Sukses

Tolak Kenaikan Harga BBM, Seperempat Juta Warga Prancis Gelar Aksi Protes

Lebih dari seperempat juta orang Prancis memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Sabtu 17 November 2018 waktu setempat.

Liputan6.com, Paris - Seorang pengunjuk rasa tewas dan lebih dari 200 orang terluka ketika lebih dari seperempat juta orang turun ke jalan-jalan Prancis demi memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Sabtu 17 November 2018 waktu setempat.

Pengunjuk rasa berjenis kelamin perempuan tewas tertabrak mobil. Sopir mobil diketahui dalam kondisi panik setelah dikelilingi oleh puluhan demonstran. Ia kemudian memacu kendaraannya, hingga kemudian menabrak korban.

Para demonstran beratribut "rompi kuning" --sebuah rompi jaket visibilitas tinggi yang mereka kenakan-- memblokir jalan raya dan bundaran di jalan-jalan utama Prancis.

Sekitar 280.000 orang mengambil bagian dalam protes di seluruh Prancis, kementerian dalam negeri mengatakan dalam info terbaru. Dikatakan 227 orang terluka pada siang hari, tujuh dalam kondisi serius, dan 52 orang diamankan aparat.

Sebagian besar protes telah terjadi tanpa insiden. Namun, beberapa cedera terjadi ketika para pengendara mobil mencoba menerobos blokade demonstran, melukai sejumlah pengunjuk rasa.

Demonstran menuduh Presiden Emmanuel Macron meninggalkan "orang-orang kecil", yang berakibat pada kenaikan harga BBM, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (18/11/2018). Beberapa di antara mereka mendesak Macron untuk mengundurkan diri.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin peringatan 100 tahun berakhirnya gencatan senjata Perang Dunia I di Paris, 11 November 2018. (AP/Thibault Camus)

Macron sejauh ini belum mengomentari protes itu. Namun dia mengakui pada awal pekan bahwa dirinya tidak "benar-benar berhasil mendamaikan orang-orang Prancis dengan para pemimpin mereka".

Meskipun demikian, ia menuduh lawan-lawan politiknya membajak gerakan protes itu untuk memblokir program reformasinya.

Berbicara pada hari Rabu 14 November, Macron juga menyalahkan kenaikan harga minyak dunia sebesar tiga perempat dari total harga semula. Dia juga mengatakan lebih banyak pajak pada bahan bakar fosil diperlukan untuk mendanai investasi energi terbarukan.

Harga Solar Naik 23 Persen

Harga solar, bahan bakar yang paling umum digunakan di mobil Prancis, telah meningkat sekitar 23 persen selama 12 bulan terakhir menjadi rata-rata 1,51 euro per liter (berkisar Rp 25.000). Itu merupakan titik harga tertinggi sejak awal 2000-an, menurut laporan kantor berita Prancis Agence France-Presse.

Harga minyak dunia memang sempat mengalami fluktuasi. Tetapi, pemerintahan Presiden Macron menaikkan pajak BBM tahun ini sebesar 7,6 sen per liter (berkisar Rp 11.000) pada solar dan 3,9 sen pada bensin (berkisar Rp 6.600), sebagai bagian dari kampanye untuk investasi energi terbarukan.

Pada Januari 2019, pemerintah juga berencana akan kembali menaikan pajak BBM sebesar 6,5 sen pada solar (berkisar Rp 10.847) dan 2,9 sen pada bensin (berkisar Rp 4.839).

Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe mengatakan bahwa uang pajak BBM itu akan digunakan untuk mensubsidi sekitar total 5,6 juta rumah tangga miskin Prancis. Pajak juga diterapkan untuk mengurangi ketergantungan warga Prancis terhadap penggunaan kendaraan pribadi untuk aktivitas sehar-hari, kata Philippe.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kelompok Oposisi Pemerintah Mendukung Demonstran

Pemimpin sayap kanan dan oposisi Prancis, Marine Le Pen, yang dikalahkan oleh Macron pada putaran kedua pemilihan presiden 2017, telah mendukung demonstran.

Le Pen berkata di Twitter: "Pemerintah seharusnya tidak takut pada orang Prancis yang datang untuk mengekspresikan pemberontakan mereka dan melakukannya dengan cara damai."

Laurent Wauquiez, pemimpin Republik berhaluan kanan-tengah, menyerukan kepada pemerintah Macron untuk membatalkan rencana peningkatan pajak pada Januari 2019.

Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner menggambarkan demo hari Sabtu sebagai "protes politik dengan dukungan Republik (partai oposisi) di belakangnya".

Tapi, Olivier Faure, pemimpin Partai Sosialis sayap kiri mengatakan gerakan itu - yang tidak memiliki pemimpin tunggal dan tidak terkait dengan serikat pekerja manapun - "lahir di luar partai-partai politik".

"Orang-orang ingin politisi mendengarkan mereka dan menanggapi. Permintaan mereka adalah keadilan keuangan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.