Sukses

Bola Ganjil: Resistensi Athletic Bilbao Berawal dari Tuduhan

Athletic Bilbao merupakan salah satu nama dengan identitas terkuat. Mereka hanya menurunkan pemain lokal Basque, wilayah tempat klub berada.

Liputan6.com, Jakarta - Athletic Bilbao merupakan salah satu nama dengan identitas terkuat. Mereka hanya menurunkan pemain lokal Basque, wilayah tempat klub berada.

Kebijakan yang rasanya mustahil dijalankan, terlebih dengan globalisasi sepak bola pada akhir abad ke-20. Toh filosofi tersebut tidak membuat Athletic Bilbao lemah.

Mereka sudah membuktikannya pada Piala Spanyol 1958 yang masih bernama Copa del Generalisimo. Tim berisi 11 pemain desa sukses mengalahkan Real Madrid 2-0 pada partai puncak.

Tidak ada yang percaya hasil itu bisa terjadi karena Los Blancos dihuni pemain bintang seperti Alfredo Di Stefano, serta sedang menduduki takhta tertinggi Eropa dalam tiga musim beruntun.

Kebijakan Athletic Bilbao masih diterapkan hingga sekarang, 125 tahun sejak klub berdiri pada 18 Juli 1898. Selama eksistensinya, mereka tidak pernah turun kasta atau selalu bertanding di level tertinggi.

Hanya ada tiga klub sepanjang sejarah yang menyandang status tersebut. Dua nama lainnya adalah Real Madrid dan Barcelona.

Athletic Bilbao juga mampu menjadi juara liga delapan kali atau tersukses keempat dan terbaik di Basque. Capaian mereka mengungguli rival-rival regional seperti Real Sociedad dan Deportivo Alaves.

Uniknya, kesuksesan Athletic Bilbao dalam beroperasi serta meraih prestasi berbekal filosofi yang diterapkan tidak lepas dari tuduhan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diduga Curang

Legenda bicara, dua pemain Inggris Sloop dan Martin (identitas lengkap tidak diketahui) membantu Athletic Bilbao menjuarai Copa del Rey 1911. Kedua pemain tersebut tampil pada laga penyisihan melawan Fortuna de Vigo.

Klub rival tidak terima dan meminta Athletic Bilbao dicoret. Berdasar peraturan ketika itu, pemain asing baru boleh bermain jika sudah tinggal minimal dua tahun di Spanyol.

Real Sociedad sampai mengundurkan diri dari kompetisi karena permintaan tidak digubris. Espanyol dan Valladolid Calvary Academy juga memilih tidak bertanding sebagai solidaritas terhadap Fortuna de Vigo.

Espanyol pada akhirnya berubah pikiran dan meladeni Athletic Bilbao pada laga puncak. Mereka tumbang 1-3, tapi protes terhadap kesuksesan partisipasi Athletic Bilbao tetap muncul.

 

3 dari 3 halaman

Masalah Harga Diri

Federasi akhirnya memutuskan klub hanya boleh menurunkan maksimal tiga pemain asing. Mereka juga harus minimal tinggal di Negeri Matador selama tiga tahun.

Merasa tersudutkan, Athletic Bilbao menolak mengikuti peraturan tersebut. Dengan harga diri terluka karena dituduh curang, mereka bertekad membuktikan bisa mencapai prestasi mengandalkan pemain lokal. 

Sejak itulah, tepatnya 1912, Athletic Bilbao memutuskan tidak akan menggunakan jasa muka asing dan cuma menurunkan mereka yang tumbuh di Basque. Mereka menjalankan filosofi tersebut sampai sekarang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.