Sukses

6 Hoaks Seputar Covid-19 yang Beredar dalam Sepekan, Simak Faktanya

Berikut hoaks seputar Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta- Informasi hoaks seputar Covid-19 masih beredar di media sosial, kabar palsu tersebut harus diberantas sebab akan menyesatkan pihak yang mempercayainya.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah melakukan penelusuran sejumlah informasi seputar Covid-19, hasilnya sebagian informasi tersebut terbukti hoaks.

Berikut hoaks seputar Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com:

1. Pesan Berantai Catut Nama Sekjen Kemenkes Ajak Bikin Grup Diskusi Covid-19

 Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai yang mencatut nama Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg. Oscar Primadi MPH. Pesan berantai itu muncul dalam dua versi berbeda dan banyak disebarkan akhir pekan ini.

Dalam pesan berantai versi pertama, pelaku membuat narasi sebagai berikut:

"Saya Sekjen Kemenkes, dr OSCAR. Benar tdk video yang teman saya kirim,,,Berisi anggota DPR RI mesum dgn gadis cantik anak dari pengusaha sukses wilayah kita..??"

Sementara pada pesan berantai versi kedua terdapat narasi sebagai berikut:

"Saya Sekjen Kemenkes dr OSCAR. Melihat kondisi yang makin parah, kami merancang group diskusi online di Whatsapp tentang virus C19. dan sy pribadi dgn rasa hormat memohon untuk bergabung di group ini."

Benarkah Sekjen Kemenkes mengajak membuat grup diskusi Covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Melalui keterangan yang diterima Cek Fakta Liputan6.com, Kemenkes menyatakan dua pesan berantai itu hoaks.

"Hari ini beredar dua pesan Whatsapp yang mengatasnamakan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan drg. Oscar Primadi MPH. Informasi tersebut tidak benar.

Pesan tersebut dikirimkan oleh orang tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan dan menggunakan foto profil Sekretaris Jenderal Kementerian kesehatan. Apabila menerima pesan dari nomor tersebut agar mengabaikan dan memblokirnya."

Hoaks yang serupa juga pernah dibuat Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Hoaks Ajakan Bikin Grup Whatsapp dari Sekjen Kemenkes Bahas Covid-19" yang tayang 29 Oktober 2020.

 

2. RS Hermina Kemayoran Buka Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Bagi Masyarakat Umum

Beredar melalui pesan berantai informasi yang menyebut RS Hermina Kemayoran membuka pendaftaran vaksinasi covid-19 untuk masyarakat umum. Pesan berantai itu ramai disebarkan sejak akhir pekan ini.

Dalam pesan berantai berisi narasi sebagai berikut:

"Dibuka kesempatan mendapatkan vaksinasi covid bagi yang berumur 18-59 tahun di RS Hermina Kemayoran mulai jam 08.00-14.00. Bawa KTP DKI. Ini linknya untuk daftar, pedulilindungi.id/register"

Benarkah RS Hermina Kemayoran Buka Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Bagi Masyarakat Umum? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputantan6.com, RS Hermina Kemayoran Buka Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Bagi Masyarakat Umum tidak benar. 

Informasi tersebut telah dibantah pihak RS Hermina Kemayoran.

 

3. Video Rakyat India Marah karena sudah Muak dengan Prokes Covid-19

 Cek Fakta Liputan6.com mendapat video yang diklaim Rakyat India marah karena sudah muak dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Klaim video tersebut diunggah akun Facebook DrLois, pada 2 Mei 2021.

Unggahan klaim video Rakyat India marah karena sudah muak dengan prokes Covid-19 menampilkan sejumlah orang menyerang kendaraan roda empat jenis jip berwarna putih, kemudian seorang yang berada di dalam kendaraan tersebut melarikan diri dan dikejar oleh sejumlah orang.

