Sukses

5 Sosok Inspiratif Pemenang Liputan 6 Awards 2015

Setelah melewati penjurian yang ketat, akhirnya pemenang Liputan 6 Awards diumumkan Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 21:00 WIB

Citizen6, Jakarta Setelah melewati penjurian yang ketat, akhirnya pemenang Liputan 6 Awards diumumkan Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 21:00 WIB, tepat pada hari kebangkitan nasional. Ada 5 kategori dalam penganugerahan Awards kali ini. Kelima kategori tersebut adalah: 1). Kategori Inovasi, 2) Kategori Lingkungan Hidup, 3) Kategori Anak Muda Inspiratif, 4) Kategori Pemberdayaan Ekonomi dan 5) Kategori Pendidikan.

Siapa saja pemenangnya?

1.  Kategori Inovasi : I Gede Wenten, pakar teknologi membran

Nama I Gede Wenten bagi sivitas akademika di Institut Teknologi Bandung sudah tidak asing lagi. Ia adalah seorang peneliti dan guru besar di program studi Teknik Kimia. Gede Wenten adalah salah satu pakar terkemuka di dunia teknologi membran. Keahlian dan dedikasi di bidang teknologi membran mengantar Wenten mendapat penghargaan dan mendapatkan
hak paten atas inovasinya. !

Salah satu penemuan Wenten adalah IGW Emergency Pump, merupakan pompa yang dilengkapi dengan filter guna menyediakan air bersih dalam kondisi darurat. Uniknya, untuk mengoperasikan pompa ini tidak perlu menggunakan tenaga listrik, cukup menggunakan tangan. Alat ini memiliki tingkat selektivitas yang tinggi sehingga mampu menghilangkan
kekeruhan, bakteri, alga, spora, sedimen, kuman, dan koloid !

Nama Gede Wenten memang tidak asing dalam teknologi membran. Membran bukan saringan biasa, membran karya Wenten mampu memisahkan beragam substansi ekonomis. Air limbah misalnya bisa disaring dengan mudah hingga bisa diminum. !

Di Eropa, I Gede Wenten dikenal karena membran canggih karyanya mampu memilah alkohol. Di kalangan industri bir produk yang dipatenkan Wenten mengakibatkan mutu protein bir terjaga dan limbah produksi pabrik bir tidak lagi mencemari lingkungan. Media Eropa menyebut penemuan itu sebagai revolusi terbesar bagi industri bir dalam 50 tahun terakhir. !

Hasil yang dicapai Gede Wenten tidak diraih dengan mudah. Jalan yang dilalui Wenten untuk mencapai keberhasilannya seperti sekarang ini penuh perjuangan. Wenten adalah anak buruh nelayan di Buleleng, Bali, dan sempat berhenti sekolah ketika SMA dikarenakan masalah ekonomi. Namun kesulitan-kesulitan yang Wenten muda alami tidak membuatnya
menyerah bahkan turut membentuk pribadinya yang mandiri dan pekerja keras. !

Sejauh ini Gede Wenten telah membukukan 15 paten dibidang teknologi membran. Karya Wenten banyak digunakan terutama dalam pengolahan limbah dan pemurnian air. Saat ini bersama kampus ITB, Wenten mengembangkan membran untuk berbagai keperluan, mulai dari membran untuk teknologi bidang energi, untuk proses produksi minyak dan gas hingga membran untuk keperluan medis, yang direncanakan bisa digunakan dalam mesin cuci darah. !

I Gede Wenten melihat potensi yang besar pengembangan teknologi membran di Indonesia. Dirinya telah membuktikan dengan kemauan dan dedikasi tinggi, berbagai tantangan dapat dilewati.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1

2. Kategori Lingkungan Hidup: Vinsensius Nurak, penakluk lahan tandus

Vincensius Nurak adalah seorang petani yang memanfaatkan lahan gersang bahkan tandus. Hutan seluas 6 ribu hektar di Kafemanu, Nusa Tenggara Timur yang sekarang hijau, sebelumnya adalah lahan tandus. Sebelumnya masyarakat bertani dengan cara tebang bakar dan berpindah. Akibatnya selain tidak membuat lahan lebih baik bahkan penduduk setempat sempat dilanda krisis pangan. !

Adalah Vinsensius Nurak, seorang sarjana pertanian Universitas Nusa Cendana yang tergerak untuk memberi alternatif bertani secara intensif. Vinsensius Nurak yang semasa kuliah aktif dalam berbagai kegiatan riset terkait lahan kering dan riset yang berhubungan dengan agroforestri dan etnobotani, melatih para petani untuk membuat kebun tetap (tidak berpindah ) dan melatih budidaya lahan kering. !

Vincent tidak sendirian, bersama dua rekannya sesama lulusan Undana bersama 3 orang petani mendirikan yayasan Mitra Tani Mandiri pada tahun 1997.!

