Sukses

Peramal pun Tak Tahu Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir

Ternyata, para peramal di Hong Kong turut terdampak pandemi Covid-19. Mereka pun membeberkan alasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Para peramal termasuk profesi yang terimbas pandemi Covid Virus Disease 2019 atau Covid-19.  Mereka bahkan tak dapat meramal akhir pandemi.

Ini dialami para peramal di Hong Kong. Peramal yang biasanya aktif di Temple Street, kini mulai kekurangan pengunjung lantaran ada pembatasan sosial.

"Saya tidak pernah melihat hal ini dalam 30 tahun," ucap peramal Lam Chun-sang seperti diwartakan Goldthread, Sabtu 1 Agustus 2020).

Pria 71 tahun itu mengaku kehilangan setengah kliennya.

Akibat Covid-19, peramal di Hong Kong harus memakai masker saat meramal. Ini juga dilakukan Grace Ng yang bisa membaca wajah dan telapak tangan.

Grace Ng mengklaim dapat melihat rezeki seseorang. Ia terkadang menyuruh kliennya agar jangan memulai bisnis. Sebab, menurut dia, orang itu tak akan sukses.

"Tetapi beberapa klien lain, saya bisa melihat kekayaan di wajah mereka, dan saya tahu mereka bisa benar-benar sukses," imbuh dia.

 

 

Video Pilihan

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alasan Peramal

Para peramal itu mengaku tak bisa memprediksi kapan akhir Covid-19. Satu diantara alasannya lantaran corona tak dikendalikan satu orang.

"Saya bilang 'wow, saya tidak tahu,'" ujar Grace Ng.

"Saya tidak bisa benar-benar menjawabmu, karena ini bukan situasi yang bisa dikendalikan oleh satu orang," imbuhnya.

Hal senada disampaikan Lam Chun-sang. "Hanya para dewa yang tahu. Kita hanya peramal," tutur dia.

Berdasarkan data CoronaTracker, ada 3.398 kasus corona di Hong Kong. Sebanyak 1.858 pasien sembuh dan 31 meninggal dunia.

3 dari 4 halaman

WHO Sebut Krisis Virus Corona Akan Terus Terasa hingga Puluhan Tahun

Pandemi global Covid-19 merupakan jenis bencana yang bakal berdampak lama pada masa mendatang. Ini disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Jumat 31 Juli 2020.

"Pandemi ini merupakan krisis kesehatan sekali dalam seabad, yang dampaknya bakal terasa hingga puluhan tahun ke depan," ujar Tedros saat pertemuan Komite Darurat WHO, menurut pernyataan yang dirilis oleh badan tersebut, seperti dilansir Antara, Sabtu 1 Agustus 2020.

Pandemi tersebut telah menjangkiti lebih dari 17 juta orang dan menelan lebih dari 670.000 korban jiwa sejak kemunculannya pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, China.

Amerika Serikat, Brasil, Meksiko serta Inggris selama beberapa pekan terakhir sangat terguncang akibat penyakit Covid-19, saat pemerintahan mereka berjuang untuk mendapatkan cara penanganan yang efektif.

Kondisi ekonomi di berbagai wilayah babak belur akibat pembatasan Covid-19, yang diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, dan banyak wilayah yang mengkhawatirkan gelombang kedua kemunculan virus corona.

4 dari 4 halaman

150 Perusahaan Berupaya Ciptakan Vaksin

Sejauh ini, lebih dari 150 perusahaan farmasi sedang membuat vaksin.Kendati, menurut WHO, penggunaan pertama vaksin tidak dapat diprediksikan hingga awal 2021.

"Meski pengetahuan tentang virus baru meningkat, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan populasi masih rentan," Tedros menambahkan.

Hasil awal dari riset serologi (antibodi) menunjukkan gambar yang konsisten. "Sebagian besar orang di dunia masih rentan terhadap virus ini, bahkan di daerah yang pernah menjadi wabah parah sekalipun," ujarya.

Banyak negara yang yakin telah melewati masa tersulit, kini sedang bergulat kembali dengan Covid-19. "Sejumlah negara yang tidak begitu berdampak, kini menyaksikan lonjakan kasus maupun kematian," kata Tedros.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.