Sukses

Ritual Aneh 'Jari Tengah' Perenang Kanada di Olimpiade Rio 2016

Kendati demikian, ritual mengacungkan jari tengah itu sempat membuat sejumlah kalangan menyalahartikan sebagai ejekan.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Para penonton di kolam renang Olimpiade Rio mungkin kaget melihat perenang asal Kanada memberikan "jari tengah" sebelum berlaga.

Rupanya, flipping the bird alias mengacungkan jari tengah adalah ritual aneh yang dilakukan perenang Santo Condorelli semenjak ia berusia 8 tahun.

Ayah Santo, Joseph Condorelli, mengatakan tradisi itu menguatkan semangat anak lelakinya.

"Kamu harus menunjukkan kepercayaaan dirimu dan mengatakan, 'enyah kalian semua' saat kamu sedang bertanding," demikian pesan Joseph kepada Santo seperti dikutip dari Canadian Press, Selasa (9/8/2016).

"Ayahku mengatakan, 'tiap kali kamu merasa khawatir, beri aku jari tengahmu dan aku akan mendukungmu,'" ucap Santo membenarkan ritual ayah-anak itu.

Ini adalah Olimpiade pertama Santo setelah dipilih oleh tim perenang Kanada tahun lalu.

Setelah berada di peringkat ketujuh di kelas pria 4x100 meter gaya bebas bersama timnya, Santo akan ikut serta dalam 100 meter gaya bebas pada Selasa, 9 Agustus dan 50 meter pada Kamis, 11 Agustus mendatang.

Kendati ritual itu menyemangati pemuda 21 tahun itu, ia sadar ketika di Olimpiade Rio hal itu justru bisa membuat orang salah mengira.

"Melihat reaksi orang akan ritual kami ini menarik. Aku tidak sedang membuat orang lain marah. Jadi, di Rio aku memutuskan untuk sedikit menyamarkan dengan menempelkan jari tengah di jidatku saja," ujar Santo.

"Ayahku jelas membalasnya karena aku dapat melihatnya meski terpisah jauh," ucapnya.

Sang ayah berkata kalau ritual jari tengah itu semacam komunikasi antara dia dan anak laki-lakinya agar Santo tenang dan siap.

"Ini ritual yang baik buat kami berdua. Terutama buat Santo untuk mengenyahkan ketakutannya," kata Joseph.

Kendati demikian, saat melakukan kompetisi junior beberapa waktu lalu di Kanada, tak sengaja Joseph berdiri di belakang kamera. Tatkala Santo memberikan jari tengah sebagai ritual, "aksinya" itu disalahartikan sebagai mengejek. 

"Aku terpaksa menulis surat permintaan maaf saat itu. Dan kami harus sedikit mengubah strategi dalam melakukan ritual ini, setidaknya menghindari berada di belakang kamera," ucap Santo. 

Santo lahir di Jepang dan dibesarkan di New York dari seorang ibu Kanada, sementara Joseph warga AS. Kendati demikian, Santo memilih Kanada sebagai warga negara. Baru kali Santo serius menjalankan kompetisi renang selama hidupnya. Akhirnya, kompetisi renang menuju Olimpiade Rio mampu mengenyahkan hari-harinya yang penuh pesta di University of Southern California.

Ada harapan bagi Kanada Santo membawa sebuah medali di Olimpiade Rio setelah ia berhasil mengalahkan perenang legendaris Michael Phelps--yang baru saja meraih medali emas ke-19 Olimpiade--dan memenangkan medali perak pada November tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini