Sukses

Waspada, Perubahan Iklim Bawa Kembali 5 Penyakit Purba Berbahaya Ini

5 penyakit berbahaya yang dibawa oleh perubahan iklim.

Liputan6.com, Jakarta - Dampak pemanasan global -- yang dikenal sebagai perubahan iklim -- dapat diamati dan kini telah dirasakan di mana-mana di Bumi.

Mulai dari cuaca ekstrem hingga naiknya permukaan air laut, masalah ini menjadi sangat nyata dan beberapa negara di seluruh dunia berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di dalam negeri masing-masing.

Dampak paling dramatis dari perubahan iklim dapat disaksikan di Kutub Utara. Dengan pemanasan dua kali lipat rata-rata global, es di Laut Arktik menyusut setiap tahun dan Lapisan Es Greenland menjadi tidak stabil.

Mungkin salah satu perubahan signifikan di daerah tersebut terjadi di bawah tanah di lapisan es, lapisan tanah beku yang mencakup lebih dari 25% belahan Bumi utara.

Es di sana perlahan-lahan mencair sejak tahun 1980-an, mikroba purba kembali aktif, termasuk agen infeksi, virus dan spora kuno yang biasanya berakhir di persediaan air, tanah, dan sumber makanan manusia.

Berikut 5 penyakit berbahaya yang 'dibangkitkan kembali' oleh perubahan iklim, seperti dikutip dari Top Tenz, Rabu (7/8/2019).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Virus Purba

Selama 2013 dan 2014 para ilmuwan menemukan dua virus raksasa di permafrost (lapisan tanah bagian bawah yang tebal, yang tetap beku sepanjang tahun) di Siberia.

Virus-virus tersebut, Pithovirus sibericum dan Mollivirus sibericum, sangat besar sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop biasa.

Setelah dicairkan, virus-virus ini segera menjadi infeksius, sekaligus menjadi pengingat bahwa virus-virus yang berasal dari kehidupan Siberia kuno juga mungkin hidup kembali ketika permafrost mencair.

Saat ini, sebagian besar wilayah itu sepi dan lapisan permafrost yang lebih dalam, tidak terdampak. Namun, karena es yang meleleh, pantai utara Siberia menjadi lebih mudah diakses.

3 dari 6 halaman

2. Bakteri Kuno

NASA tidak hanya mempekerjakan insinyur dan astronaut, badan antariksa ini juga memiliki beberapa program penelitian di mana para ahli astrobiologi mengeksplorasi potensi kehidupan di Mars.

Selain itu, mereka pun meriset mengenai pembekuan kriogenik (pengetahuan tentang suhu yang sangat rendah) dan bagaimana manusia dapat mencapai (dan bertahan) selama perjalanan panjang menuju Planet Merah.

Ketika mencari Psychrophiles di lapisan es yang ditemukan di Mars --organisme yang hanya dapat ditemukan di suhu yang sangat rendah-- astrobiolog NASA, Dr. Richard Hoover, menemukan bakteri yang telah membeku selama 32.000 tahun.

Setelah dikeluarkan dari lapisan es dan bongkahan tersebut, bakteri itu hidup kembali, seolah-olah tidak pernah beku. Usai menjalani pengujian lebih lanjut, NASA menyimpulkan bahwa mereka telah menemukan bentuk kehidupan baru di Mars.

Pada 2017, para ilmuwan di Meksiko juga menemukan bakteri di sebuah lokasi penambangan yang mungkin umurnya jauh lebih tua.

Bakteri ini terperangkap di dalam kantong cairan kristal. Mikroba tersebut juga dihidupkan kembali dan mulai berkembang biak setelah dikeluarkan dari bungkus kuno itu.

Selama tes lebih lanjut, para ilmuwan terkejut karena menemukan bahwa bakteri itu resisten terhadap 18 jenis antibiotik. 

4 dari 6 halaman

3. Botulisme

Botulisme adalah penyakit langka yang disebabkan oleh toksin Botulinum, salah satu agen paling mematikan yang diketahui umat manusia.

Toksin itu menyebabkan kelumpuhan otot dan biasanya, pada penderita, timbul kesulitan berbicara dan menelan makanan atau minuman, sebelum akhirnya melumpuhkan seluruh tubuh.

Intervensi medis tidak menjamin kelangsungan hidup penderitanya, tetapi tanpa pengobatan, penyakit ini mampu membunuh dengan tingkat keampuhan 50%.

Sama seperti bakteri Anthrax, Botulinum membentuk spora yang dapat dan telah bertahan hidup di lapisan es selama lebih dari seabad --yang merupakan ancaman nyata begitu es mencair.

Spora dapat berakhir di tanah, debu dan air tawar dan sedimen laut, di mana wabah dapat merebak. Selama wabah menjangkit unggas dan ikan, bangkai hewan yang mati menjadi bagian dari siklus makanan saat mereka dimangsa belatung.

Spora juga dapat berakhir di sistem air tawar atau daerah baru yang sebelumnya tidak terdampak.

Pada tahun 1998, Danau Erie telah terdeteksi wabah Botulisme tahunan dan sekarang diperkirakan akan bermula dari Great Lakes.

5 dari 6 halaman

4. Kusta dan TBC

Kusta dan tuberkulosis adalah penyakit yang lumrah mewabah pada Abad ke-1. Meskipun kedua penyakit ini masih ada sampai sekarang, masa inkubasinya yang panjang (kadang-kadang bisa hingga 20 tahun).

Agen penyebab tuberkulosis dan kusta, mikobakteri, sangat ulet dan tumbuh lambat, serta tidak memiliki reservoir (semacam tempat bersembunyi) lingkungan yang diketahui.

Sebagian besar DNA yang ditemukan sampai sekarang berasal dari kuburan abad pertengahan di Eropa. Namun, baru-baru ini, bukti DNA dari mikobakteri tuberkulosis telah ditemukan dari bangkai bison yang ditemukan di lapisan es yang berusia lebih dari 17.000 tahun.

 

6 dari 6 halaman

5. Smallpox

Pada tahun 1890-an, Siberia terjangkit wabah cacar besar-besaran. Ratusan mayat yang terinfeksi, dikuburkan di bawah lapisan permafrost sebelah Sungai Kolyma.

Setelah lebih dari seratus tahun, genangan air sungai --dipercepat oleh pencairan lapisan es-- kini mulai mengikis tepi-tepi tempat mayat-mayat itu dikuburkan.

Sebuah tim peneliti mengakuisisi dan menyusun kembali seluruh urutan DNA genom dari tubuh seorang anak yang meninggal pada Abad ke-17, membenarkan bahwa Smallpox atau cacar monyet belum diberantas dari planet ini, hanya dari permukaannya saja.

Pada 1980, hanya beberapa bulan setelah kasus kematian terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Smallpox telah diberantas.

Saat ini, satu-satunya induk virus yang "resmi" dapat ditemukan hanya ada di dua tempat, yakni Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) di Atlanta, Georgia, dan di VECTOR dekat Novosibirsk, Rusia.

Namun, ada induk lain yang ditemukan di Bethesda, Maryland pada tahun 2014, tanpa alasan jelas. Selain itu, virus ini dianggap sebagai agen bioterorisme.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.