Sukses

Presiden Nigeria Meninggal dan Digantikan Manusia Kloning? Ini Faktanya

Tidak ada kabar selama pengobatan di luar negeri, Presiden Nigeria diisukan meninggal dan diganti oleh manusia kloning.

Liputan6.com, Abuja - Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari, digosipkan telah meninggal dunia, dan sosoknya yang hadir saat ini merupakan "kloning". 

Satu teori secara luas beredar di media sosial--yang menurut beberapa lawan politiknya--bahwa dia telah digantikan oleh seorang warga Sudan yang mirip dengannya dan bernama Jubril.

Tidak ada bukti yang disajikan terkait gosip terkait pemimpin Nigeria itu, tetapi video yang membuat klaim tersebut telah ditonton ribuan kali di YouTube dan Facebook.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (3/12/2018), Buhari membantah klaim bahwa dia telah meninggal dan digantikan oleh sosok asal Sudan yang mirip dengannya. Pernyataan itu memecah kebisuannya soal rumor yang telah beredar di media sosial selama berbulan-bulan.

Buhari, yang mencalonkan kembali dalam pilpres Nigeria pada Februari nanti, menghabiskan waktu lima bulan di Inggris pada 2017, untuk mengobati penyakitnya yang dirahasiakan rinciannya.

"Ini saya yang sesungguhnya, saya jamin. Saya akan segera merayakan ulang tahun ke 76, dan saya akan tetap kuat," kata Buhari kepada warga Nigeria dalam sesi pertemuan diaspora di Polandia, Minggu, 2 Desember 2018.

"Banyak orang berharap saya meninggal saat sakit. Beberapa bahkan mendorong wakil presiden untuk naik jabatan dan mereka mengajukan diri sebagai wapres, karena mereka menganggap saya sudah tiada. Itu sangat memalukan," kata dia, menambahkan bahwa mereka yang menyebarkan desas-desus itu tidak punya kepedulian dan tidak religius.

Pemimpin Nigeria tersebut mengatakan, dia menantikan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-76 pada 17 Desember 2018.

Pemerintahan Nigeria mengedarkan komentar Buhari dalam sebuah pernyataan resmi via email berjudul "Ini Saya Versi Nyata: Presiden Buhari Menanggapi Tuduhan Kloning".

Dalam sebuah video terlihat Buhari membacakan bantahannya, yang disambut tawa rekan-rekannya. 

Tanggapan tersebut telah diunggah ke akun Twitter presiden, yang diikuti oleh 1,76 juta orang, di mana disematkan sebagai kicauan teratas.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nigeria Belajar CCT ke Indonesia

Sementara itu, pemerintah Nigeria dan 14 negara lainnya memberikan apresiasi terhadap keberhasilan pemerintah Indonesia dalam Program Keluarga Harapan (PKH), atau Conditional Cash Transfer (CCT), sebagai penanggulangan kemiskinan. Karena itu, mereka merasa tertarik untuk mempelajari PKH.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang penerapan Program Keluarga Harapan (PKH), sebanyak 20 delegasi pemerintah Nigeria menyambangi kantor Kementerian Sosial RI, Rabu, 14 November 2018.

Assistant Project Accountant Negeria Cash Transfer Officer Adam Ibraheem Salisu mengatakan, selain untuk bersilaturahmi, kunjungan kerja itu dimaksudkan untuk bertukar informasi terkait CCT di negaranya maupun di Indonesia.

Adam mengaku sebagai negara yang baru menerapkan CCT harus banyak belajar, dari berbagai negara yang telah sukses menjalankannya, seperti Indonesia yang telah menerapkan program ini sejak 2007. Nigeria sebagai negara berkembang baru menerapkan CCT selama 2 tahun.

"Usia CCT kami baru 2 tahun. Untuk itu, pemerintah kami mengirimkan sejumlah tim ke negara-nagara yang telah mempunyai pengalaman menerapkan CCT seperti Indonesia," ucap Adam.

Sejumlah negara telah menerapkan CTT antara lain Indonesia, Brasilia, Kenya, dikatakan Adam masing-masing negara mempunyai kelebihan dalam menjalakan program pengentasan kemiskinan ini. "Indonesia sebagai negara besar mempunyai infrastruktur CCT yang sangat bagus dan sistem yang baik," tegasnya.

Adam mengakui penerapan PKH sangat sukses dan mempunyai banyak kelebihan seperti adanya tim yang sangat kuat dalam menjalankan program ini. Selain itu, CCT ini mendapatkan dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.