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Rakyat India sudah mulai naik pitam karena sudah muak di jajah ilmu sampah kedokteran yg mewajibkan Prokes ketat!Aparat di serang!!Masih ingat aturan cambuk dan tampar oleh aparat jika ada yg melanggar Prokes???Setelah saya aktif sebar info kebenaran dan Rakyat India tahu sudah di tipu Pandemi rekayasa bhw Covid19 bukan Virus dan Tidak menular...Maka gantian..Aparat di serang!!!"

Benarkah klaim video Rakyat India marah karena sudah muak dengan prokes Covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video Rakyat India marah karena sudah muak dengan prokes Covid-19 tidak benar.

Video sebenarnya adalah aksi protes warga atas kematian seorang pemuda distrik Bhadrak bernama Bapi Mahalik akibat pengejaran Polisi dengan beberapa alasan yang dirahasiakan. 

 

4. Pesan Berantai Berisi Daftar Dokter Meninggal Dunia Walau Sudah Divaksin Covid-19

Beredar di aplikasi percakapan dan pesan berantai pesan berantai berisi daftar dokter yang meninggal dunia dalam waktu bersamaan meski sudah divaksin covid-19. Pesan berantai itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang mengunggahnya adalah akun bernama Duri Riau. Ia mempostingnya di Facebook pada 5 Mei 2021.

Berikut isi pesan berantainya:

"Breaking News

Indonesia berduka

Telah berpulang :

1. dr.Felicia Tanzil, SpKFR (Majalengka)

2.Dr.Ananto Prasetya Hadi(Ka Humas RSCM).

2. Dr. Fuad Mahfuzd, Sp. THT.

3. Kol Ckm Dr. Sjahruddin, Sp. THT-KL .

4. Dr.Oki Alfian bin H.Alamsyah.

5. Dr.Dharma Widya ( Direktur RSUD Aceh Timur )

6. Dr. Gatot Soeryo Koesumo, PFK, MM ( Direktur RS Aulia Jagakarsa) , Jakarta

7. dr. Wahyuning Saraswati ( Bogor)

8. dr Redy ( WaDir RSUD Banjar)

9. Prof.dr Dadang Hawari SpKJ( K)

10. Kol.CKM DR Is Priyadi (16.38) di RSPAD. Alumnus FK UNAIR 84.

Padahal mereka sdh melakukan Vaksin

Dalam waktu 24 jam, Indonesia kehilangan 10 Dokter karena COVID-19. Sungguh kehilangan besar bagi bangsa Indonesia."

Ia juga menambahkan narasi: "GARA2 WAJIB PROYEK VAKSIN COVID SIAPA YANG TANGGUNG JAWAB"

Lalu benarkah pesan berantai yang berisi daftar dokter yang meninggal dunia dalam waktu bersamaan meski sudah divaksin covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, Pesan berantai yang berisi daftar dokter yang meninggal dunia dalam waktu bersamaan meski sudah divaksin adalah tidak benar. Faktanya dokter yang meninggal dunia tidak dalam waktu bersamaan dan semuanya belum mendapat vaksin covid-19.

 

5. Pesan Berantai Mengatasnamakan Satgas Covid-19 Pusat

Beredar melalui aplikasi percakapan dan media sosial pesan berantai mengatasnamakan Satgas covid-19 Pusat. Pesan berantai itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang membagikannya adalah akun bernama Putu Lhaksmi. Dia mengunggahnya di Facebook pada 30 April 2021.

Berikut isi pesan berantai tersebut:

"Dari WAGDear Bapak/Ibu Ketua Tim Satgas Pusat dan Daerah beserta jajaran

Pagi semua...semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan dan perlindungaNya.bapak ibu, kasus india sangat seram.mari kita belajar dari kasus india...peningkatan kasus pada gelombang ke-2 saat ini, jauh lebih berbahaya, karena :

1. window time jauh sangat singkat. mutasi virus terbaru di india, lebih seram. virus tidak transit/mampir ke tenggorokan dan hidung, tapi langsung ke paru (akibatnya pneumonia). sehingga gejala awal seolah tidak ada (shg tidak ada batuk, demam, nyeri sendi, lemes). tidak heran meningkatkan angka kematian yang sangat pesat, dan hasil swab sellau negatif. namun jka di X-Ray, paru oarunya penuh bercak putih (pneumonia). Sedihnya, orang merasa baik baik saja, padahal dia sedang menuju sekarat...

