Sukses

Studi: Memaafkan Seseorang Ternyata Baik untuk Kesehatan

Sebuah studi menujukkan bahwa memaafkan kesalahan ternyata baik untuk kesehatan mental.

Liputan6.com, Jakarta - Di awal kariernya sebagai konselor pernikahan, Everett Worthington, seorang ahli psikologi, menyadari bahwa banyak pasangan yang marah atas kesalahan yang terjadi dalam sebuah hubungan dan mengetahui bahwa untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat diatasi dengan cara saling memaafkan.

Hal tersebut mendorong Worthington untuk memulai karier akademisnya selama puluhan tahun mempelajari ilmu mengenai pengampunan atau memaafkan seseorang. 

Meskipun tindakan memaafkan sering dibahas oleh komunitas agama, Worthington menemukan bahwa memaafkan kesalahan seseorang juga dapat menjadi strategi yang baik dalam meningkatkan kesehatan.

Worthington dan rekan-rekannya baru-baru ini menyelesaikan sebuah penelitian yang dilakukan di lima negara yang menunjukkan bahwa ketika sebuah maaf diajarkan, dipraktekkan, dan dicapai, hasilnya adalah kesehatan mental dan kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan.

"Dengan meminta maaf dan memberi maaf dapat mengubah dinamika hubungan dan mencegah banyak hal yang sangat merugikan yang dapat terjadi di masyarakat," kata Worthington, seorang profesor emeritus di Virginia Commonwealth University.

"Ada ketidakadilan yang kita alami setiap hari. Orang tidak harus memaafkan setiap halnya. Namun, ini adalah pilihan yang bisa dilakukan atau tidak dilakukan." lanjutnya. 

Dilansir dari laman Washington Post, Rabu (3/4/2023), ada beberapa cara yang mudah untuk memaafkan yang dapat Anda lakukan untuk menjadi pemaaf

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menurut penelitian, menjadi seorang pemaaf baik untuk kesehatan

Penelitian telah menunjukkan bahwa seseorang yang memaafkan akan lebih baik secara akademis dan secara keseluruhan, memaafkan dapat menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah, tidur yang lebih nyenyak, dan mengurangi kecemasan.

Worthington mengembangkan buku kerja dan menyertakan latihan dan petunjuk yang memungkinkan orang untuk mengeksplorasi perasaan marah dan dendam serta belajar untuk memaafkannya.

Dalam penelitian tersebut, Worthington melakukan penelitian acak yang dilakukan terhadap 4.598 peserta di Hong Kong, Indonesia, Ukraina, Kolombia, dan Afrika Selatan. Penelitian ini meminta peserta untuk menyelesaikan latihan buku kerja selama dua minggu.

Setelah dua minggu, penelitian ini menunjukkan bahwa buku kerja tersebut telah mendorong seseorang untuk menjadi pemaaf dan menunjukkan penurunan yang bermakna secara statistik pada gejala depresi dan kecemasan di antara para pengguna.

Studi serupa juga pernah dilakukan di Amerika Serikat yang menunjukkan kesimpulan yang sama. Temuan ini memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan masyarakat, kata Tyler VanderWeele, seorang profesor epidemiologi di T.H. Chan School of Public Health dan direktur Human Flourishing Program.

"Kami telah melihat bahwa buku kerja pemaafan ini dapat digunakan untuk membuat seseorang menjadi pemaaf dan dapat meningkatkan kesehatan mental. Jika sumber daya ini disebarluaskan secara luas, efeknya terhadap kesehatan mental masyarakat bisa sangat besar." jelas Tyler VanderWeele. 

3 dari 4 halaman

Terkadang Sulit untuk Memberi Maaf

Worthington dapat memahami mereka yang berpikir bahwa memaafkan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan dalam beberapa situasi tidak mungkin dicapai.

Para peneliti pelatihan mengatakan bahwa penting untuk mengetahui waktu dan tempat untuk memaafkan. Seseorang yang berada dalam hubungan yang penuh kekerasan, misalnya, seharusnya tidak mudah untuk memaafkan.

"Ilmu pengetahuan menujukkan jelas bahwa hal ini berhasil," kata Andrew Serazin, presiden Templeton World Charity Foundation, yang membantu membiayai penelitian ini.

"Hal ini membantu orang-orang yang memberikan maaf. Hal ini juga akan sangat membantu Anda. Namun, bukan berarti Anda tidak bisa mencari keadilan." lanjut Andrew. 

4 dari 4 halaman

Cara Mudah Untuk Memaafkan

Langkah pertama menuju pemberian maaf adalah dengan memutuskan untuk memaafkannya. Untuk mencapai pengampunan secara emosional, seseorang harus melepaskan dan berhenti memikirkan kesalahan yang dilakukan. Hal ini membutuhkan waktu lebih lama untuk mengganti niat buruk terhadap seseorang dengan perasaan berniat baik.

"Pemaafan emosional membutuhkan waktu yang lebih lama," kata Worthington.

Penelitian terbaru ini berfokus pada metode pemberian maaf REACH. Berikut penjelasan metodenya,

1. Recall

Ingatlah kembali rasa sakitnya. Lihatlah kejadian tersebut secara objektif, dan jangan mencoba untuk mengesampingkan perasaan Anda.

2. Empathize

Berempati dengan pelaku tanpa memaafkan tindakan tersebut atau mengesampingkan perasaan Anda sendiri. Mungkin orang tersebut sedang mengalami hari yang buruk atau dibesarkan dalam keadaan yang mengerikan.

3. Gift Altuistik

Berikan hadiah altruistik berupa pengampunan. Pikirkanlah saat Anda bersikap kasar atau kasar, dan sadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan.

4. Commit

Buatlah keputusan untuk memaafkannya. Anda dapat menulis surat yang tidak Anda kirimkan untuk membantu diri Anda sendiri membuat komitmen tersebut.

5. Hold

Berpeganglah pada pengampunan. Kenangan akan pelanggaran atau peristiwa tersebut tidak akan berubah. Tetapi bagaimana Anda bereaksi terhadap perasaan-perasaan itu akan berubah.

Meskipun penelitian tentang pemberian maaf menunjukkan bahwa orang-orang mendapatkan manfaat dari intervensi ini, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa efeknya dapat memudar seiring berjalannya waktu, sehingga menggarisbawahi perlunya untuk terus berlatih.

Latihan dapat dimulai dengan tindakan-tindakan kecil. Jika seseorang memotong antrean atau bersikap kasar kepada Anda di kasir, gunakan itu sebagai kesempatan untuk memaafkan, dengan menyadari bahwa perilaku buruk itu tidak bersifat pribadi.

"Memaafkan tidak menyelesaikan semua masalah, tapi pengampunan itu membebaskan. Ini adalah respon yang tepat untuk orang yang bersalah." kata Worthington.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.