Vinsensius Nurak mengajarkan para petani yang tinggal didaerah yang dekat dengan mata air untuk menanam sayur, dan yang di daerah lahan kering dengan menanam jagung atau kacang, serta menanam padi pada saat musim hujan. Kepada para petani dikenalkan sistem agroforestri atau wanatani.

Tanaman keras seperti pohon mahoni, pohon jati, pohon kemiri ditanam sebagai hutan rakyat. Mereka juga mengembangan
ternak untuk mendapat sumber pendapatan serta menghasilkan pupuk kandang. Pola itu dikembangkan sebagai bagian dari pola wanatani dan sebagai upaya konservasi tanah.

Kini apa yang sudah dikerjakan telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Setelah 19 tahun mendampingi petani melakukan pola pertanian agroforestry, hutan rakyat semakin lebat dan produktif. Daerah tutupan atau kanopi hutan rakyat berupa tanaman jati, mahoni semakin rimbun dan bisa menjadi tabungan hari tua. Pohon kemiri hasilnya juga sudah bisa dipanen. Kini hutan yang semakin hijau menjadi resapan air dan mata air yang terus mengalir bermanfaat untuk pertanian dan budi daya ikan.

Kerja keras dan semangat untuk menjadikan hidup yang lebih baik benar benar dirasakan masyarakat. Kini jumlah petani yang tergabung dalam yayasan Mitra Tani sudah mencapai 18 ribu orang yang berasal dari 60 desa yang ada d 6 kabupaten provinsi Nusa Tenggara Timur.

3 dari 5 halaman

2

 3. Kategori Anak Muda Inspiratif:  Aprillyani Sofa Marwaningtyaz, Perekayasa Limbah Randu

Aprilliyani Sofa Marwaningtyas adalah seorang mahasiswa di fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kuliah di fakultas farmasi membuat April bisa lebih banyak menggunakan fasilitas laboratorium untuk melakukan penelitian dibanding pada saat sekolah di SMA. April memang sejak sekolah di SMA PGRI 2 Pati, Jawa Tengah memang senang melakukan penelitian. Satu diantaranya adalah meneliti kulit kapuk randu.


April anak petani yang tinggal di desa Kayen, Pati, Jawa Tengah, dimana banyak warga desa yang menanam cabai. Tetapi banyak diantara petani cabai itu yang kesulitan menghadapi gangguan jamur yang menyerang tanaman cabai. April kemudian mencoba untuk melakukan riset dari berbagai sumber termasuk internet untuk mencari penangkal jamur tanaman cabai. Dari penelitiannya April menemukan kulit buah randu bisa digunakan sebagai bahan pembasmi jamur.

Ia kemudian mengembangkan ide itu. Untuk mendapatkan kulit buah randu rupanya juga bisa idtemukan di satu kecamatan di kabupaten Pati, yang dikenal sebagai produsen kasur dari kapuk randu. Sehingga kulit buah randu yang menjadi limbah bisa ditemukan dalam jumlah yang mencukupi.

Setelah tiga bulan melakukan penelitian dan mencoba, April mendapat formula yang cukup tepat. Dengan bahan bahan yang sederhana dan mudah didapat, April mengambil abu kulit kapuk dilembutkan dan disemprotkan ke tanaman cabai yang terserang jamur dan hama ulat. Hasilnya ternyata efektif, jamur hilang, tanaman menjadi lebih subur sehingga panen berhasil.

Abu kulit kapuk randu bisa diolah menjadi bio-fungisida yang berguna untuk tanaman. Bio fungisida dari abu limbah kapuk bisa membantu petani, selain hasilnya efektif juga bisa menekan biaya. Harga produk bio fungisida dari penelitian April, hanya seperempat dari harga produk sejenis. Di Pati, Jawa Tengah, petani cabai seringkali merugi akaibat serangan jamur sehingga hasil penelitian April jelas mengurangi masalah para petani cabai.

Bio fungisida penelitian April, termasuk ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia dan memanfaatkan limbah randu yang banyak terdapat didesanya. Tidak itu saja, karya April juga diikutkan lomba sains di Brasil dan mendapat penghargaan sebagai proyek terbaik.

April yang masih berusia 20 tahun dan berasal dari keluarga petani selalu optimis menatap masa depan, dan kekurangan yang ada justru bisa menjadi bahan untuk terus maju.

4 dari 5 halaman

3

4.  Kategori Pemberdayaan Ekonomi: Elin Najar Arifin, perintis kampung grafis

Lima tahun terakhir, dua desa kecamatan Salaman, Magelang, Jawa Tengah tumbuh pesat. Sebelumnya, warga di kawasan ini berpenghasilan rendah atau bahkan banyak juga yang tidak bekerja. Sekarang sekitar 500 an orang warga desa mendapat penghasilan sebagai desainer grafis.


