Sukses

Alasan 4 Hoaks Populer soal Covid-19 Ini Masih Dipercaya Masyarakat

Dilansir laman World O Meters, Sabtu (7/11/2020) pagi sudah ada 49.465.073 kasus covid-19 di seluruh dunia. Sementara jumlah korban tewas mencapai 1.247.969 orang.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi virus corona covid-19 masih terjadi di seluruh dunia. Hingga kini belum ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir.

Dilansir laman World O Meters, Sabtu (7/11/2020) pagi sudah ada 49.465.073 kasus covid-19 di seluruh dunia. Sementara jumlah korban tewas mencapai 1.247.969 orang.

Sayangnya di tengah usaha dunia melawan pandemi ini, hoaks juga tak berhenti beredar. Bahkan WHO menyebut penyebaran hoaks ini sama berbahayanya dengan virus itu sendiri.

Lalu apa saja hoaks yang beredar dari awal pandemi virus corona covid-19 dan alasannya dipercaya masyarakat. Berikut beberapa diantaranya dilansir Scientificamerican.com:

 ** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Virus corona covid-19 buatan laboratorium di China

Virus corona covid-19 memang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China. Itu sebabnya beberapa orang termasuk Presiden AS, Donald Trump pernah menuduh virus ini sengaja dibuat China.

Faktanya:

Intelijen AS telah membantah kemungkinan virus corona covid-19 dibuat oleh laboratorium di China. Hal ini sesuai dengan bukti dan penelitian yang ada.

Selain itu China juga telah mengundang peneliti WHO dan bekerjasama untuk mencari asal virus ini.

Alasan orang percaya:

Orang ingin mencari kambing hitam karena situasi saat ini dan kehancuran ekonomi akibat pandemi virus corona covid-19. Apalagi China saat ini negara raksasa ekonomi dunia dan salah satu pesaing Amerika Serikat.

3 dari 6 halaman

2. Covid-19 tidak jauh berbahaya ketimbang flu

Sejak awal pandemi virus corona covid-19, Presiden AS Donald Trump yang menggaungkan hoaks ini. Dia menyebut covid-19 tidak lebih berbahaya ketimbang flu musiman.

Faktanya:

Di AS, covid-19 telah menyebabkan lebih dari 242 ribu kematian sedangkan musim flu terburuk dalam dekade terakhir yang menewaskan sekitar 61 ribu orang terjadi pada 2017-2018.

Selain itu, covid-19 sejauh ini telah membunuh lebih banyak orang di AS bila dibandingkan dengan gabungan (jumlah kasus dalam) lima musim flu terakhir, dan ratusan lainnya meninggal setiap hari.

Sebuah studi CDC yang dirilis pada 20 Oktober 2020 menemukan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 di Administrasi Kesehatan Veteran memiliki risiko kematian lima kali lebih tinggi daripada pasien flu.

Tingkat kematian covid-19 juga berada di angka 0,5 sampai 1 persen. Sementara flu hanya 0,1 persen.

Alasan orang percaya:

Banyak orang yang terus menyerukan hal ini termasuk Presiden AS Donald Trump. Dia juga menyebut angka kematian covid-19 dibesar-besarkan. Faktanya justru banyak kematian yang disebabkan covid-19 belum terhitung.

4 dari 6 halaman

3. Tidak perlu menggunakan masker

Memakai masker menjadi salah satu hoaks yang terus bergulir selama pandemi ini. Mulai dari menyebabkan sesak napas hingga mengakibatkan penyakit tertentu jika dipakai terus-menerus.

Faktanya

Dilansir dari The Lancet, lebih dari 170 studi yang menunjukkan memakai masker bisa mencegah penularan virus corona covid-19. Apalagi banyak orang yang positif virus corona covid-19 tanpa gejala, sehingga memakai masker merupakan cara preventif mengurangi penyebaran virus itu.

Alasan orang percaya

Saat awal pandemi WHO dan CDC memang tidak konsisten pada pemakaian masker ini. Awalnya mereka hanya menyuruh orang yang sakit untuk memakai masker, namun sekarang semua orang harus memakai masker.

Selain itu pada awal pandemi, harga masker melambung jauh dan membuat orang enggan memakainya hingga sekarang. Alasan lain enggan memakai masker karena orang menganggap kebebasan mereka terenggut.

5 dari 6 halaman

4. Herd Immunity bakal mengakhiri pandemi virus corona covid-19

Pada awal pandemi sejumlah negara seperti Swedia dan Inggris berencana untuk membiarkan virus corona covid-19 menyebar sehingga akan timbul herd immunity. Yakni virus akan berhenti karena orang sudah punya kekebalan sendiri. Namun kedua negara telah membantah rencana ini dan malah menerapkan lockdown.

Faktanya

Untuk mencapai herd immunity dibutuhkan 60-70 persen dari populasi. Namun angka itu akan menimbulkan jumlah kematian yang sangat besar, bahkan hingga jutaan orang jika penduduk suatu negaranya besar seperti Indonesia.

Tragedi ini pernah terjadi pada pandemi flu Spanyol tahun 1918 yang menewaskan 50 juta orang.

Alasan orang percaya

Semua orang ingin kembali ke kehidupan normal secepat mungkin. Bahkan beberapa ada yang percaya kita sudah mencapai tahap herd immunity meski faktanya tidak demikian.

6 dari 6 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.