Sukses

Indonesia Usul Bentuk Badan Internasional Baru Atasi Masalah Air di World Water Forum ke-10

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja menerangkan setidaknya ada 3 poin komitmen yang akan diusulkan ke dalam World Water Forum ke-10.

Liputan6.com, Jakarta - World Water Forum ke-10 akan digelar pada 18-25 Mei 2024 di Nusa Dua, Bali. Ada sejumlah usulan dari pemerintah Indonesia yang akan dibawa ke forum internasional tersebut.

Target peserta dari forum air sedunia sebanyak 30.000 orang dari berbagai negara. Sejumlah pejabat negara hingga mantan kepala negara dijadwalkan untuk hadir.

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja menerangkan setidaknya ada 3 poin komitmen yang akan diusulkan ke dalam World Water Forum. Termasuk membentuk semacam badan baru untuk mengurusi tentang pembangunan sektor air dan dampak perubahan iklim.

"Pertama, Indonesia mengusulkan untuk pembentukan untuk Center of Excellence for Water and Climate Resilience. Jadi kenapa climate and water, water and climate karena urusan air ini semakin dekat dengan urusan perubahan iklim, kita lihat banjir kemudian kita lihat kekeringan polusi dan sebagainya, too much, too dirty, too litle," ujar Endra dalam Media Briefing Kemkominfo secara virtual, Selasa (16/4/2024).

Tak berhenti di situ, kedua, Indonesia berencana mempromosikan lebih masif tentang integrasi manajemen air di pulau-pulau kecil. Endra mencatat, banyak pulau kecil ternyata kekurangan air bersih.

"Kedua, Indonesia juga mempromosikan atau mainstreaming, mengarus utamakan integrated water resources management for small island," kata dia.

"Jadi small islands ini memang biasanya langka air, dan ini negara-negara pasifik juga sangat berkepntingan karena memang juga terancam hilang dari peta dunia karena ada pengaruh perubahan iklim terutama dari sisi kenaikan muka air laut," ia menambahkan.

Ketiga, Wakil Ketua Sekretariat Panitia Nasional World Water Forum ke-10 ini juga mengusulkan adanya Hari Danau Sedunianatau World Lake Day. Dia melihat danau jadi aspek yang juga perlu diperhatikan kelestariannya. Mulai dari perannya sebanyak penyedia air baku hingga pengendali banjir alami.

"Dan ini banyak yang rusak banyak yang tercemar banyak yang bahkan hilang danau-danau di seluruh dunia termasuk di Indonesia sehingga kita perlu menyelamatkan danau-danau dari kehilangan," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rencana Antisipasi Ramah Lingkungan Buat Banjir Rob Masuk di World Water Forum

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) tengah mencari solusi yang ramah lingkungan untuk mengatasi bencana air di kawasan pesisir Indonesia. Nantinya, solusi tersebut akan diangkat dalam forum internasional.

Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air Kemenko Marves, Lukijanto mengatakan salah satunya adalah konsep Natural Based Solution (NBS) dalam mencegah bencana di kawasan pesisir seperti banjir rob. Untuk itu, pihaknya menggandeng pakar dari Belanda sebagai negara yang lebih dulu memiliki pengalaman.

"Salah satunya nanti akan jadi deliverables di World Water Forum ke-10, mudah-mudahan bisa diakomodir dalam kesepakatan," ucap Lukijanto usai diskusi di Hotel ShangRi-La, Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Perlu diketahui, Kemenko Marves bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menggelar workshop bersama para pakar dari Belanda. Dalam diskusi tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Lukijanto menuturkan, konsep NBS tadi akan diikuti dengan model pembangunan infrastruktur yang ramah air (blue infrastructure). Nantinya, ini juga masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.

"Dan memperoleh alternatif usulan dan menyetujui rencana untuk memasukkan NBS sebagai salah satu Concrete Deliverables dalam World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan diselenggarakan pada Mei 2024 di Bali," urainya.

"Secara khusus, konsep dan rencana aksi infrastruktur biru dengan solusi berbasis alam dapat dimasukkan sebagai lampiran deklarasi menteri dalam bentuk ringkasan tindakan," ia menambahkan.

 

3 dari 4 halaman

Susun Strategi

Kendati masih jadi konsep baru di Indonesia, Lukijanto mengatakan pihaknya masih perlu mengidentifikasi berbagai masalah yang akan dihadapi. Termasuk mencari jalan keluar atas hambatan-hambatan yang kemungkinan besar ditemui di Indonesia.

"Mengingat pentingnya mengintegrasikan NBS ke dalam perencanaan nasional dan mendukung Hasil Konkrit untuk Forum Air Dunia ke-10, maka penting untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi NBS, termasuk terbatasnya pemahaman, kapasitas teknis, dan tantangan pendanaan," ujarnya.

"Lokakarya ini bertujuan untuk memperdalam diskusi mengenai pendekatan, strategi, dan arah kebijakan dalam implementasi NBS untuk manajemen risiko bencana terkait air dan untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk kolaborasi nyata antara Indonesia dan Belanda," tambah dia.

 

4 dari 4 halaman

Blue Infrastructure

Sementara itu, berbicara konsep blue infrastructure, Lukijanto mengatakan basisnya adalah mendirikan bangunan yang ramah air. Alhasil, akan mampu memenuhi kebutuhan air dari masyarakat di wilayah pesisir.

"Rancangan infrastruktur biru memberikan cara yang ekonomis dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pesisir akan infrastruktur yang tahan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam," kata dia.

Dia menjelaskan, Blue Infrastructure merupakan pendekatan baru yang mengintegrasikan solusi berbasis alam untuk keamanan sumber daya air, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil. Utamanya, memperhatikan aspek berkelanjutan, untuk meningkatkan ekosistem pesisir dan perekonomian masyarakat pesisir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.