Sukses

Penderita TBC Diminta Harus Lebih Mewaspadai Virus Corona Covid-19

Beberapa gejala TBC seperti batuk, demam, dan merasa lemas juga dialami pasien Covid-19. Penyakit TBC saat ini masih menjadi beban masalah kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia saat ini tengah menghadapi dan memerangi wabah virus corona (Covid-19). Menurut juru bicara pemerintah dalam penanganan Corona, Achamd Yurianto, jumlah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 hingga Rabu 25 Maret 2020 bertambah sebanyak 105 kasus.

Terlepas dari upaya pemerintah dan masyarakat Indonesia yang tengah berjuang menghadapi pandemi corona ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dr. Wiendra Waworuntu, Selasa (24/3/2020), mengingatkan kembali soal penyakit Tuberkulosis (TBC)

Penyakit TBC saat ini masih menjadi beban masalah kesehatan di Indonesia. Dan saat Indonesia juga menghadapi wabah corona, virus ini justru harus lebih diwaspadai pasien TBC.

Kedua penyakit ini adalah pandemi pernapasan yang menular melalui droplet (percikan), menyerang rentang usia yang luas seperti di antaranya orang lanjut usia dan orang yang memiliki kondisi kesehatan khusus seperti mereka yang memiliki gangguan kronis pada paru, bahkan pada anak-anak.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Minum Obat Teratur

Beberapa gejala TBC seperti batuk, demam, dan merasa lemas juga dialami pasien Covid-19.

"Covid-19 menyadarkan kita betapa rentannya jika pasien TBC tidak berobat, karena daya tahan tubuh dan kondisi paru mereka juga lebih rentan terinfeksi," kata Wiendra Waworuntu.

Untuk pasien TBC yang dalam masa pengobatan, ia menekankan harus minum obat teratur dan tetap menjaga daya tahan tubuh. Oleh sebab itu, peran komunitas sangatlah penting dalam skema pengobatan TBC, terutama bagi pasien TBC resistan obat (TBC RO).

"Kami sedang menyiapkan skema tersebut agar pasien TBC RO tidak harus ke RS setiap hari untuk berobat," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Diberi Edukasi

Menurut dr. Wiendra, rumah sakit harus menerapkan strategi Temukan-Pisahkan-Obati (Tempo) untuk tatalaksana TBC dan dapat menjadi pembelajaran untuk Covid-19. Dalam pengendalian TBC, ketika pasien batuk datang ke RS, harus dilakukan triase saat penerimaan awal berdasarkan gejala utama TBC.

Kalau sudah batuk lebih dari 2 minggu, pasien diberi masker dan edukasi tentang etika batuk, lalu menunggu di ruang terpisah dengan ventilasi yang baik sebelum dilayani. Di samping pelayanan, riset implementasi juga memiliki peranan penting dalam penanggulangan penyakit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini