Sukses

Diduga Digigit Laba-Laba Janda Hitam, Pria di Kanada Mengeluh Tak Bisa Kencing

Seorang pria di Kanada tak bisa buang air kecil dan diduga digigit laba-laba janda hitam. Mengapa demikian?

Liputan6.com, Ontario - Seorang pria paruh baya di Kanada tidak bisa kencing setelah ia diduga digigit oleh laba-laba janda hitam (Latrodectus mactans) -- jenis laba-laba mematikan. Ia telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan intensif.

Para ilmuwan setempat menganalisis temuan ini. Mereka menyebut laki-laki berusia 50 tahun tersebut mengalami kondisi yang disebut retensi urin akut. Itu artinya, ia tidak bisa buang air kecil walaupun kandung kemihnya sangat penuh.

Menurut pengakuan korban, ia mengira bahwa hewan mematikan itu menyengatnya ketika ia sedang berjalan melewati ilalang tinggi di dekat cottage (rumah kecil dan sederhana yang terletak di dekat danau atau pantai) miliknya di Ontario selatan.

Namun berdasarkan laporan baru, laba-laba janda hitam jarang ditemukan di Kanada, mengingat suhu di negara ini lembab dan dingin.

Binatang kelas Arachnida itu biasanya ditemukan di negara dengan iklim yang hangat, sedang, gelap, dan kering seperti Amerika Serikat, Amerika Selatan, Afrika, Eropa Selatan dan Asia, dan Australia --termasuk Indonesia.

Namun, seperti dilansir dari Live Science pada Rabu (2/1/2018), keberadaan laba-laba ini di Kanada mungkin didorong karena adanya perubahan suhu Bumi. Oleh sebab itu, mereka bergerak lebih jauh ke arah Utara.

Usai digigit, korban tidak terlalu memikirkan bekas sengatan laba-laba janda hitam itu. Namun, dua jam kemudian, ia merasakan sakit yang luar biasa di kakinya. Meski demikian, ia masih menganggap hal tersebut biasa saja dan ia pun kembali beraktivitas seperti umunya.

Pada keesokan paginya, rasa sakitnya menjadi sangat parah. Ia juga mengalami kram di perutnya, sehingga ia harus dilarikan ke ruang gawat darurat di Rumah Sakit Ottawa di Victoria, Kanada.

"Tim medis yang menanganinya mengira bahwa sakit perut korban disebabkan oleh batu ginjal. Kami pun awalnya menduga jika gigitan laba-laba janda hitam itu tidak berarti apa-apa dan ia dipulangkan," kata Dr. Matthew Carere yang merawat pria itu.

Setelah beberapa jam tinggal di cottage, sakit perut pria tersebut kumat lagi. Bahkan lebih buruk. Ia pun dilarikan lagi ke rumah sakit yang lebih besar untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rentang Gejala

Pada saat pria itu tiba di ruang gawat darurat, ia terlihat sangat kesakitan dan banyak mengeluarkan keringat. Kedua kelopak matanya pun bengkak. Tekanan darahnya sangat tinggi dan CT scan mengungkapkan bahwa kandung kemihnya membuncit seperti terkena infeksi, menurut laporan yang menangani kasus ini.

Korban pun kembali menyampaikan pada dokter ahli yang menanganinya tentang gigitan laba-laba janda hitam. Akan tetapi, setelah tim medis memeriksa kulitnya dengan cermat, mereka tidak menemukan bukti gigitan atau ruam akibat laba-laba.

Namun, meskipun tidak ada bekas luka, dokter mencurigai pria itu digigit laba-laba janda hitam utara (Latrodectus variolus), spesies yang ditemukan di Ontario selatan.

Bisa dari seekor laba-laba janda hitam mengandung berbagai racun yang mungkin menyebabkan gejala-gejala mengerikan pada pria malang tersebut.

Racun laba-laba janda hitam menyebabkan sindrom medis yang dikenal sebagai "latrodectism", yang menimbulkan gejala seperti tekanan darah tinggi, keringat mengucur deras dan nyeri otot.

Racun yang terkadung dalam bisa laba-laba janda hitam mengandung enzim penyebab 'membanjirnya' neurotransmiter (bahan kimia yang mengirimkan sinyal dari satu neuron ke neuron berikutnya), serta vasodilator yang merupakan zat yang memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah.

"Pelepasan salah satu neurotransmitter semacam itu, yang disebut asetilkolin, mungkin menjadi salah satu alasan mengapa pria itu mengalami retensi urin dan mengalami kesulitan kencing setelah digigit laba-laba janda hitam," tutur Carere.

Carere juga mencatat bahwa faktor lain yang mungkin menjadi penyebab memburuknya sakit pria itu adalah usianya yang sudah setengah abad dan ia memiliki semacam hiperplasia prostat jinak atau pembesaran prostat.

Ia mencatat bahwa para dokter ahli tidak dapat secara definitif membuktikan bahwa gigitan laba-laba janda hitam adalah penyebab utama retensi urin pria tersebut. Mereka juga mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan kasus serupa sebelumnya.

Korban telah dirawat di rumah sakit selama dua hari, terhitung sejak Kamis (27 Desember 2018) dan dipulangkan pada Minggu (30 Desember 2018) meski masih menjalani rawat jalan.

Dokter telah melakukan kateterisasi (prosedur memasukkan selang kateter melalui lubang kencing atau uretra menuju kandung kemih, tempat penampungan urin) untuk mengalirkan urin dari kandung kemih dan mengendalikan tekanan darah beserta rasa sakit si pria.

Kasus ini telah diterbitkan pada Canadian Journal of Emergency Medicine.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.