Sukses

Kelompok Medis Jepang: Masker Terlalu Berisiko untuk Anak di Bawah 2 Tahun

Perdana Menteri Shinzo Abe mengangkat keadaan darurat untuk Tokyo dan empat daerah yang tersisa pada Senin kemarin setelah jumlah infeksi turun di Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Anak-anak di bawah usia dua tahun tidak boleh memakai masker karena mereka dapat membuat sulit bernafas dan meningkatkan risiko tersedak, kata sebuah kelompok medis Jepang.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (26/5/2020) kelompok medis itu juga menyampaikan permintaan mendesak kepada orangtua ketika negara itu dilanda krisis Virus Corona COVID-19.

Perdana Menteri Shinzo Abe mencabut keadaan darurat untuk Tokyo dan empat daerah yang tersisa pada Senin kemarin setelah jumlah infeksi turun di Jepang.

Meski demikian, pemerintah Jepang tetap memperingatkan bahwa hal itu dapat diberlakukan kembali jika virus mulai menyebar lagi.

Namun Asosiasi Pediatrik Jepang telah memperingatkan orangtua bahwa masker terlalu berisiko untuk anak-anak (terutama di bahwa usia dua tahun).

"Masker dapat membuat sulit bernafas karena bayi memiliki saluran udara yang sempit," kata asosiasi itu, menambahkan bahwa masker juga meningkatkan risiko serangan panas bagi mereka.

"Mari kita hentikan penggunaan masker untuk anak di bawah dua tahun," kata asosiasi itu dalam sebuah pemberitahuan di situs webnya.

Dikatakan bahwa sejauh ini ada sangat sedikit kasus Virus Corona serius di antara anak-anak dan bahwa sebagian besar anak menjadi terinfeksi dari anggota keluarga, dengan hampir tidak ada wabah di sekolah atau fasilitas penitipan anak.

Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) dan American Academy of Pediatrics juga mengatakan, anak-anak di bawah usia dua tahun tidak boleh memakai penutup wajah dari kain.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gelombang Kedua Diprediksi Datang

Gelombang kedua infeksi Virus Corona COVID-19 diyakini akan melanda Jepang meskipun negara itu telah berhasil mencegah penyebaran COVID-19 yang eksplosif. Hal itu diyakini Kenji Shibuya, seorang profesor di sebuah lembaga Inggris.

Kenji Shibuya, direktur Institute for Population Health di King's College London, memperingatkan rasa puas yang dialami Jepang setelah dinilai mampu mencegah ledakan pandemi pada skala yang terlihat di banyak negara Barat, seperti mengutip Japan Times.

"Akan berbahaya memiliki kesan seperti itu ketika gelombang infeksi (Virus Corona) berikutnya datang," katanya. 

"Pertarungan melawan virus ini benar-benar pertempuran jangka panjang, dan ini hanya akhir dari inning pertama," katanya sambil menggunakan metafora bisbol. 

Shibuya memuji langkah pemerintah untuk menahan kelompok infeksi selama tahap awal wabah Virus Corona COVID-19. 

Dia juga mengatakan upaya publik untuk tetap di rumah dan pernyataan pemerintah tentang keadaan darurat segera setelah angka infeksi mulai meningkat secara eksponensial telah membantu mencegah ledakan penyebaran Virus Corona.

"Kebiasaan Jepang seperti menggunakan masker dan tidak banyak berjabatan tangan mungkin juga berhasil secara positif, tetapi juga penting untuk melakukan physical distancing," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.