Sukses

Ketika Protes Rusuh Kematian George Floyd Jadi Tantangan Wartawan di AS

Berikut adalah tantangan yang dilewati oleh berbagai wartawan di AS saat bertugas untuk meliput situasi demonstrasi dan protes terhadap kematian seorang pria Afrika-Amerika, George Floyd.

Liputan6.com, Jakarta- Pasukan polisi di AS dalam beberapa hari ini, berusaha membubarkan demonstran, ketika protes di seluruh negeri Paman Sam itu berkobar atas kebrutalan polisi yang terlibat dalam kematian seorang warga keturunan Afrika-Amerika, George Floyd.

Namun dalam beberapa insiden protes yang terjadi, adanya laporan sejumlah jurnalis di AS menjadi sasaran, baik oleh petugas polisi maupun pengunjuk rasa.

Laporan terkait serangan dan penangkapan di Louisville, Kentucky, Las Vegas, Atlanta dan Washington D.C. kini sedang diselidiki, kata CPJ (Committee to Protect Journalists). 

Menurut Nieman Foundation for Journalism, polisi AS telah menangkap atau menyerang wartawan lebih dari 110 kali sejak 28 Mei 2020. 

Carlos Martínez de la Serna, direktur program dari Committee to Protect Journalists, mengatakan "Serangan yang ditargetkan terhadap jurnalis, kru media, dan organisasi berita yang meliput demonstrasi menunjukkan ketidakpedulian penuh atas peran penting mereka dalam mendokumentasikan masalah-masalah kepentingan publik dan merupakan upaya yang tidak dapat diterima untuk mengintimidasi mereka."

Carlos juga mengatakan, "Pihak berwenang di kota-kota di seluruh AS perlu menginstruksikan polisi untuk tidak menargetkan wartawan dan memastikan mereka dapat melaporkan dengan aman pada protes tanpa takut cedera atau pembalasan." 

Pada Minggu 31 Mei 2020, penerbit dan presiden berita untuk USA TODAY Network, Maribel Wadsworth, pemimpin redaksi USA TODAY, Nicole Carroll, dan wakil presiden berita lokal untuk USA TODAY Network, Amalie Nash, menyerukan agar serangan terhadap jurnalis berakhir.

Mereka menuliskan, "Kita harus dapat melakukan pekerjaan kita dengan aman, kami menyerukan untuk segera mengakhiri pelecehan penegakan hukum dan menargetkan wartawan yang diidentifikasi dengan jelas, tidak ikut campur dalam kegiatan polisi dan hanya melakukan pekerjaan mereka: Membawa kebenaran kepada orang-orang Amerika," seperti dikutip dari USA TODAY, Rabu (3/6/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penangkapan di Ashbury Park Hingga Gas Air Mata di Washington

Pada Senin malam 1 Juni, reporter Asbury Park Press, Gustavo Martínez Contreras memfilmkan momen ketika polisi dan pengunjuk rasa berlutut bersama saat berkumpul di Asbury Park.

Saat petugas bergerak untuk membersihkan jalan-jalan pengunjuk rasa yang tetap keluar melewati jam malam seluruh kota, Gustavo dilaporkan ditangkap pada saat itu. Dia dikeluarkan surat panggilan karena gagal mematuhi perintah untuk bubar dan dibebaskan dari tahanan polisi Selasa pagi, 2 Juni 2020.

Penahanan lainnya juga dilaporkan USA TODAY terjadi pada Senin 1 Juni 2020, dimana reporter Delaware News Journal, Jeff Neiburg dan ahli strategi video Jenna Miller meliput protes di Philadelphia ketika ditahan selama sekitar dua jam, meskipun mereka telah menunjukkan kredensial  beberapa kali dan mengatakan bahwa mereka adalah media. Hingga setelah pukul 9 malam, mereka dibebaskan dan tidak dikenakan biaya. 

Selain itu, saat beberapa wartawan meliput protes damai di Lafayette Square di luar Gedung Putih pada Senin malam (1/6/2020), penegakan hukum federal membersihkan daerah tersebut menggunakan gas air mata dan granat kilat sebelum jam malam berlangsung di Washington DC. Beberapa wartawan, termasuk anggota dari Australia Press, dilaporkan mendapatkan pengaruhnya dan sempat terdorong. 

Sehari setelah pengalaman yang dibagikan oleh wartawan Wall Street Journal, Tyler Blint-Welsh via Twitter, tentang pukulan di wajah dan terdorong ke tanah saat ia meliput situasi di New York, pengacara Distrik Manhattan, Cyrus Vance Jr, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa kantornya "secara aktif memantau media sosial dan sumber-sumber lain untuk mengidentifikasi petunjuk investigasi  klaim kekuatan yang berlebihan."

 

3 dari 3 halaman

Penangkapan di Minneapolis Hingga Luka yang Sebabkan Kebutaan

Seorang reporter CNN, yaitu Omar Jimenez dilaporkan juga ditangkap saat meliputi aksi protes di Minneapolis pada Jumat 29 Mei.

Omar Jimenez dan krunya ditangkap saat tengah meliputi berita secara langsung oleh anggota Patroli Negara Bagian Minnesota setelah memberikan identitas diri dan menunjukkan kredensial pers mereka.

Kejadian proses penangkapan terhadap Omar dan krunya itu pun juga dibagikan oleh CNN melalui laman Twitter resmi mereka. 

Saat menceritakan tentang penangkapan itu, Omar mengatakan, "mereka akhirnya kembali dengan barang-barang kami ... membuka borgol kami" dan memimpin kru. Pembebasan diberikan saat polisi mendapatkan informasi identifikasi dari Omar dan krunya.

Di hari yang sama, markas besar CNN di Atlanta juga dilaporkan dirusak oleh sekelompok pemrotes yang berkelahi dengan polisi dan membakar mobil.

Para demonstran juga di dilaporkan memecahkan jendela dan mencoret-coret coretan fasilitas pada logo kantor berita itu, saat para petugas polisi berusaha menjauhkan mereka dari CNN Center. 

Seorang fotografer freelance, Linda Tirado, menulis di Twitter pada Sabtu pagi (30/5/2020), bahwa dia terkena peluru karet di mata kirinya di Minneapolis dan pergi ke rumah sakit untuk menjalani operasi darurat.

Beberapa jam kemudian, Linda Tirado melaporkan bahwa ia mengalami "buta permanen" di mata kirinya tetapi akan terus bekerja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.