Sukses

Lagu hingga Bunga di Aksi Kenang Sahabat Korban Penembakan Selandia Baru

Ratusan siswa sekolah di Selandia Baru mengadakan aksi peringatan duka sebagai ungkapan kehilangan atas sahabat mereka yang menjadi korban tewas penembakan masjid.

Liputan6.com, Wellington - Penembakan massal terjadi di Selandia Baru pada Jumat, 15 Maret 2019. Saat itu, dua masjid yang berdekatan di Kota Christchurch diserang oleh teroris berkewarganegaraan Australia, Brenton Tarrant, bersamaan tengah dilakukannya ibadah bagi umat muslim. Sebanyak 50 orang dinyatakan tewas dalam insiden nahas, dengan puluhan lainnya luka-luka.

Banyak pihak berduka, baik keluarga, kerabat, maupun sahabat korban dari berbagai latar belakang.

Baru-baru ini, siswa di Cashemere School, bagian selatan Kota Christchurch, Selandia Baru melakukan aksi kolektif mengenang sahabat mereka yang menjadi korban penembakan.

Dalam kegiatan, tampak ratusan siswa berkumpul, duduk membawa lilin, sambil menyanyikan lagu bersama-sama. Sejumlah lilin itu bertuliskan "kamu tidak akan pernah terlupakan".

Ratusan buket bunga dan beberapa boneka dikumpulkan dalam acara itu, dengan kartu ucapan yang mewakili rasa kehilangan. Terlihat dalam sebuah karangan, terselip surat yang bertuliskan: "Maaf Sayyad. John dan Nuraini. Kami Merindukanmu."

Tidak Akan Terlupa

Salah satu sahabat mereka yang menjadi korban penembakan masjid diketahui bernama Sayyad Milne (14), mengutip BBC News pada Jumat (22/3/2019).

"Kami berbicara dengan salah satu sahabat kami. Pagi harinya, berita itu dikonfirmasi. Saya sangat terpukul. Itu sangat buruk," kata Kayden, sahabat Sayyad. Tampak ia menahan tangis.

"Dia dikenal oleh banyak orang dan dicintai oleh banyak orang. Dan sangat menyedihkan, mengetahui komunitas ini telah dijatuhkan oleh penembakan itu," lanjutnya.

"Segalanya terasa sedikit kosong dan saya berharap seiring berjalannya waktu, akan lebih mudah untuk menghadapinya." katanya.

"Tapi saya tidak berpikir itu akan mudah," pungkasnya.

Peringatan duka ini mewakili warga Selandia Baru yang kehilangan orang-orang terkasih, khususnya kalangan siswa. Lima dari 50 korban tewas adalah anak-anak, di bawah 16 tahun.

Sebagian dari mereka adalah siswa sekolah menengah, dengan dua lainnya masih balita yakni berumur tiga dan empat tahun.

 

Simak pula video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekolah Mengenang Para Korban

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh seorang ketua siswa Cashmere School, Okirano Tilia.

"Saya tahu sekolah saya telah terdampak. Banyak siswa merasa kehilangan orang-orang yang dicintai (sahabat mereka). Kami hanya ingin meyakinkan agar mereka tahu, sekolah akan terus mengenag para korban," kata Tilia.

"Menjadi bagian dari peringatan ini, di mana saya memimpinnya, memperlihatkan bahwa kebencian tidak bisa dilawan dengan kebencian. Hanya cinta yang bisa," pungkas Tilia.

Tampak peserta kegiatan sangat berduka. Banyak di antaranya yang menangis, merasa sangat terpukul dengan nasib yang menimpa sahabat mereka.

"Bagi saya, mereka ini luar biasa, bagaimana kita semua berkumpul untuk menunjukkan dukungan. Khususnya bagaimana itu telah dilakukan oleh anak-anak dan siswa-siswa sekolah. Sayarasa itu tindakan yang sangat baik," kata perempuan peserta kegiatan yang tidak disebutkan namanya.

Tidak hanya Cashmere School, kegiatan ini juga diikuti oleh siswa dari sekolah lain. Mereka yang terbiasa bersaing dalam sejumlah kompetisi, duduk bersama mengenang korban.

"Seluruh siswa, bahkan dari sekolah yang berbeda, meskipun kami rival dalam pertandingan olahraga, seluruhnya terlihat bersama berkumpul hanya untuk tujuan yang sangat indah ini," kata peserta yang lain.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.