Sukses

Pesta Halloween Berujung Maut di Hotel Airbnb California, 5 Orang Tewas

Tragedi mengerikan menimpa lima orang di perayaan Halloween yang digelar di hotel Airbnb, California.

Liputan6.com, California - Bos Airbnb menegaskan pihaknya mulai melarang pengadaan party house (pesta yang digelar di rumah sewa) setelah insiden penembakan massal di sebuah hunian di Orinda, California.

Rumah tersebut digunakan oleh sekitar 100 orang untuk merayakan pesta Halloween pada Jumat malam, 1 November 2019, hingga Sabtu dini hari, 2 November 2019, waktu setempat. Salah seorang panitia acara menyewanya melalui aplikasi Airbnb.

Lima orang yang berada dalam pesta tersebut dilaporkan tewas. Mereka adalah Omar Taylor (24) yang merupakan DJ di pesta Halloween itu, Oshiana Tompkins (19), Tiyon Farley (22), Ramon Hill Jr (23) dan Javin County (29). Puluhan lainnya terluka.

CEO Brian Chesky mengatakan melalui akun Twitter-nya bahwa Airbnb akan mengambil langkah-langkah untuk "memerangi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan menyingkirkan perilaku tuan rumah dan tamu yang kasar."

"Mulai hari ini, kami melarang 'pesta rumahan' dan kami menggandakan upaya kami untuk memerangi pihak yang tidak bertanggungjawab dan menyingkirkan perilaku tuan rumah dan tamu yang melakukan pelecehan, termasuk perilaku yang mengarah pada peristiwa mengerikan yang kami saksikan di Orinda," tulis Chesky pada Sabtu, 2 November 2019.

"Kita harus berbuat lebih baik dan kita akan melakukannya. Ini tidak bisa diterima," tambah Chesky, dikutip dari BBC, Minggu (3/11/2019).

Pertama, Airbnb akan membuat tim respon cepat "pesta rumahan" dan secara manual memperluas penyaringan reservasi yang disinyalir berisiko tinggi.

"Kami memperluas penyaringan manual reservasi berisiko tinggi yang ditandai oleh teknologi deteksi risiko kami. Kedua, kami menciptakan tim respons cepat 'pesta rumahan' yang berdedikasi," tulis Chesky lagi di Twitter.

Perusahaan penyewaan daring itu juga akan mengambil tindakan tegas terhadap pengguna yang melanggar kebijakan Airbnb.

"Ketiga, kami mengambil tindakan tegas terhadap pengguna yang melanggar kebijakan kami, termasuk penghapusan (akun)," imbuhnya.

"Saya menugaskan Margaret Richardson dari Tim Eksekutif kami untuk mengawasi tim baru ini dan memulai 10 hari peninjauan dan percepatan pengembangan dan implementasi inisiatif keselamatan baru."

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gubernur Desak Larangan Penjualan Senjata

Menurut keterangan kepolisian California, tiga orang tewas di lokasi kejadian yang berada di kota Orinda, dekat San Francisco. Sedangkan dua lainnya mengembuskan napas terakhir di rumah sakit.

Hingga Sabtu kemarin, polisi belum menangkap atau mengidentifikasi tersangka. Petugas hanya mengatakan telah menemukan dua senjata api di rumah tersebut.

Menanggapi tragedi itu, Gubernur California, Gavin Newsom, meminta Kongres untuk meloloskan undang-undang kontrol senjata di negara bagian tersebut.

"Kejadian seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi. Hati kami sakit mengingat para korban dan semua yang terkena dampak tragedi mengerikan tersebut," ujar Newsom.

Dia juga meminta pemimpin mayoritas Senat Republik, Mitch McConnell, untuk berhenti memblokir undang-undang kontrol senjata nasional.

Sementara itu, rumah tersebut dilaporkan dipesan dengan dalih untuk pesta kelompok kecil, sebelum dipublikasikan di Instagram sebagai tempat perayaan Halloween.

Pada akhirnya, pengumuman itu menarik perhatian lebih dari 100 orang di California dan sekitarnya, meski sebenarnya tuan rumah tidak mengizinkan kegiatan semacam itu, kata Airbnb.

3 dari 3 halaman

Belum Ada Tersangka

Orinda, sebuah kota kaya yang berpenduduk kurang dari 20.000 orang, terbilang jarang terjadi insiden yang melibatkan kekerasan senjata, menurut The Guardian.

Reaksi awal penduduk lokal terhadap tragedi penembakan ini berfokus pada: "Apakah pemerintah kota perlu berbuat lebih banyak untuk mengatur properti sewaan jangka pendek?"

Menurut kepala polisi David Cook dari Kepolisian Orinda, pesta itu diadakan di sebuah rumah yang tidak layak ditempati oleh 100 orang.

Sedangkan Airbnb menyampaikan kepada wartawan bahwa daftar untuk rumah itu secara eksplisit melarang pesta, membawa senjata, merokok, dan menghisap ganja.

Michael Wang, pemilik rumah, mengatakan kepada San Francisco Chronicle: "Wanita yang menyewa menyatakan bahwa dia mengadakan reuni keluarga untuk selusin orang. Aku menelepon polisi saat itu juga setelah melihat kamera keamanan yang aku pasang di rumahku dan ada lebih dari selusin orang yang datang."

Di media sosial, beberapa warga San Francisco Bay Area mengeluhkan rasa frustrasi merreka dengan pemberitaan media-media yang terfokus pada pemilik properti, tetangga, dan Airbnb, bukan pada para korban.

"Kami melihat mereka yang menjadi tuan rumah pesta dan banyak di antara mereka masih muda, berkulit hitam dan dari luar Orinda," kata salah seorang warga setempat.

Meski demikian, petugas kepolisian belum memberikan informasi pasti tentang tersangka atau dalang di balik peristiwa nahas ini.

"Kami belum dapat memastikan jumlah pelaku," kata Cook. "Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa mereka berasal dari Orinda."

Sementara itu, detektif yang diterjunkan untuk menyelidiki kasus ini mengakui bahwa banyak akun Instagram dari orang-orang yang mempromosikan pesta telah dihapus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.