Sukses

Tolak Bantuan Atasi Corona COVID-19 dari AS, Pemimpin Iran Sebut Teori Konspirasi

Ayatollah Ali Khamenei menuduh Virus Corona COVID-19 'secara khusus dibangun untuk Iran menggunakan data genetik orang Iran'.

Liputan6.com, Tehran - Pemimpin tertinggi Iran menolak bantuan Amerika untuk memerangi Virus Corona baru, dengan mengutip teori konspirasi yang mengklaim itu bisa jadi buatan manusia oleh pemerintah Amerika Serikat.

Komentar Ayatollah Ali Khamenei mengemuka pada Minggu 22 Maret 2020, ketika Iran menghadapi penghancuran sanksi AS yang menghalangi negara itu untuk menjual minyak mentahnya dan mengakses pasar keuangan internasional. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (23/3/2020). 

Sementara para pejabat Iran dalam beberapa hari terakhir semakin mengkritik sanksi-sanksi itu, Khamenei yang berusia 80 tahun malah menggemakan para pejabat China tentang kemungkinan asal mula Virus Corona COVID-19.

"Aku tidak tahu seberapa nyata tuduhan ini tetapi ketika itu ada, siapa yang waras yang akan mempercayaimu untuk membawakan mereka obat?" Kata Khamenei. "Mungkin obatmu adalah cara untuk menyebarkan virus lebih banyak."

Dia juga menuduh virus itu "secara khusus dibangun untuk Iran menggunakan data genetik orang Iran, yang mereka peroleh melalui berbagai cara".

"Anda mungkin mengirim orang sebagai dokter dan terapis, mungkin mereka ingin datang ke sini dan melihat efek racun yang mereka hasilkan secara langsung," kata Khamenei.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Ada Bukti Ilmiah

Sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang ditawarkan di mana pun di dunia untuk mendukung klaim Khamenei.

Namun, komentarnya muncul setelah juru bicara pemerintah China Lijian Zhao menulis di akun Twitternya pada awal bulan ini bahwa "mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Jadilah transparan! Buat publik data Anda! AS berutang penjelasan pada kami!"

Lijian juga tidak menawarkan bukti untuk mendukung klaimnya, yang membuat Departemen Luar Negeri AS memanggil duta besar Tiongkok untuk mengeluh. Sebuah surat kabar negara China pun muncul pada hari Minggu dengan membawa tuduhan lain yang mencoba untuk menghubungkan virus ke Italia, yang juga sangat terpukul oleh wabah tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, pemerintahan Trump semakin menyebut virus itu sebagai virus "China" atau "Wuhan" , sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan istilah COVID-19 untuk menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut.

Seorang senator AS dari Arkansas telah memperdagangkan teori konspirasi bahwa itu adalah bioweapon buatan China. 

Ayatollah Khamenei terus mencaci maki Amerika Serikat. "Tidak ada yang mempercayai Anda. Anda mampu membawa ke negara kami obat yang akan membuat virus tetap hidup dan mencegah pemberantasannya.

"Para pemimpin Amerika adalah pembohong, manipulator, kurang ajar dan serakah ... Mereka adalah penipu," katanya, yang juga menyebut mereka "benar-benar kejam". 

3 dari 3 halaman

Tekanan Maksimum

Di Timur Tengah, Iran mewakili delapan dari 10 kasus virus dan mereka yang meninggalkan Republik Islam itu telah membawanya ke negara lain.

Para pejabat Iran telah mengkritik tawaran bantuan AS selama krisis virus sebagai tidak jujur.

Mereka menuduh pemerintah Trump ingin memanfaatkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran sejak menarik diri dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018. Saat ini, sanksi AS telah mempersulit Iran untuk mengakses pasar global.

Pada hari Minggu, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menggemakan seruan kepada AS untuk mencabut sanksi-sanksinya.

"Saya ingin memohon kepada Presiden Trump dengan alasan kemanusiaan untuk mencabut sanksi terhadap Iran sampai pandemi COVID-19 berakhir," kata Khan dalam sebuah tulisan di Twitternya.

"Rakyat Iran menghadapi penderitaan yang tak terhitung karena sanksi melumpuhkan upaya Iran untuk melawan COVID-19. Kemanusiaan harus bersatu untuk memerangi pandemi ini," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.