Sukses

Potret Sepak Bola di Tengah Kecamuk Perang yang Jarang Terungkap

Tentara berbaris di bawah mistar gawang sembari mengenakan masker anti gas beracun.

Liputan6.com, Jakarta Perang Dunia I (1914 - 1918) memakan jutaan korban jiwa. Namun di tengah desingan peluru, sepak bola seakan tidak ada matinya. Olahraga sebelas lawan sebelas ini bahkan menjadi salah satu hiburan bagi pasukan yang kelelahan.

Semasa perang, sepak bola biasa dimainkan oleh tentara dan pelaut. Sepak bola pada masa itu juga dijadikan alat propaganda untuk menjatuhkan mental musuh.

Seperti dilansir grantland.com, pertandingan resmi bahkan masih sempat berjalan di tengah kecamuk perang dunia I. Salah satunya adalah adalah pertandingan final Piala FA yang mempertemukan Chelsea dan Sheffield United, pada 24 April 1915.

Duel ini sejatinya digelar di markas Crystal Palace, London Selatan. Namun perang membuat akses ke lokasi semakin sulit. Akhirnya pertandingan pun terpaksa dipindah ke stadion Old Trafford di Manchester.

Menariknya, pertandingan yang kemudian dikenal dengan sebutan Khaki Cup Final itu dihadiri 50 ribu tentara.

Mereka datang bukan untuk berjaga, tapi sebagai penonton. Momen tersebut masih sempat diabdikan lewat bidikan kamera. Dalam foto tersebut tampak tentara-tentara dengan mantel penahan dingin berdesakan demi menyaksikan pertandingan. Sebagian serdadu yang terluka bahkan masih mengenakan perban di kepala. Sejenak mereka melupakan kengerian perang.

Sheffield berhasil mengalahkan Chelsea 3-0. Tiga gol Sheffield dicetak Simmons (36), Fazackerley (84'), dan Kitchen (88).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pesepak Bola Bermasker

Momen lain yang menunjukkan 'kekuatan sepak bola' semasa PD I juga tampak pada foto sebelas pria bertopeng yang berbaris rapi di bawah sebuah mistar gawang. Foto ini berasal dari museum nasional Prancis yang diabadikan tahun 1916. 

Utus punya usut, mereka adalah tentara-tentara Inggris yang tengah berada di Prancis Utara. Tidak disebutkan siapa saja pria-pria misterius itu. Namun yang pasti, topeng yang digunakan ternyata bukan untuk menyembunyikan identitas mereka. Pada keterangan foto disebutkan bahwa kesebelas pria itu ternyata tengah mengenakan masker anti gas beracun. 

Sementara itu, foto lainnya juga menunjukkan tentara-tentara bermasker tengah bermain di lapangan. Dua orang tampak terjatuh, sementara pemain lainnya menggiring bola. Lapangan berlumpur tak menyurutkan keinginan mereka bermain bola.

Seperti diketahui, Perang Dunia I juga menjadi laboratorium bagi negara-negara yang terlibat dalam menjajal senjata terbaru. Salah satu senjata paling mematikan yang pernah digunakan dalam pertempuran adalah gas beracun. Penggunaan senjata kimia ini tak hanya menyasar tentara di medan pertempuran. Masyarakat sipil juga tak jarang ikut terkena dampaknya.

Senjata kimia yang digunakan selama PD I bermacam-macam. Mulai dari sekedar gas air mata hingga senjata pemusnah massal yang menggunakan phosgene, klorin, hingga mustard gas

Jerman tercatat pertama kali menggunakan serangan gas klorin ke arah tentara sekutu pada Pertempuran Ypres Kedua, di barat laut Belgia, 22 April, 1915. Saat itu sasarannya adalah tentara Maroko dan Aljazair yang berjuang untuk Prancis.

Inilah kali pertama senjata kimia canggih digunakan untuk menghancurkan pihak musuh. Menggunakan angin sebagai media penghantar, Jerman menumpahkan ribuan kontainer gas beracun dan membiarkannya terbawa angin menuju arah musuh.

Mereka menyasar tentara yang bersembunyi di parit-parit buatan. Klorin sendiri bila bersentuhan dengan air akan berubah menjadi asam yang mampu membutakan bila terkena mata. Gas beracun juga mampu membakar paru-paru dari dalam.

Akibat serangan ini, kabut kuning pun menyelimuti langit Ypres. Prajurit yang awalnya bersembunyi di parit akhirnya berhamburan meninggalkan sarangnya lalu disambut rentetan senapan mesin. Ribuan tentara langsung tewas seketika.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini