Sukses

Kenali Gejala Antepartum Depression, Depresi yang Dialami Ibu Hamil

Waspada terhadap antepartum depression, depresi yang menyerang selama kehamilan dan mempengaruhi 1 dari 6 ibu hamil.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap ibu tentunya ingin menjalani kehamilan yang bisa berjalan baik dan lancar. Namun sayangnya, kenyataan kadang tidak berbicara demikian.

Adanya kecemasan saat menjalani kehamilan, ekspektasi yang terlalu tinggi dari keluarga atau orang-orang sekitar, atau muncul ketakutan karena sesuatu hal yang tidak bisa diprediksi, bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Misalnya saja, seperti antepartum depression atau depresi selama masa kehamilan.

Berbeda dari baby blues, depresi ini dialami para wanita saat sedang hamil. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Archives of Women’s Health, seperti dilansir dari Everydayhealth, Minggu (3/9/2023), satu dari enam wanita mengalami setidaknya satu bentuk depresi yang cukup ringan selama kehamilan.

Sementara itu, satu dari tujuh orang mengalami depresi setelah melahirkan, yang dikenal sebagai postpartum depression, menurut American Psychological Association (APA). Terakhir, depresi selama dan setelah kehamilan dikenal sebagai perinatal depression.

Untuk diketahui sebelumnya, depresi adalah gangguan mood yang ditandai dengan perubahan besar dalam pengalaman emosional. Hal ini juga termasuk kesedihan, kehilangan minat, dan keputusasaan, yang menyebabkan tekanan besar dan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dalam jangka waktu lama.

Meskipun banyak penelitian telah menjelaskan tentang postpartum depression, rupanya gejala antepartum depression juga termasuk tinggi. Kondisi ini akhirnya membantah mitos bahwa kehamilan selalu menjadi masa yang membahagiakan dalam kehidupan seorang wanita. 

Ketidaksesuaian antara harapan budaya dan pengalaman pribadi dapat membuat perempuan hamil semakin sulit mengatasi depresi dan mencari bantuan, menurut para ahli APA. Misalnya, ada harapan bahwa seorang wanita yang sedang hamil akan merasa gembira dan puas, tapi banyak wanita yang bergumul dengan emosi yang sulit selama kehamilan.

Untuk itu, bagi Anda yang sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya kenali lebih jauh tentang antepartum depression.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Risiko dari Antepartum Depression

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), beberapa wanita yang berjuang dengan antepartum depression memiliki riwayat depresi berat. Hal ini dikarenakan jika Anda mengalami depresi berat, bisa menempatkan Anda pada risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi yang lebih besar di masa depan.

Di sisi lain, banyak wanita yang pertama kali mengalami depresi saat hamil. Kata para ahli dari National Institute of Mental Health, depresi selama kehamilan umumnya dianggap disebabkan oleh kombinasi perubahan hormonal dan perubahan psikologis yang terkait dengan kehamilan.

Perubahan lain selama kehamilan, seperti perubahan tubuh dan perubahan pola tidur dan makan, dapat menyebabkan antepartum depression.

Selain riwayat depresi, kata pakar ACOG, faktor risiko depresi selama kehamilan lainnya antara lain:

  • Stres
  • Adanya gangguan kecemasan
  • Kehamilan yang tidak direncanakan
  • Sistem dukungan sosial yang tidak memadai
  • Kekerasan dalam rumah tangga
  • Pendapatan atau tingkat pendidikan yang lebih rendah
  • Ibu yang merokok
  • Berada dalam hubungan yang tidak sehat
  • Menjadi seorang ibu tunggal
3 dari 4 halaman

Tanda dan Gejala Antepartum Depression

Menurut Kantor Kesehatan Wanita di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, depresi selama kehamilan dapat memiliki gejala yang sama dengan gejala depresi berat pada masyarakat umum.

Hal ini dapat mencakup:

  • Perasaan sedih atau hampa yang terus-menerus.
  • Hilangnya minat terhadap aktivitas atau hobi yang pernah dinikmati.
  • Merasa putus asa, tidak berharga, tidak berdaya, atau bersalah.
  • Sering merasa jengkel, cemas, frustrasi, atau marah.

Tidak hanya itu, penting untuk diperhatikan bahwa sejumlah gejala depresi berat serupa dengan perubahan yang biasanya dialami banyak wanita hamil, meliputi:

  • Kelelahan dan penurunan energi
  • Gangguan tidur
  • Perubahan nafsu makan dan kebiasaan makan

Jika Anda mengalami beberapa hal ini, sebaiknya berkonsultasi dengan layanan kesehatan mental profesional.

4 dari 4 halaman

Cara Pengobatan Antepartum Depression

Menurut American Pregnancy Association (APA), antepartum depression dapat berhasil diobati dengan pengobatan standar untuk depresi berat. Perawatan ini meliputi: 

  • Konseling atau terapi, termasuk teknik khusus seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan psikoterapi interpersonal, dipandu oleh ahli kesehatan mental.
  • Support groups.
  • Obat-obatan.
  • Antidepresan yang diresepkan memberikan manfaat bagi ibu dan anak, yang harus diimbangi secara hati-hati dengan risikonya.

Meskipun beberapa wanita hamil mengalami depresi berat sehingga antidepresan sangat diperlukan, bagi wanita dengan depresi ringan, konseling atau terapi dapat menjadi pilihan yang efektif.

Selain itu, ibu hamil juga perlu melakukan perubahan gaya hidup. APA memberikan contoh seperti mengubah pola makan seimbang, olahraga teratur, dan tidur cukup setiap malam juga dapat membantu wanita berjuang melawan depresi.

Para peneliti mencurahkan lebih banyak waktu untuk mencari tahu apakah praktik mindfulness, seperti meditasi dan yoga, dapat mengobati depresi selama kehamilan.

Sebuah studi percontohan, yang diterbitkan pada tahun 2016 di Journal of Consulting and Clinical Psychology, menemukan bahwa terapi kognitif berbasis kesadaran mencegah kekambuhan pada wanita hamil yang pernah mengalami depresi di masa lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.