Sukses

Fans Dukung Palestina, Celtic Terpaksa Jual Pemain Bintang dari Israel

Celtic sedang mengurus kepindahan pemain Israel ke Liga Amerika Serikat. Sang pemain tak menikmati lagi bermain di Celtic karena fans mendukung Palestina.

Liputan6.com, Jakarta- Klub Skotlandia Celtic terpaksa menjual pemain bintangnya asal Israel Liel Abada. Pemain sayap berusia 22 tahun itu akan meninggalkan Skotlandia dan melanjutkan kariernya di Liga Amerika Serikat, MLS.

Abada termasuk salah satu bintang Celtic. Musim lalu Abada membuat 13 gol dan sembilan assists dari 47 pertandingan. Celtic pun memberikan kontrak baru berdurasi empat tahun kepada Abada pada musim panas 2023.

Semuanya berubah sejak konflik Israel dan Hamas berkecamuk pada awal Oktober 2023. Abada merasa tidak nyaman lagi bermain bersama Celtic. Pasalnya fans Celtic begitu mendukung Kemerdekaan Palestina.

Sebagian pendukung Celtic menunjukkan dukungan besar kepada Palestina dengan mengibarkan bendera negara atau secara kolektif menyanyikan lagu-lagu dukungan selama pertandingan di Parkhead. Mereka seolah tidak peduli di dalam tim ada pemain asal Israel. Abada pun harus menghadapi tantangan di luar lapangan akibat sikap fans ini.

Pada awal konflik Israel dengan Palestina, Abda masih baik-baik saja karena sedang dalam proses pemulihan cedera. Dia terkena cedera paha pada September lalu yang memerlukan waktu penyembuhan tiga bulan.

Abada baru bisa main lagi akhir Desember 2024. Dia mulai merasakan tekanan karena meski turun bermain fans Celtic tetap memberikan dukungan untuk Palestina. Abada rupanya sangat terganggu. Faktor cedera dan ramainya dukungan fans untuk Palestina mempengaruhi kinerja Abada. Dia belum bisa membuat gol untuk Celtic sejak sembuh dari cedera.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Abada Tak Kuat dengan Tekanan Fans Celtic

Tak kuat lagi melihat ulah fans, Abada akhirnya memilih absen membela Celtic dalam lima laga terakhir. Dia terakhir kali bermain untuk Celtics pada 7 Februari.

Manajer Celtic Brandan Rodgers mengakui bulan lalu bila Abada kemungkinan akan meninggalkan klub karena merasa tidak cocok dan tidak siap untuk bermain bagi rival abadi Rangers itu akibat sikap fans yang sangat mendukung Palestina.

3 dari 5 halaman

Kata Pelatih Celtic Soal Nasib Abada

"Saya telah melakukan banyak percakapan dengan Liel dan saya sangat berempati terhadap masalah yang dia alami. Ini lebih dari sekadar sepak bola. Ini pada tingkat kemanusiaan, jadi saya harus menghormatinya," kata Rodgers.

"Pekerjaan saya bukan sekadar manajer sepak bola. Ini adalah seorang pemuda, berusia 22 tahun, jauh, jauh dari rumah. Orang bisa membicarakan apa yang terjadi di sana dan kemudian melupakannya. Inilah kenyataan baginya, inilah hidupnya. Setiap hari, setiap malam, keluarga-keluarga berperang, jadi ini adalah situasi yang sangat, sangat sulit baginya. Pada tingkat kemanusiaan, saya memiliki empati yang nyata dan nyata terhadapnya," tutur Rodgers.

4 dari 5 halaman

Pindah ke Charlotte FC

Sky Sports News pada awal pekan ini melaporkan Abada bisa segera melupakan mimpi buruk fans Celtic. Charlotte FC dari Liga Amerika Serikat akan membeli Abada dengan memecahkan rekor transfer termahal klub senilai 10 juta poundsterling.

Kepindahan Abada akan diresmikan pekan ini juga. Dia bakal segera terbang ke Paman Sam untuk menjalani tes medis. Jika lolos, Abada akan diresmikan oleh Charlotte FC.

5 dari 5 halaman

Main di Celtic Selama 4 Tahun

Abada sebenarnya sudah bermain untuk Celtic sejak empat tahun lalu. Celtic membelinya dari Maccabi Petah Tikva senilai 3,5 juta poundsterling.

Di tiga setengah tahun awal bersama Celtic, Abada tidak menemui masalah meski fans memang dikenal mendukung Palestina. Namun konflik Israel dan Hamas yang berkepanjangan pada akhir 2023 benar-benar mengganggu kariernya di Celtic.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.