung dalam empat dekade, di mana perjalanan tersebut dikutuk oleh China yang mengklaim pulau itu sebagai miliknya. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Selasa (11/8/2020). 

Sebelumnya, pesawat jet tempur China secara singkat melintasi garis median Selat Taiwan yang sensitif, dan dilacak oleh rudal anti-pesawat Taiwan, yang dilihat oleh pihaknya sebagai pola pelecehan dari Beijing.

Perjalanan Azar ke Taiwan juga bertepatan dengan tindakan keras lebih lanjut di Hong Kong yang diperintah China, di mana polisi menangkap seorang taipan media bernama Jimmy Lai di bawah undang-undang keamanan nasional baru yang ketat.

"Hidup kami menjadi semakin sulit karena China terus menekan Taiwan agar menerima kondisi politiknya, kondisi yang akan mengubah Taiwan menjadi Hong Kong berikutnya," kata Menteri Luar Negeri Joseph Wu pada pertemuan media bersama dengan Azar di Taipei.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proposal Satu Negara Dua Sistem

China telah mengusulkan model otonomi "satu negara, dua sistem" untuk membuat Taiwan menerima aturannya, seperti yang digunakan di Hong Kong. Namun, proposal tersebut telah ditolak di Taiwan oleh semua partai besar dan pemerintah.

Wu mengatakan Taiwan beruntung memiliki teman seperti Azar di Amerika Serikat untuk membantu memperjuangkan ruang internasional Taiwan.

"Kami tahu ini bukan hanya tentang status Taiwan, tetapi tentang mempertahankan demokrasi dalam menghadapi agresi otoriter. Taiwan harus memenangkan pertempuran ini agar demokrasi menang," ujarnya. 

Washington memutuskan hubungan resmi dengan Taipei pada 1979 untuk mendukung Beijing, tetapi masih menjadi pemasok senjata terbesar Taiwan. Pemerintahan Trump telah memperkuat dukungannya untuk pulau demokrasi itu sebagai prioritas karena hubungan dengan China memburuk atas berbagai masalah termasuk hak asasi manusia dan perdagangan.

Azar berada di Taiwan untuk menawarkan tidak hanya dukungan pemerintah untuk demokrasinya, tetapi juga untuk mempelajari perjuangannya yang sukses melawan pandemi virus corona. Sejauh ini, Taiwan mempertahankan angka infeksinya rendah berkat upaya pencegahan dini dan efektif.

Azar mengatakan dunia harus mengakui pencapaian di bidang kesehatan yang berhasil dicapai olehTaiwan, menunjuk pada pengecualian Taiwan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas keberatan China, yang menganggap Taiwan hanyalah provinsi yang bandel.

"Terutama saat terjadi pandemi, tetapi setiap saat, organisasi internasional tidak boleh menjadi tempat bermain politik. Mereka harus menjadi tempat untuk dialog dan kerja sama yang konstruktif dan terbuka."

Baik China dan WHO mengatakan Taiwan telah diberikan bantuan yang dibutuhkan selama pandemi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.