Sukses

Dorong Elektrifikasi dan Pengembangan EBT, PLN Kantongi Pendanaan Rp 9,4 Triliun

Program ISLE-1 merupakan program based loan dalam rangka dukungan World Bank dan partner pembangunan terhadap peningkatan akses elektrifikasi, peningkatan kesiapan grid terhadap integrasi energi baru terbarukan (EBT), dan peningkatan kapasitas operasional teknologi informasi PLN.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) melakukan kolaborasi pendanaan dengan World Bank, Canada Clean Energy & Forest Climate Facility dan Clean Technology Fund sebesar USD 581,5 juta, atau setara Rp 9,46 triliun (kurs Rp 16.270 per dolar AS), untuk mendukung peningkatan akses elektrifikasi di Indonesia, program transisi energi serta digitalisasi perseroan.

Itu ditandai dengan penandatanganan skema hibah dan perjanjian pinjaman langsung dengan Sovereign Guarantee, bertajuk Program Indonesia Sustainable Least-cost Electrification-1 (ISLE-1). Program ISLE-1 merupakan program based loan dalam rangka dukungan World Bank dan partner pembangunan terhadap peningkatan akses elektrifikasi, peningkatan kesiapan grid terhadap integrasi energi baru terbarukan (EBT), dan peningkatan kapasitas operasional teknologi informasi PLN.

Penyusunan program ini juga mendapat asistensi teknis dan pendanaan dari Sustainable Renewables Risk Mitigation Initiative (SRMI) yang dikelola oleh Energy Sector Management Assistance Program (ESMAP). Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menilai pentingnya kerja sama pendanaan World Bank melalui program ISLE-1 untuk pembiayaan rencana distribusi, transmisi, dan pembangkit listrik menuju elektrifikasi Indonesia 100 persen.

Program ini juga akan membiayai korporasi untuk peningkatan bauran energi baru terbarukan, mengurangi biaya pembangkitan, dan memperkuat kapasitas keuangan dan operasional PLN.

"ISLE-1 berfokus pada dua wilayah yakni Maluku dan Nusa Tenggara, karena kedua wilayah tersebut memiliki tingkat elektrifikasi yang rendah dan rata-rata biaya pembangkit listriknya tinggi," ujar Darmawan, Kamis (13/6/2024).

Darmawan mengakui bahwa transisi energi tidak bisa dijalankan sendiri. Sebagai lokomotif transisi energi, PLN terus membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi dari tantangan yang ada.

"Transisi energi tidak bisa dijalankan dalam suasana kesendirian, karena terdapat tantangan teknis, strategis, operasional, dan juga pendanaan. PLN telah memetakan seluruh tantangan tersebut sehingga setiap tantangan dapat diatasi, dapat dimitigasi, dan dapat dikelola agar bisa terus maju dan mencapai misi transisi energi," imbuhnya.

 

2 dari 5 halaman

100% Elektrifikasi

 

Direktur World Bank untuk Indonesia dan Timor Leste Carolyn Turk mengatakan, Bank Dinia siap mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai 100 persen elektrifikasi dan percepatan EBT.

Pendanaan ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara investasi jaringan yang dibutuhkan dengan permintaan listrik yang besar, khususnya wilayah di kepulauan bagian timur. “World Bank siap mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai 100 persen elektrifikasi. Tingkat elektrifikasi rumah tangga yang lebih besar, khususnya di Kepulauan Bagian Timur, akan memberikan peluang ekonomi tambahan, terutama bagi perempuan," kata Turk.

Tak hanya elektrifikasi, Turk juga menyebut pendanaan program ISLE-1 juga diperuntukkan untuk mendukung pengembangan EBT di Indonesia.

"Investasi pada energi terbarukan yang penting untuk menjadikan sektor ini berada pada jalur yang lebih efisien dan berkelanjutan sekaligus meningkatkan keterjangkauan dan keandalan," pungkasnya.

3 dari 5 halaman

Jurus PLN Masuk Top Fortune Global 500

Sebelumnya, PT PLN Indonesia Power mempersiapkan transformasi 2.0 untuk mendukung akselerasi menjadi perusahaan berskala global, dengan mengoptimalkan beragam asetnya dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Utama PT PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, Transformasi PLN merubah aksi korporasinya, salah satunya dengan membentuk Subholding Generation Company PLN Indonesia Power, dengan status yang disandangnya maka PLN Indonesia Power harus mengembangkan asetnya.

"Kami sekarang memiliki aset dan harus mengembangkan aset tersebut terutama pengembangan pembangkit-pembangkit," kata Edwin.

Edwin melajutkan, PLN telah mengubah visi yang sebelumnya menjadi perusahaan terbesar se-Asia Tenggara kini ditargetkan masuk dalam Top Fortune Global 500, sebagai bagian dari subholding PLN Indonesia Power harus berkontribusi dalam mencapai visi tersebut.

"PLN Indonesia Power akan mendukung visi PLN untuk mencapai Top Fortune Global 500, untuk menuju kesana bagaimana menambah revenue tetapi cost harus ditekan," tutur Edwin.

Menurut Edwin, PLN Indonesia Power telah pun menghadapai tantangan transisi energi dan mencapai Net Zero Emission pada 2026, dengan mengoptimalkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan EBT.

4 dari 5 halaman

Tranformasi

Untuk menjawab tantangan dan mencapai tujuan tersebut, PLN Indonesia Power melakukan tranformasi dengan melakukan mengoptimalkan peran anak usahanya dengan melakukan rebranding.

Ada tiga anak usaha yang dilakukan rebranding, yaitu Cogindo Daya Bersama menjadi PLN Indonesia Power Services, Putra Indo Tenaga menjadi PLN Indonesia Power Renewables, dan Indo Tenaga Hijau menjadi PLN Indonesia Geothermal.

"Rebranding tiga anak usaha ini menjadi langkah PLN Indonesia Power dalam menjawab tantangan kedepan, sehingga apa yang diharapkan PLN menuju perusahaan Top Fortune Global 500," tuturnya.

Edwin mengungkapkan, rebranding ini berbasis pada masa depan yang fokusnya Net Zerro Emission, sehingga pengembangan EBT sangat dikedepankan, baik dari pengoperasian hingga pemeliharaan pembangkit.

5 dari 5 halaman

Pengembangan Bisnis

Hal ini pun diterapkan pada anak usaha yang bergerak pada bisnis pemeliharan PLN Indonesia Power Services.Perusahaan tersebut berfokus pada pengembangan bisnis solusi bidang energi fosil dan EBT, meliputi jasa operasi, maintenance, suplai energi, repair dan overhaul untuk seluruh fasilitas energi baik pembangkit dan nonpembangkit serta ekspansi bisnis dengan agresif di global.

"Fokus Cognindo yang selama ini berorientasi pada pemeliharaan pembangkit berenergi fosil mulai mengembangkan bisnisnya pada pembangkit EBT," jelas Edwin.

Untuk rebranding Putra Indo Tenaga menjadi PLN Indonesia Power Renewables akan membuat PLN Indonesia Power lebih optimal dalam mencari potensi EBT yang dikembangkan, sedangkan rebranding Indo Tenaga Hijau menjadi PLN Indonesia Geothermal akan membuat PLN Indonesia Power lebih fokus pada pengembangan energi panas bumi.

"Inilah babak baru perjalanan PLN Indonesia Power, menjadi leading and sustainable power company dan mendukung pencapaian masuk dalam Top Fortune Global 500," tutupnya.