Cikal bakal kepopuleran bisnis desain grafis berjalur internet ini dari seorang pemuda warga desa setempat, Elin Najar Arifin. Elin yang pernah kuliah manajemen di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta tetapi tidak selesai, belajar desain secara otodidak. Ketertarikan di bidang desain ini kemudian menjadikan Elin mencoba mengikuti lomba desain logo yang ditawarkan melalui internet. Setelah mencoba hingga sebanyak 105 kali, akhirnya ia berhasil menjadi pemenang dan mendapat hadiah. Imbalan pertama yang diperoleh sebanyak 245 dolar Amerika Serikat.

Setelah mendapat hadiah dari lomba desain, Elin melihat ada peluang usaha bernilai ekonomis dari ketrampilan membuat desain dengan mengikuti lomba di internet. Dan memang lomba lomba desain yang ditawarkan melalui internet banyak sekali ditemukan. Bahkan dari satu penyedia saja bisa ditemukan permintaan hingga ratusan jenis.

Elin yang sudah mendapat hasil dari mengikuti lomba desain grafis kemudian membagi pengalaman dengan orang dekat dan teman teman di desanya. Ia menjelaskan kepada mereka mengenai peluang usaha dari lomba desain grafis melalui internet. Tentu pada awalnya mereka tidak yakin bisa mendapatkan uang dari lomba di internet. Kembali Elin membuktikan kepada mereka dengan mentraktir puluhan teman temanya berwisata dengan menyewa bus yang uangnya berasal dari lomba desain. Elin tidak hanya ingin membagi pengalaman tetapi juga membagi ilmu.


Kemudian sejumlah warga desa mulai belajar grafis dan mengikuti lomba. Setelah melalui sejumlah lomba, ada warga yang berhasil menang dan mendapat hadiah. Informasi secara getuk tular menyebar dengan cepat. Banyak warga dari berbagai kalangan usia dan latar belakang kemudian mencoba untuk belajar desain dan mengikuti jejak lainnya dengan mengikuti lomba desain.

Elin kemudian membentuk komunitas desain yang bernama Salaman Desain Community yang beranggotakan 150 orang. Kini banyak warga di Kecamatan Salaman, Magelang yang mendapat penghasilan ratusan hingga ribuan dolar perbulan dari desain grafis dari klien mancanegara.

5 dari 5 halaman

4


5. Kategori Sosial Pendidikan: Nursyida Syam, penyuluh asa desa tertinggal

Anak anak di dusun Tangga Kecamatan Kayangan, Lombok Utara senang mendapat buku baru. Buku kini menjadi sesuatu yang berharga dan diminati oleh anak anak yang tinggal di desa Tangga di Lombok Utara. Bahkan tidak sedikit anak anak yang merasa terharu saat menerima buku baru dari Nursyida Syam.


Nursyida Syam atau akrab dipanggil bu Ida adalah sosok yang dikenal anak anak di wilayah tersebut. Nusyida dikenal sebagai pegiat pendidikan terutama dengan membentuk rumah baca. Nursyida mengajak membaca tidak hanya anak anak tetapi siapapun untuk aktif di klub baca atau taman bacaan yang didirikan.

Nursyida sebelumnya berprofesi sebagai wartawati. Selama melakukan tugas jurnalistik di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, ia melihat banyak permasalahan sosial yang muncul akibat rendahnya tingkat pendidikan. Melihat keadaan ini, Nursyida terdorong untuk bertindak.


Untuk memulai langkah mewujudkan tekadnya, Nursyida ingin mengawali dari kalangan perempuan. Melalui perempuan yang mendapat pendidikan diharapkan dapat mandiri dan memberi dampak postif untuk lebih berperan aktif dalam lingkungannya. Dengan memulai dari perempuan sekaligus dapat mengajak anak anak untuk terlibat aktif dalam melakukan pemberdayaan melalui edukasi.

Tindakan yang dilakukan dengan mengenalkan kebiasaan membaca buku. Dengan membaca buku yang bermanfaat akan menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk itu Nursyida mendirikan tempat baca atau klub baca. Saat awal memulai Nursyida menggunakan dana pribadinya, sekarang ia juga mendapatkan dana dari simpatisan yang terketuk dengan usaha yang dilakukan. Sejauh ini sudah ada 18 tempat baca atau klub baca yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara.


Setelah kegiatan taman baca berjalan, Nursyida mengembangkan dengan mendirikan sekolah non formal. Di tempat pendidikan non formal ini ditujukan untuk anak anak belajar banyak hal, mulai belajar bercocok tanam, tarian, hingga belajar permainan tradisional. Peserta yang ikut tidak dikenakan biaya.

Usaha yang dijalankan tanpa bantuan dana pemerintah ini tetap berjalan meski sederhana. Nursyida berharap melalui edukasi seseorang bisa saling memberikan manfaat dalam membangun kehidupan.

**

Selamat kepada para pemenang, semoga kiprah mereka makin menginspirasi lebih banyak orang.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini