Sukses

Warga Inggris yang Gabung dengan ISIS Diberi Sanksi PBB

Permintaan Inggris kepada PBB untuk memberikan sanksi adalah bentuk peringatan keras bagi warga lainnya yang tertarik bergabung dengan ISIS.

Liputan6.com, London - Empat warga negara Inggris yang bergabung ke ISIS dikenakan sanksi oleh PBB. Menurut kantor PM Inggris, ini adalah kali pertama warganya dimasukkan kedalam daftar tersebut dalam 10 tahun terakhir.

Pemerintah Inggris mengambil langkah drastis untuk meminta PBB melakukan pemberian sanksi tersebut. Hukuman tersebut antara lain larangan perjalanan dan pembekuan aset. Hal ini dilakukan oleh Downing Street di tengah meningkatnya kewaspadaan bahwa ratusan warga Inggris tergoda untuk melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah.

Mereka yang diberi sanksi adalah Sally Anne Jones, seorang mualaf 46 tahun dari Chatham, Kent yang menikah dengan hacker ISIS. Kedua adalah Aqsa Mahmood, seorang 'pengantin' dari Glaswegian yang 21 tahun, dan Nasser Muthana, 21 tahun dari Cardiff serta Omar Hussain, seorang mantan penjaga keamanan Morrisons berusia 28 tahun dari High Wycombe, Buckinghamshire. Baca: Curhat Anggota ISIS atas Perilaku Teman-temannya

Mereka diperkirakan berbasis di Raqqa yang diklaim ISIS sebagai ibukota. Warga kelima lainnya adalah Aseel Muthana, yang masih berusia 19 tahun. Ia adalah adik dari Nasser Muthana. Aseel Muthana yang dulunya bercita-cita sebagai guru bahasa Inggris, dipercayai terbang ke Suriah tahun 2014 menyusul kakaknya.

Aqsa Mahmood, yang pergi ke Suriah pada 2013 untuk bergabung dengan brigade perempuan al-Khanssaa, termasuk dalam daftar karena dia telah direkrut untuk ISIS secara online, dan mendukung serangan teror di Eropa.

Sementara itu, Jones melakukan perjalanan ke Suriah pada tahun yang sama dengan suaminya, Junaid Hussain, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di bulan Agustus. Mantan musisi punk berada daftar sanksi karena dia menggunakan akun Twitter-nya untuk merekrut perempuan untuk bergabung ISIS. Ia juga telah memberikan saran praktis tentang bagaimana melakukan perjalanan ke Suriah dan bagaimana membuat bom sendiri. 

Hussain suaminya, juga dikenal sebagai Abu Sa'id al-Britani, telah menggunakan media sosial untuk mendorong perempuan dan anak-anak untuk melakukan perjalanan ke Suriah. Tak lama setelah tiba di Suriah pada 2014, ia menegaskan bahwa ia berjuang untuk ISIS dan mengklaim bahwa hanya akan kembali ke Inggris untuk menanam bom.

Sementara itu, Nasser Muthana, yang melakukan perjalanan ke Suriah pada 2013, diperkirakan telah muncul di video propaganda dan perekrutan ISIS, bersama si adik Assel. Rekaman itu berjudul "Tidak ada hidup tanpa Jihad."

Ayah Nasser dan Assel Muthana mengatakan bahwa dimasukkannya nama-nama anaknya ke daftar sanksi adalah sebuah tindakan gila. Demikian pula dengan pembekuan aset.

"Kami ini tidak punya apa-apa, mereka juga tidak punya apa-apa. Aku tak habis pikir apa yang ada di pikiran PBB dan Pemerintah Inggris," katanya.

Peringatan Keras 

Terakhir kali permintaan sanksi PBB dibuat Inggris ketika operasi Al Qaeda pada tahun 2006.

Sanksi ini berarti warga Inggris tersebut tidak dapat melakukan perjalanan melalui negara yang anggota PBB atau menyimpan uang mereka di setiap negara PBB. Sanksi ini dianggap lebih efektif untuk melumpuhkan mereka daripada hanya sekedar sanksi nasional.

"Seperti halnya tindakan domestik telah kami terapkan, seperti merebut paspor, sanksi ini adalah alat yang ampuh - pembekuan aset individu dan memaksakan larangan perjalanan global pada mereka," jelas juru bicara kantor Perdana Menteri Inggris,

"Hal ini juga mengirimkan pesan jera yang jelas kepada mereka untuk memikirkan kembali bergabung dengan ISIS. Kami akan terus mempertimbangkan apakah ada individul lain yang harus dikenakan sanksi."

Permintaan itu disetujui oleh PBB pada Senin malam sebelum acara anti-ISIS pada hari Selasa 29 September di Sidang Umum PBB di New York, yang dihadiri oleh David Cameron dan dipimpin oleh Presiden AS Barack Obama.

Pada acara tersebut, Cameron akan mengusulkan dana sebesar 10 juta poundsterling untuk pembentukan Unit Anti-ISIS Unit ini nantinya akan berusaha untuk menyoroti aspek negatif dari kehidupan di bawah ISIS seperti ancaman perkosaan, dijual menjadi budak, antrean panjang untuk roti, dan upah rendah.

Pemberian sanksi ini telah membuat bangsa lain memikirkan cara yang sama seperti Inggris. Demikian pula dengan unit antiteror ini yang merupakan cara komunikasi strategis kepada anak-anak muda.

Downing Street mengatakan mereka juga menempatkan individu pria dan wanita lain yang secara aktif melakukan kontra-rekruitmen ke ISIS dengan menggunakan media sosial. Selain itu, mereka mempromosikan kegiatan teroris secara online, termasuk memberikan bimbingan tentang cara membuat bom rakitan.

"Langkah ini menggarisbawahi tekad pemerintah bahwa mereka yang pergi dan berjuang untuk ISIS dan mengancam Inggris akan menghadapi konsekuensi atas tindakan mereka," kata Downing Street. (Rie/Ein)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini