Sukses

JP Morgan Bangun Lobby di Metaverse Decentraland

Bank investasi itu telah mendirikan ruang tunggu "Onyx oleh J.P. Morgan" di Decentraland.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Investasi Global, JP Morgan baru-baru ini menerbitkan sebuah laporan berjudul “Peluang dalam metaverse.”

Laporan ini ditulis oleh Christine Moy dan Adit Gadgil.  Moy adalah kepala global Link, kripto, dan metaverse di Onyx oleh JP Morgan. Sedangkan Gadgil adalah kepala solusi e-commerce di JP Morgan Payments. 

Dalam laporan tersebut, dijelaskan metaverse kemungkinan akan menyusup ke setiap sektor dalam beberapa cara di tahun-tahun mendatang, dengan peluang pasar diperkirakan lebih dari USD 1 triliun atau sekitar Rp 14,3 kuadriliun dalam pendapatan tahunan.

Laporan tersebut mengutip penelitian oleh Grayscale Investments yang menyatakan metaverse diperkirakan menjadi peluang pendapatan triliunan dolar di seluruh periklanan, perdagangan sosial, acara digital, perangkat keras, dan monetisasi pengembang atau kreator. 

"Akibatnya, kami melihat perusahaan dari segala bentuk dan ukuran memasuki metaverse dengan cara yang berbeda, termasuk nama rumah tangga seperti Walmart, Nike, Gap, Verizon, Hulu, PWC, Adidas, Atari, dan lainnya,” isi laporan tersebut, seperti dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (1/3/2022). 

JP Morgan juga menguraikan lebih lanjut dalam laporan itu mengenai pendekatan mereka yang akan dilakukan terhadap metaverse untuk bisa masuk ke dalamnya.

"Keberhasilan membangun dan menskalakan di metaverse bergantung pada ekosistem keuangan yang kuat dan fleksibel yang akan memungkinkan pengguna terhubung dengan mulus antara dunia fisik dan virtual,” tulis perusahaan JP Morgan.

“Pendekatan kami terhadap pembayaran dan infrastruktur keuangan akan memungkinkan interoperabilitas tersebut tumbuh,” lanjutnya. 

Bank investasi itu telah mendirikan ruang tunggu "Onyx oleh J.P. Morgan" di Decentraland. Lantai dasar adalah ruang terbuka dengan seekor harimau yang berjalan-jalan serta potret CEO JP Morgan, Jamie Dimon. Lounge berada di lantai atas di mana ada meja besar dengan dokumen di atasnya dan layar monitor besar. 

Laporan JPMorgan memperingatkan komponen metaverse terus berkembang sangat cepat, sehingga sulit untuk mendasarkan strategi bisnis pada ruang dinamis seperti itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Apa Itu Metaverse?

Sebelumnya, istilah metaverse semakin populer dan menjadi topik perbincangan hangat di berbagai belahan dunia. Bahkan saat ini metaverse sudah masuk ke berbagai sektor seperti game hingga perbankan. 

Lantas, apa sebenarnya Metaverse itu? Mengutip dari kanal Tekno Liputan6.com, metaverse adalah istilah yang secara etimologi berasal dari kata “meta” yang artinya melampaui dan "verse" yang artinya alam semesta. Apabila digabungkan, metaverse adalah secara etimologi melampaui alam semesta.

Istilah metaverse semakin populer setelah Facebook melakukan rebranding menjadi Meta Platforms Inc, atau disingkat Meta. Dengan rebranding yang dilakukan Facebook, mereka juga menjelaskan ke depan, akan hadir dengan ide-ide futuristik dengan membawa tema metaverse.

Metaverse adalah istilah yang menggambarkan dunia maya dengan konsep 3D. Melansir dari New York Times, Kamis, 10 Februari 2022, istilah metaverse adalah realitas virtual dan kehidupan kedua digital. Dalam dunia metaverse adalah membuat pengguna akan menghabiskan uang di sana seperti pakaian, dan benda-benda untuk avatarnya (gambar diri tiga dimensi).

Adapun pengamat telekomunikasi, Heru Sutadi menjelaskan bahwa metaverse adalah sebuah konsep dasar yang mirip selama ini sebut sebagai dunia maya dan dunia virtual.

Namun, dalam metaverse akan ada perkembangan lebih jauh lagi yang memungkinkan kita dapat menghabiskan waktu di dunia yang tidak nyata.

"Misalnya saat ini kita melakukan pembelajaran secara virtual atau bekerja, itu hampir mirip konsepnya seperti metaverse, namun kita masih berada di tengah-tengah yaitu dunia nyata dan virtual,” kata Heru Sutadi kepada Liputan6.com, ditulis Kamis, 10 Februari 2022.

"Nantinya, dengan metaverse kemungkinan kita bisa merasakan belajar atau bekerja secara online benar-benar dalam dunia virtual dengan menggunakan avatar-avatar,” lanjut Heru.

Heru menuturkan, nantinya dengan metaverse memungkinkan kita bisa pergi ke mana saja tanpa ada batasan di dunia virtual, bahkan mungkin beberapa bangunan yang ada di dunia virtual tersebut bisa miliki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini