Sukses

Duit Nomplok di Balik Tren Memperbesar Bokong di Afrika

Meningkatnya masyarakat kelas menengah di Nigeria, menghadirkan fenomena baru bagi kaum perempuan di negara itu.

Liputan6.com, Abuja - Ketika sebagian besar perempuan berusaha keras mengecilkan badan, sebagian lainnya justru menempuh berbagai cara untuk memperbesar bagian belakang tubuh mereka seperti bokong misalnya. Ini menyebabkan tumbuhnya sejumlah industri baru seperti krim, operasi, dan padding.

Menjamurnya praktek 'permak' tubuh dengan memperbesar bagian belakang itu membuat American Society of Plastic Surgeons menjuluki tahun 2015 sebagai 'tahun bokong'.

"Dalam beberapa lingkungan sosial akan muncul pertanyaan seperti, Anda belum memperbesar bokong Anda? Ada apa dengan Anda?," ujar seorang ahli bedah plastik Dr. Stanley Okoro yang bekerja di Atlanta, Georgia, dan Lagos, Nigeria seperti dilansir CNN, Selasa (7/6/2016).

Okoro yang praktik di Nigeria setiap dua bulan sekali itu menceritakan pengalamannya. Dalam waktu satu minggu, ia bisa melakukan empat sampai enam operasi pembesaran bokong.

Untuk sekali operasi, Okoro membutuhkan waktu enam sampai delapan jam. Tak jarang, ia masih melakukan operasi hingga dini hari.

"Kadang-kadang aku melakukan operasi sampai pukul 01.00 pagi. Ini melelahkan," katanya.

Mengapa Bokong Besar jadi Tren?

Melalui akun Instagram-nya, Kim Kardashian kembali menggoda netizen dengan foto telanjang.

Menurut Dr. Okoro, tren 'menaikkan' bokong ini tak lepas dari pengaruh media sosial.

"Tekanan untuk berpenampilan menarik menjadi latar belakangnya," ujar Okoro.

Okoro menambahkan, di Nigeria di mana industri perfilman tumbuh pesat -- seringkali disebut Nollywood -- permintaan untuk memperbesar bokong juga meningkat.

"Tumbuhnya kelas menengah secara signifikan berkontribusi meningkatkan industri bedah plastik -- industri terlarang di Nigeria dan Ghana," ungkapnya.

Ahli bedah itu menyebutkan ketersediaan ponsel pintar dan akses ke media sosial telah memicu meningkatnya kasus bedah plastik.

Seorang ahli bedah plastik lainnya berpendapat kurang lebih sama. Ia menambahkan, seorang sosialita Hollywood juga berpengaruh dalam memopulerkan tren bokong besar.

"Ini adalah kombinasi dari meningkatnya popularitas Kim Kardashian atau 'The Kardashian Effect' -- yang diketahui juga melakukan tindakan serupa -- sebagaimana juga meningkatnya popularitas media sosial," jelas Ahli Bedah Plastik di New York, Dr Matthew Schulman.

Dr Ojochide Ebune, yang juga seorang ahli bedah merangkap sebagai Asisten Sekjen Nigerian Association of Plastic, Reconstructive and Aesthetic Surgeons mengakui penjelasan rekan-rekannya.

"Tiga sampai dengan lima tahun terakhir, peningkatan kekuatan ekonomi dan kesadaran akan bedah plastik telah memicu popularitas prosedur tersebut," klaim Ebune.

"Jumlah ahli bedah plastik yang terlatih dan bersertifikat di Nigeria telah berkembang dalam lima tahun terakhir -- dari 70 ahli bedah lima tahun lalu kini meningkat menjadi 100 orang," tambah Ebune.

Ebune menjelaskan, fenomena bokong besar ini terkait dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat. "Taraf hidup pasien mulai meningkat. Dalam beberapa tahun ini, bedah plastik akan menjadi andalan di Nigeria dan sejumlah kawasan lain di Afrika," imbuhnya.

Hal cukup unik terjadi di Kota Johannesburg, Afrika Selatan. Sebuah tempat jual jasa bernama 'Surgeon dan Safari' menawarkan jasa memfasilitasi pelanggan dengan pelaksana bedah plastik, di sisi lain mereka juga dapat melakukan safari.

Menurut sang pemilik, Lorraine Melvill, kebanyakan pelanggannya datang dari luar negeri. Namun diakuinya banyak pula warga Afrika yang datang memanfaatkan jasa yang ia tawarkan.

"Sejumlah negara memiliki pasar besar seperti Angola, Tanzania, Kenya, Ghana. Ekonomi mereka tumbuh dan karena itu kelas menengah mereka juga tumbuh dan kebutuhan meningkat," katanya.

Schulman menyarankan, jika ingin melakukan bedah plastik pilihlah dokter bedah yang berpengalaman melakukan enam sampai delapan operasi per minggu.

Bagi mereka yang tidak mampu melakukan bedah plastik, ada alternatif lain yang lebih murah dalam bentuk pil dan krim. Namun Okoro menyarankan agar berhati-hati dalam memilih produk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.