Sukses

Pejabat Korea Utara dan Selatan Sepakat Gelar Reuni Keluarga yang Terpisah

Kepala Palang Merah Korea Utara dan Korea Selatan telah setuju untuk mengadakan lagi acara reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea 1950-53.

Liputan6.com, Seoul - Kepala Palang Merah Korea Utara dan Korea Selatan telah setuju untuk mengadakan lagi acara reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea 1950-53 pada awal Oktober 2018 mendatang.

Park Kyung-seo, kepala Palang Merah Korea Selatan, mengatakan pada Sabtu (25/8) bahwa dia telah membuat perjanjian dengan mitra setara dari Korea Utara selama pembicaraan mereka di sela-sela pertemuan keluarga yang terpisah di sebuah resor di Gunung Kumgang Utara.

"Saya berdiskusi dengan Park Yong-il, kepala delegasi (Palang Merah) Korea Utara, untuk mengadakan satu putaran reuni keluarga lagi dalam tahun ini dengan cara yang sama dengan acara reuni ke-21," kata Park Kyung-seo, seperti dikutip dari kantor berita Korsel Yonhap News Agency, Minggu (26/8/2018).

"Kami memutuskan untuk membahas tanggal dan perincian lainnya dalam perundingan tingkat kerja."

Sekitar 600 warga Korea Selatan, termasuk anggota lebih dari 160 keluarga, berpartisipasi dalam dua gelombang reuni yang digelar bersama oleh kedua negara selama sepekan terakhir, di mana mereka dipertemukan dengan keluarga yang berada di Korea Utara. Gelombang kedua, terdiri dari 326 orang, diatur untuk kembali ke Selatan pada hari Minggu 26 Agustus ini.

"Ukuran reuni ke-22 (pada Oktober nanti) akan mirip dengan yang sekarang," kata Park Kyung-seo.

"Saya pikir itu mungkin akan terjadi pada akhir Oktober, dengan mempertimbangkan cuaca dan berbagai kondisi lainnya."

Kedua Korea telah mencapai konsensus tentang perlunya mengadakan reuni keluarga tambahan dalam tahun ini, Park Kyung-seo menekankan.

"Sekitar 3.000 hingga 4.000 anggota keluarga yang terpisah meninggal dunia per tahun. Dalam tujuh hingga 10 tahun ke depan, akan sulit untuk mengadakan reuni keluarga yang terpisah."

Park Kyung-seo mengatakan, ia menempatkan reuni keluarga yang terpisah sebagai salah satu agenda prioritas.

Dia berjanji untuk mencari cara untuk lebih aktif menggunakan tempat pertemuan permanen bagi keluarga yang terpisah di resor untuk mencegah lebih banyak orang Korea yang lanjut usia meninggal tanpa memiliki kesempatan untuk melihat anggota keluarga mereka yang telah lama hilang.

Acara reuni terbaru, yang pertama dalam dua tahun sepuluh bulan, hadir di tengah mencairnya hubungan dua Korea. Pada bulan April, para pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara sepakat untuk berjuang bersama untuk menyelesaikan tantangan kemanusiaan yang timbul dari dekade-dekade perpecahan akibat Perang Korea 1950-53.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lansia Korsel Bersiap untuk Kemungkinan Reuni Terakhir dengan Keluarga di Korea Utara

Lee Su-nam (76) merasa sangat emosional pada tanggal 25 Juli lalu, ketika dirinya mendengar suara kakak laki-lakinya via sambungan telpon, meski hanya satu menit.

Dugaannya selama ini salah, kakaknya tersebut masih hidup dan tinggal di Korea Utara.

Terakhir kali Lee melihat saudara lelakinya, Lee Jong-seong, adalah pada Agustus 1950, suatu ketika dia ingat udara sangat panas dan buah persik telah matang di pohon.

Ketika tentara Korea Utara mendekati Seoul, orang tua Lee memutuskan untuk mengirim putra sulung mereka pergi karena takut dia akan dipaksa masuk ke milisi komunis jika dia tetap tinggal. Dia ditangkap di jalan dan keluarganya menghabiskan 68 tahun berikutnya dengan asumsi dia meninggal dalam perang Korea 1950-53. Demikian dikutip dari Time.com pada Senin 20 Agustus 2018.

Sejak awal tahun, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah meningkat secara dramatis, dan sebagai bagian dari pemulihan hubungan itu, kedua pihak telah mengatur reuni minggu ini di antara keluarga-keluarga yang terpisah jauh.

Pertemuan tersebut adalah yang pertama sejak 2015, tetapi mereka yang berpartisipasi hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang apa yang diharapkan.

"Hal pertama yang akan saya katakan kepada saudara laki-laki saya adalah, 'terima kasih sudah hidup'," kata Lee (76) sambil menyebarkan foto keluarga yang menua di atas meja dapurnya.

"Tapi saya juga harus hati-hati, saya tahu ada banyak hal yang tidak bisa kita bicarakan karena politik di Utara."

"Kami telah terpisah untuk waktu yang lama tanpa koneksi. Ini akan membutuhkan waktu beberapa saat untuk mencairkan perbedaan."

Korea Selatan mengirim 93 orang ke Gunung Kumgang, wilayah wisata di Korea Utara, setelah lebih dari 132.000 warga Korea Selatan mengajukan permohonan untuk melihat kerabat yang hilang. Kelompok dari Korea Selatan akan bertemu keluarga mereka antara 20 dan 22 Agustus dan Korea Utara akan bertemu keluarga mereka di Selatan antara 24 dan 26 Agustus.

Dari mereka yang mendaftar, Palang Merah Korea Utara dapat mengidentifikasi kurang dari setengah, sekitar 57.000 orang, yang masih hidup. Lee akan melakukan perjalanan Utara dengan saudara-saudaranya yang lain, tetapi tidak memiliki informasi mengenai apa yang akan terjadi setelah mereka tiba.

Reuni keluarga telah digunakan sebagai langkah pertama untuk membangun hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak di masa lalu, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka yang dapat mengingat kerabat mereka semakin tua dan banyak yang telah meninggal.

Sudah ada 20 reuni sejak tahun 2000, dengan putaran terakhir diadakan pada Oktober 2015 sebelum hubungan antara Korea Utara dan Selatan memburuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.