Liputan6.com, Jakarta - Di bulan Muharram, terdapat satu hari yang paling istimewa. Hari tersebut yakni hari Asyura atau tanggal 10 Muharram. Sebagai salah satu bulan mulia, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, salah satunya puasa Muharram.
Ada dua puasa sunah utama yang bisa dilakukan saat bulan Muharam. Puasa ini adalah puasa Tasua dan puasa Asyura.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Advertisement
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada bulan Allah – Muharam. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Tahun ini, puasa Asyura yang dilakukan setiap 10 Muharram jatuh pada 28 Juli 2023. Untuk itu, ketahui niat puasa Asyura dan tata caranya:
Niat puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnatil aasyuuraa lillaahi ta'aalaa.
Artinya,
"Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Tata cara puasa Asyura
Tata cara puasa Asyura sama dengan puasa lainnya. Yang membedakan adalah niat yang dipanjatkan. Berikut tata cara puasa yang bisa diamalkan:
- Membaca Niat
Setiap ibadah yang dilakukan sebagai umat muslim, harus selalui di awali dengan niat karena Allah. Dalam mengucapkan niat puasa, seorang muslim dapat membacanya dalam hati ataupun mengucapkannya secara lirih.
- Sahur
Sama seperti puasa wajib di bulan Ramadhan, dalam menjalankan puasa sunnah juga disarankan untuk melaksanakan sahur. Hukum sahur adalah sunah, apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala namun jika tidak dilakukan maka tidak apa-apa. Puasa tetap sah meskipun tanpa sahur.
- Menahan Diri Nafsu
Saat puasa, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan adalah hal yang wajib dilakukan. Misalnya, dilarang makan, minum, marah, mabuk dan lain sebagainya sebelum waktu buka puasa.
Berbuka Puasa
Seperti puasa wajib dan sunah lainnya, puasa sunah Asyura juga diakhiri dengan berbuka puasa. Salah satu sunnah dalam berbuka adalah menyegerakannya saat sudah memasuki waktu berbuka.
Puasa Asyura
Pada 10 Muharam terjadi peristiwa penting. Di tanggal ini Nabi Adam a.s. diciptakan, Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan, Nabi Ayyub a.s. disembuhkan dari penyakitnya, dan masih banyak lagi peristiwa besar lainnya.
Nabi Muhammad berpuasa pada hari tersebut dengan jumlah dua hari (9 dan 10 Muharam) dengan tujuan membedakan cara umat Yahudi dan Nasrani berpuasa pada waktu yang sama.
Kemudian dijelaskan oleh Ibnu Abbas RA dalam riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Ibnu Abbas menceritakan pertemuan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dengan orang Yahudi yang menjalankan puasa Asyura saat berada di Madinah.
Rasulullah bertanya alasan orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Lantas mereka menjawab demikian.
"'Allah telah melepaskan Musa dan umatnya pada hari itu dari (musuhnya) Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah'. Nabi bersabda, 'Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka'. Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga."
Advertisement
Keutamaan Puasa Muharram
Bagi umat muslim yang melakukan puasa sunnah di bulan Muharram akan mendapatkan berbagai keutamaan, berikut ulasannya dikutip dari NU Online:
1. Menjadi Puasa Paling Utama
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam." (HR Muslim).
2. Mengisi Bulan Mulia
Puasa di bulan Muharram termasuk dalam keutamaan berpuasa dalam bulan-bulan mulia atau al-asyhurul hurum. Seperti dalam hadits berikut:
Diriwayatkan dari al-Bahili: Aku mendatangi Rasulullah saw, lalu berkata: Wahai Rasulullah, Aku adalah lelaki yang pernah mendatangimu pada tahun pertama? Rasulullah saw bersabda: Dulu aku tidak melihat tubuhmu lemah? Al-Bahili menjawab: Wahai Rasulullah, Aku tidak mengonsumsi makanan di siang hari, aku tidak memakannya kecuali di waktu malam. Rasulullah saw bersabda: ‘Siapa yang menyuruhmu menyiksa dirimu? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, sungguh Aku mampu berpuasa (terus-menerus). Rasulullah saw bersabda: Puasalah bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya).