Sukses

Bantahan LAPAN Soal Kutub Magnet Bumi yang Terbalik: Tidak Bikin Kiamat

Kutub-kutub magnet Bumi diindikasikan bertukar posisi, LAPAN menyebut dunia tidak kiamat karenanya.

Liputan6.com, London - Pada Februari 2018, Direktur Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado (Amerika Serikat), Daniel Baker, mengklaim ada tanda-tanda pembalikan kutub-kutub magnet Bumi.

Dia mengatakan, jika pertukaran terjadi, kemungkinan beberapa area di planet ini 'tidak bisa dihuni' dan akan memutuskan seluruh jaringan listrik hingga pelosok negeri.

Komentar Baker waktu itu juga dimuat dalam Undark yang menuliskan laporan mendalam, ditulis oleh Alanna Mitchell, penulis buku "The Spinning Magnet: The Electromagnetic Force that Created the Modern World and Could Destroy It" (Magnet Berputar: Kekuatan Elektromagnetik yang Menciptakan Dunia Modern dan Dapat Menghancurkannya).

Mitchell menulis: "Bahaya, aliran partikel penghancur dari matahari, sinar kosmik galaksi, dan sinar ultraviolet B dari lapisan ozon yang rusak karena radiasi, menghasilkan kekuatan tak terlihat yang dapat membahayakan atau membunuh makhluk hidup."

Namun, dunia tidak akan kiamat karena peristiwa ini, menurut Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Kamis (10/10/2019). Ia menjelaskan, kutub Bumi dan rotasi Bumi tidak akan berbalik, meski ada kemungkinan kutub magnetik Bumi berubah. 

Fenomena pembalikan kutub magnetik Bumi memang ada dan menjadi fenomena alam yang wajar.

Akan tetapi, kabar seperti ini kerap disalahartikan oleh orang dan banyak pembuat hoaks menyebarkan berita-berita tak menyenangkan, seperti matahari muncul dari barat dan Bumi berputar berlawanan arah dari biasanya. 

Faktanya, kata Thomas, dikutip dari Radar Cirebon: "Perubahan kutub medan magnet Bumi tidak berpengaruh terhadap posisi sumbu poros Bumi (kutub utara dan selatan). Jika terjadi, perubahan itu bisa dideteksi dengan kompas, sebab selama ini kutub medan magnet Bumi menjadi arah rujukan kompas."  

Namun, proses ini sangat lamban dan memakan waktu hingga ribuan tahun. "Posisi kutub utara dan selatan Bumi tidak berubah dengan adanya perubahan kutub magnetik. Ini bukan kiamat. Ribuan tahun lalu pernah terjadi," tandas Thomas.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Serius

Bumi memiliki inti leleh yang menghasilkan medan magnet yang mampu mempertahankan planet ini dari angin matahari yang menghancurkan.

Medan pelindung memanjang ribuan mil ke ruang angkasa dan daya magnetnya memengaruhi segala sesuatu, mulai dari aurora hingga jaringan listrik.

Tetapi bidang tersebut, yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi, telah melemah sekitar 15 persen selama 200 tahun terakhir. 

Secara historis, kutub utara dan selatan magnet Bumi sudah terbalik setiap 200.000 atau 300.000 tahun silam. Pertukaran terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun lalu.

Data satelit terbaru dari pesawat ruang angkasa Swarm milik Badan Antariksa Eropa (ESA) --yang memantau medan magnet Bumi-- menunjukkan kemungkinan akan terjadi perpindahan itu.

Satelit di Swarm memungkinkan para peneliti untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada inti Bumi.

Studi mereka menunjukkan, besi cair dan nikel mengeluarkan energi dari inti yang berada dekat dengan titik di mana medan magnet dihasilkan.

Dampaknya bisa merusak Bumi, menumbangkan jaringan listrik, dan secara radikal mengubah iklim.

 

 

3 dari 3 halaman

Pelindung Bumi

Sebuah penelitian di Denmark melaporkan bahwa pemanasan global berhubungan langsung dengan medan magnet Bumi daripada emisi CO2.

Studi tersebut mengklaim planet ini mengalami periode alami "awan rendah", karena lebih sedikit sinar kosmik yang memasuki atmosfer.

Radiasi di permukaan tanah juga akan meningkat. Prediksi menunjukkan, paparan radiasi kosmik secara keseluruhan akan berlipat ganda dan menyebabkan penderita kanker 'menjamur'. 

Sementara itu, menurut British Geological Survey, medan magnet Bumi memiliki rata-rata empat atau lima pembalikan dalam polaritas setiap juta tahun.

"Saat ini, kami tidak dapat menentukan secara akurat apakah bidang Bumi akan berbalik atau tidak," kata Dr Colin Forsyth dari Mullard Space Science Laboratory di UCL. "Kami hanya merekam bidang Bumi selama sekitar 170 tahun, sekitar 1-15 persen dari waktu yang dibutuhkan untuk (medan magnet) membalik."

Jika terjadi pertukaran, ini akan menyebabkan perisai magnet Bumi melemah selama ribuan tahun, membuka pertahanan Bumi dan menyebabkan radiasi kosmik melewatinya.

"Kita punya pelindung lapisan ganda," kata Jim Wild, ilmuwan ruang angkasa di Lancaster University. "Ruang angkasa penuh dengan materi yang tidak bagus untuk jaringan biologis Bumi. Jika kita tidak memiliki atmosfer, hal-hal seperti itu akan mengenai kita. Medan magnet adalah penghalang kuat atmosfer dari angin matahari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini