Sukses

Kemlu RI Benarkan Kabar 15 WNI yang Ditahan Pasukan Kurdi di Suriah

Kementerian Luar Negeri RI mengonfirmasi kabar mengenai 15 warga negara Indonesia atau WNI diduga terafiliasi ISIS yang ditahan oleh pasukan Kurdi di Suriah utara.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI mengonfirmasi kabar mengenai 15 warga negara Indonesia atau WNI diduga terafiliasi ISIS yang ditahan oleh pasukan Kurdi di Suriah utara.

Direktur Perlindungan WNI (PWNI) dan BHI Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah mengetahui informasi tersebut sejak akhir tahun 2017 lalu.

"Kita sudah tahu informasi itu sejak Desember 2017 lalu," tulis Iqbal melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Rabu (28/2/2018).

Kabar itu mencuat pada beberapa hari terakhir setelah petinggi organisasi pemantau hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW) menyebut ada sekitar 15 keluarga WNI dan 1 keluarga Malaysia yang ditahan di kamp detensi yang dikelola oleh pasukan Kurdi Suriah.

Seperti dikutip dari Free Malaysia Today, Direktur Program Terorisme dan Kontra-Terorisme HRW, Nadim Houry menerima informasi tersebut kala mengunjungi kamp detensi yang dikelola pasukan Kurdi di Suriah dan mewawancarai perempuan yang ditahan di dalamnya.

Houry memahami bahwa 'ada sekitar 15 keluarga Indonesia' dan 'satu keluarga Malaysia' yang ditahan di salah satu kamp detensi pasukan Kurdi.

Free Malaysia Today juga menulis bahwa mereka diduga terafiliasi dengan ISIS.

Ketika ditanya langkah apa yang akan diambil oleh Indonesia terkait hal tersebut, Direktur PWNI dan BHI Kemlu RI mengatakan bahwa pemerintah perlu memantapkan kejelasan status kewarganegaraan mereka terlebih dahulu dan sejumlah hal lain.

"Sebelum pemerintah memutuskan melakukan langkah tertentu, kami harus memverifikasi banyak hal seperti kewarganegaraan dan apakah mereka fighters (kombatan) atau bukan -- seperti yang kami lakukan terhadap 18 WNI yang tahun lalu kami evakuasi (dari Suriah)," tulis Iqbal.

Lebih lanjut, ketika ditanya apakah ada upaya penjangkauan yang dilakukan oleh tim Kedutaan Besar RI di Damaskus kepada mereka yang ditahan, Iqbal mengatakan, "Akses komunikasi sangat sulit dan situasinya terlalu berbahaya untuk dijangkau."

"Situasi keamanan sangat rawan di sekitar lokasi saat ini. Pihak SDF (Syrian Democratic Forces yang didukung Amerika Serikat) dan YPG (Pasukan Kurdi SDF di Suriah Utara) yang menahan mereka saat ini sedang digempur dengan artileri berat oleh Turki maupun oleh pemerintah Suriah (rezim Presiden Bashar Al Assad) di Damaskus," lanjut Iqbal mengomentari kasus WNI itu.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diduga Banyak Perempuan dan Anak-Anak

Seperti dikutip dari Free Malaysia Today, Nadim Houry mengatakan bahwa banyak di antara mereka yang ditahan masih berstatus anak-anak dan kemungkinan sejumlah perempuan.

"Kebanyakan keluarga itu memiliki anak-anak. Saya tidak paham spesifiknya. Tapi kecurigaan saya, ya, ada anak-anak di antara mereka," tambahnya.

Meski begitu, Houry tidak menjelaskan apakah ada individu lain dari negara di Asia Tenggara yang turut ditahan, di samping para WNI dan warga Malaysia itu.

Sementara itu, dalam sebuah komentar yang diutarakan Nadim Houry kepada surat kabar Jerman Die Welt, awal bulan ini diketahui terdapat sekitar 800 perempuan asing beserta anak-anaknya yang diduga terafiliasi ISIS yang telah ditahan oleh pasukan Kurdi di Suriah Utara.

Ke-800 perempuan itu ditahan di empat kamp detensi terpisah yang dikendalikan oleh Kurdi Suriah.

"Mereka berasal dari 40 negara, ada dari Kanada, Prancis, Inggris, Tunisia, Yaman, Turki, Jerman, dan Australia," jelasnya.

Para perempuan itu diberikan secuil kebebasan untuk beraktivitas di dalam kamp detensi. Namun, mereka tidak diizinkan untuk keluar dari tempat tersebut.

Houry juga mengatakan bahwa beberapa perempuan itu mengaku telah mengalami tindak kekerasan dan pelecehan oleh para petugas kamp. Mereka juga hidup dalam kondisi sanitasi, kesehatan, dan gizi yang buruk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.