2. jika dilakukan swab nasal/hidung dan faring (perbatasan lapisan dalam antara permukaan hidung dengan tenggorokan) sellau negatif covid. krn virusnya langsung ke paru oleh karenanya , yang terbaik adalah :

1. prokes 5M (masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas/efisiensi dan efektifkan waktu kegiatan anda).

2. jangan euforia dengan sertifikat telah divaksin, karena tidak ada gunanya jika tidak menerapkan prokes

3. memperketat komunikasi ke setiap jajaran masing masing hingga pelaksana teknis terbawahAstrid - Sekretaris 1 Satgas Covid Pusat"

Lalu benarkah ada pesan berantai dari Satgas Covid-19 Pusat? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, pesan berantai yang mengklaim dari Satgas Covid-19 Pusat adalah hoaks.

 

6. Covid-19 adalah Bakteri yang Terpapar Radiasi

Klaim tentang Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi beredar di media sosial. Klaim tersebut beredar lewat pesan berantai di aplikasi percakapan WhatsApp pada 5 April 2021.

Pesan berantai tersebut berisi narasi bahwa Rusia adalah negara pertama yang melakukan otopsi terhadap jenazah korban Covid-19. Hasilnya ditemukan bahwa Covid-19 bukan merupakan virus tetapi bakteri yang terpapar radiasi.

Berikut narasinya:

Rusia menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post mortem) terhadap jenazah Covid-19. Setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada dalam bentuk virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menggumpal melalui darah hingga menyebabkan kematian.

Penyakit Covid-19 telah ditemukan menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan pembekuan darah manusia dan pembekuan darah vena, yang membuat orang sulit bernapas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak dapat menyerap oksigen, menyebabkan orang mati dengan cepat.

Guna mengetahui penyebab kurangnya energi pernapasan, dokter Rusia tidak mendengarkan kesepakatan WHO, melainkan melakukan otopsi terhadap COVID-19. Setelah dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, mereka menemukan bahwa pembuluh darah melebar dan berisi gumpalan darah, yang menghalangi aliran darah dan mengurangi aliran oksigen. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian pada tubuh.

Setelah mengetahui penelitian tersebut, Kementerian Kesehatan Rusia segera mengubah rencana pengobatan Covid-19 dan menggunakan aspirin untuk pasien positif. Mulailah mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, para pasien mulai pulih dan kesehatan mereka mulai membaik.

Setelah periode penemuan ilmiah, dokter Rusia menjelaskan bahwa penyakit ini adalah tipuan global, dan metode pengobatan ini menjelaskan, "Ini tidak lain adalah gumpalan di pembuluh darah (bekuan darah) dan metode pengobatan.

Tablet antibiotik

Anti-inflamasi dan Minum antikoagulan (aspirin).

Untuk tujuan ini, kesepakatan telah dikeluarkan di Rusia.

Bagikan informasi ini dengan keluarga, tetangga, kenalan, teman, dan kolega Anda sehingga mereka dapat menghilangkan rasa takut akan Covid-19 dan menyadari bahwa itu bukan virus, melainkan bakteri yang hanya terpapar radiasi.

Hanya orang dengan kekebalan rendah yang harus berhati-hati. Radiasi ini juga dapat menyebabkan peradangan dan hipoksia. Korban harus mengonsumsi Asprin-100mg dan Apronik atau parasetamol 650mg.

Sumber: Kementerian Kesehatan Rusia

Benarkah Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi? Berikut penelusurannya.

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, Klaim Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi ternyata tidak benar. Faktanya Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus korona yang baru ditemukan. Covid-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.