Sukses

Apa Itu Gempa Guguran? Simak Faktanya

Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara dilaporkan mengalami 59 kali gempa guguran. Simak fakta-fakta tentang gempa guguran.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara dilaporkan mengalami 59 kali gempa guguran dengan amplitudo antara 8-30 milimeter dengan durasi 52-113 detik, dua kali gempa vulkanik dalam amplitudo lima sampai 10 milimeter, S-P : 0.52-0.62 detik selama 8-10 detik.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Karangetang, Yudia P Tatipang mengatakan, gempa guguran terjadi sekira pukul 00.00 WITA hingga 06.00 WITA pada Senin 22 Mei 2023.

"Gempa guguran masih tinggi," kata Yudia dilansir dari Antara, Senin (22/5/2023).

Secara visual, kata dia, asap kawah tidak teramati, sedangkan bunyi guguran lava terdengar lemah hingga kuat.

"Saat ini status Gunung Karangetang masih siaga level III," ujarnya.

Warga yang bermukim di sekitar Gunung Karangetang pun diimbau untuk waspada terhadap potensi awan panas guguran.

"Kondisi ini (awan panas guguran) berpotensi terjadi sewaktu-waktu, karena itu kami mengajak masyarakat tetap waspada," ajak Yudia.

Kewaspadaan ini, penting dilakukan karena berpotensi mengancam keselamatan jiwa warga yang tinggal di lereng gunung serta sungai yang berhulu dari puncak kawah.

"Penumpukan material vulkanik bila runtuh dapat menyebabkan terjadinya awan panas guguran, itu yang harus diwaspadai," tambah dia.

Lalu apa itu gempa guguran? Berikut penjelasannya.

Dilansir dari situs magma.esdm.go.id, gempa guguran biasanya terjadi setelah erupsi. Penyebabnya adalah guguran lava, yang terjadi pada sistem pembentukan lava.

Gempa guguran ini yaitu gerakan yang terekam pada seismogram akibat jatuhnya fragmen lava ke bagian bawah akibat gravitasi bumi.

Sementara dilansir dari bpbd.bandaacehkota.go.id, gempa bumi dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan penyebab dan kedalamannya.

Berdasarkan penyebab, gempa dibedakan menjadi tiga jenis. Yaitu Gempa vulkanik, gempa tektonik, dan gempa runtuhan atau terban.

  • Gempa vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
  • Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi akibat lepasnya energi di zona penunjaman. Gempa bumi tektonik memiliki kekuatan yang cukup dahsyat.
  • Gempa runtuhan atau terban adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, gua-gua yang runtuh, dan sejenisnya. Tipe gempa seperti ini hanya berdampak kecil dan wilayahnya sempit.

Sedangkan berdasarkan kedalamannya, gempa dibedakan menjadi tiga jenis. Yaitu gempa bumi dalam, gempa bumi menengah, dan gempa bumi dangkal.

  • Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa) berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
  • Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
  • Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mitigasi Gempa Bumi

Mitigasi gempa bumi sangat penting untuk dilakukan karena gempa bumi merupakan bencana alam yang dapat menyebabkan kerusakan fisik yang parah, kehilangan nyawa, serta berdampak negatif pada perekonomian dan lingkungan.

Dalam melakukan mitigasi gempa bumi, penting untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga terkait, serta mengedepankan koordinasi dan kolaborasi yang baik.

Berikut adalah beberapa upaya mitigasi gempa bumi yang dapat dilakukan di masing-masing tahapan:

Mitigasi sebelum gempa bumi

  1. Membangun bangunan dengan standar tahan gempa dapat mengurangi risiko kerusakan dan kecelakaan saat terjadi gempa bumi.
  2. Melakukan pemetaan risiko gempa bumi untuk mengetahui daerah-daerah yang rentan terhadap gempa bumi dan melakukan penataan ruang yang sesuai.
  3. Mengedukasi masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan memberikan informasi mengenai tindakan yang harus diambil saat terjadi gempa bumi.

Mitigasi saat gempa bumi

  1. Menyiapkan jalur evakuasi dan tempat penampungan darurat untuk menghindari kerumunan dan memberikan bantuan yang cepat kepada korban.
  2. Sistem pemantauan gempa bumi yang baik dapat memberikan informasi dini tentang gempa bumi, sehingga dapat diambil tindakan yang tepat untuk mengurangi dampaknya.
  3. Berlindung di bawah meja, benda yang kuat, atau dinding dengan tangan menutup kepala saat terjadi gempa bumi.

Mitigasi sesudah gempa bumi

  1. Melakukan pemeriksaan bangunan untuk menentukan apakah bangunan masih aman atau perlu diperbaiki atau dirobohkan.
  2. Memberikan bantuan dan perlengkapan darurat kepada korban dan melakukan evakuasi terhadap korban yang terjebak.
  3. Melakukan pemulihan dan rekonstruksi wilayah yang terkena dampak gempa bumi dengan memperhatikan faktor mitigasi gempa bumi untuk meminimalkan risiko kejadian serupa di masa depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini