Sukses

Lebih Murah, Alasan Beras Impor Jadi Primadona Penyelundupan

Hingga saat ini, harga beras yang dipanen para petani domestik masih jauh lebih mahal dibandingkan beras impor.

Pengamat pertanian Indonesia Khudori menyatakan, hingga saat ini, harga beras yang dipanen para petani domestik masih jauh lebih mahal dibandingkan beras impor.

Alasan ini yang menuai orang tak bertanggung jawab tergiur menyelundupkan beras ke Indonesia. "Jadi kalau beras impor masuk itu didatangkan ke sini, itu bawa untung besar sekali," ungkap Khudori saat menjadi panelis dalam diskusi bertajuk `Main Kotor Beras Impor`di Jakarta (1/2/2014).

Pada 2010, menurut hasil perhitungannya terjadi disparitas harga yang cukup besar antara beras impor dan lokal. Saat itu, perbedaan harga dua jenis beras tersebut mencapai Rp 1.000 per Kilogram (Kg) dengan kualitas setara.

"Anda bisa bayangkan kalau perbedaan harganya sebesar itu, satu juta ton saja, untungnya bisa sampai Rp 1 triliun. Siapa yang menikmati itu? Untungnya kemana?," ujar Khudori.

Sementara itu, Sekretaris Jendral Asosiasi Pedagang Pasar, Ngadiman mengungkapkan, tidak mudah untuk menemukan perbedaan beras lokal dan impor.

Sehingga ketika sudah masuk ke pasar-pasar tradisional, masyarakat tidak akan mengetahui mana beras lokal, impor atau campuran keduanya.

"Kalau di pasar induk atau tradisional, agak sulit membedakan, kalau terjadi kemiripan karena dicampur juga tidak akan ada yang tahu, karena mirip. Apalagi sudah dimasukkan ke dalam karung," terangnya.

Ngadiman menegaskan, para pedagang pasar tetap tidak bisa memperoleh keuntungan jika memang terjadi kecurangan pencampuran beras impor dan lokal. Para pedagang pasar hanya berperan menyesuaikan harga jual dengan modal yang dikeluarkannya.

"Ya kami kan rantai terakhir dalam penjualan beras pada masyarakat ini. Bukan kami yang tentukan harga. Kalau dari atas harganya naik ya kita sesuaikan harganya ikut naik juga, jadi ya tidak menikmati keuntungan apa-apa," tukasnya. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.