Sukses

Sikapi Percepatan KLB PSSI, Pemerintah Diminta Hati-Hati

Mantan anggota Komite Etik FIFA, Dali Tahir kembali buka suara terkait sikap pemerintah dalam menyikapi rencana percepatan KLB PSSI.

Liputan6.com, Jakarta Mantan Komite Etik FIFA asal Indonesia, Dali Tahir mengingatkan agar pemerintah tidak mengeluarkan pernyataan yang kontroversial terkait rencana percepatan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Dikhawatirkan, pernyataan yang kontroversial tersebut bisa membuat Indonesia kembali terkena sanksi dari Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).

Diketahui sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD meminta agar Ketum PSSI Mochamad Iriawan dan jajarannya untuk segera mundur dari posisinya. Belakangan, dia meyakini Ketum PSSI dan anggota Exco akan mundur melalui KLB yang digelar paling lambat tiga bulan ke depan.

Pernyataan tersebut dilontarkan Mahfud sesuai dengan hasil rekomendasi dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPIF) Tragedi Kanjuruhan yang dibentuk oleh Pemerintah. “Semua harus taati aturan, taati statuta PSSI yang berasal dari konstitusi sepak bola dunia, FIFA,” kata Dali Tahir, Selasa (2/11/2022).

Dia menyatakan bahwa sudah bukan tugas Pemerintah untuk ikut campur terhadap hal tersebut. Apalagi menurutnya tugas TGIPF sendiri sudah selesai ketika penyerahan dokumen kepada Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

TGIPF itu buatan siapa? Pemerintah bukan? Jika mereka meminta kompetisi dihentikan dan meminta agar segera KLB, ya sudah selesai tugasnya. Jangan kembali melakukan intervensi dengan meminta Ketua PSSI mundur,” tandas Dali Tahir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Demi Kepentingan Politik

 

Dali Tahir yang sudah bertahun-tahun berkecimpung di dunia sepak bola Indonesia itu mengatakan bahwa peralihan kekuasaan di PSSI kerap hanya dimanfaatkan demi kepentingan politik praktis yang justru jauh dari cita-cita untuk membangun sepakbola Indonesia menjadi lebih baik.

“Jangan cari panggung dengan mengorbankan sepak bola. Satu hal yang akan bikin rugi karena diatur-atur sama orang yang tidak paham dengan sepak bola,” tuturnya.

Pria yang pernah menjabat sebagai Chairman Brisbane Roar FC, Australia ini justru menilai bahwa apa yang dilakukan oleh PSSI era kepemimpinan Iwan Bule sudah jauh lebih baik dari pada kepengurusan sebelumnya.

“Saya kagum dengan PSSI saat ini, oleh kepengurusan Iwan Bule itu bisa dikatakan luar biasa. Timnas Indonesia, U-20, Timnas Wanita, Futsal-nya semua ke Piala Asia. Itu kan prestasi,” kata Dali Tahir.

 

3 dari 3 halaman

Sepakat Gelar KLB

 

Sementara itu sebelumnya PSSI melalui rapat Exco di Kantor PSSI, Jakarta, Jumat (28/10/2022) lalu bersepakat akan menggelar KLB dalam waktu dekat. PSSI pun telah berkirim surat kepada FIFA bahwa KLB untuk memilih ketua umum, wakil ketua umum dan anggota Komite Eksekutif (Exco) akan digelar pada 18 Maret 2023 mendatang.

Ketum PSSI, Mochamad Iriawan sendiri mengaku tak ingin melihat ekosistem sepak bola Indonesia terhenti.

“Maka dari itu, saya memutuskan untuk menggelar KLB. Saya juga tidak ingin mengorbankan 120 ribu teman-teman yang hidup dari sepak bola, ada ofisial, wasit, pemain, kitman, pelaku UMKM, dan lain sebagainya dimana mereka hidup dari sepak bola,” kata pria yang akrab disapa Iwan Bule pada Jumat (28/10/2022).

“Kami memohon agar pemangku kepentingan berkenan memberikan izin untuk bergulir nya kompetisi, dari liga 1, 2, dan 3” sambungnya.

Pria yang pernah menjadi Kapolda di NTB dan Jawa Barat ini juga tak ingin adanya perpecahan di internal PSSI.

“Meskipun hanya dua voter yang mengajukan KLB, yang mana belum memenuhi syarat, tetapi saya memutuskan tetap menjalankan KLB. Hal ini guna menghindari perpecahan ditubuh sepak bola Indonesia, apalagi sampai ada konflik fisik, saya juga tidak mau itu,” kata Iwan Bule.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.