Sukses

Terungkap, Begini Sikap Jokowi soal Konflik Iran vs Israel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait konflik Iran dan Israel.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait konflik Iran dan Israel.

Airlangga menyebut, Presiden Jokowi meminta negara-negara yang terlibat pertikaian untuk menahan diri guna menghindari peningkatan konflik lebih lanjut.

"Bapak presiden (Jokowi) minta untuk mengendalikan diri dalam terutama negara-negara yang bertikai di Timur Tengah," ujar Airlangga dalam acara Halal Bihalal Media di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4).

Presiden Jokowi menilai, saat ini kondisi perekonomian dunia masih dalam kondisi yang baik-baik saja setelah terdampak konflik Rusia dan Ukraina. Terbaru konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, Palestina.

"Dan kita belum selesai dari global shock, perang Ukraine masih ada, Israel Gaza masih ada. Kemudian di Laut Merah," ujar Airlangga.

Pemerintah sendiri terus mencari solusi untuk mencegah dampak buruk konflik Iran dan Israel terhadap perekonomian Indonesia. Airlangga berharap konflik antara Iran dan Israel dapat segera diredam agar tidak menggangu perekonomian dunia maupun Indonesia.

"Kami berharap terjadi eskalasi. Namun sebagai kantor yang bertanggung jawab di bidang perekonomian kita harus mempersiapkan terhadap berbagai shock," tegas Airlangga.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji memprediksi anggaran subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) akan  naik menjadi Rp 249,86 triliun dari asumsi APBN 2024 sekitar Rp160,91 triliun.

Proyeksi kenaikan subsidi BBM ini seiring meningkatnya harga minyak mentah akibat konflik Iran dan Israel.

Asumsi kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi BBM ini mempertimbangkan pada harga jual minyak mentah di Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) USD 100 per barel dan asumsi kurs Rp15.900 per USD.

Bahkan, anggaran subsidi dan kompensasi BBM bisa membengkak menjadi Rp 287,24 triliun dari asumsi APBN 2024 sekitar Rp160,91 triliun.

Proyeksi kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi BBM ini mempertimbangkan pada harga jual minyak mentah di Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) USD 110 per barel dan asumsi kurs Rp15.900 per USD.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Iran Vs Israel, Harga Minyak Siap-Siap Tembus USD 100 per Barel

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, memproyeksikan Indonesian Crude Oil Price akan mengalami tekanan imbas dari konflik antara Iran dengan Israel.

Menurutnya, konflik tersebut berpotensi dapat mendorong ICP naik dikisaran USD 5 - 10 per barel. Sehingga, kemungkinan potensi harga minyak ICP tembus USD 100 per barel bisa terjadi.

"Jadi, ini masih pendapat dan kajian dari kami. Jadi, kalau harga minyak (ICP) dugaan kami akan ada tekanan untuk naik dan tekanan untuk naik itu diwujudkan dalam premium resiko itu kalau menurut pendapat kami 5-10 USD per barel. Jadi, kalau sekarang kan USD 90 per barel,jadi kalau menurut kami memang untuk naik mendekati USD 100 per barel kayaknya bisa terjadi," kata Tutuka saat ditemui usai menghadiri Halalbihalal di Kementerian ESDM, Selasa (16/4/2024).

Sebagai informasi, berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, ICP per 12 April 2024 sebesar 89,51 dolar AS per barel. Tercatat sebelum adanya serangan Iran terhadap Israel, kata Tutuka, harga minyak sudah mengalami peningkatan kurang lebih USD 5 per barel tiap bulannya.

 

3 dari 3 halaman

Impor Minyak

Lebih lanjut, Tutuka menjelaskan, Indonesia sendiri memang masih impor minyak mentah dan BBM. Dengan demikian, jika harga minyak mentah dunia meningkat maka akan berdampak pada harga impor minyak dan BBM itu sendiri.

"Kan kita impor crude sama impor BBM. Otomatis kalau impor crude pasti naik kan, BBM akhirnya naik juga. Kita impor BBM itu sebagian besar dari Singapura dan Malaysia. Itu yang sedang disimulasikan, kita minta Pertamina untuk mensimulasikan akibatnya apa," jelasnya.

Naik dan Turun LagiKendati ICP diproyeksikan akan naik, namun diproyeksikan akan turun lagi. Hal itu dilihat dari tensi konflik antara Iran dengan Israel. Jika terus memanas maka dampaknya terhadap kenaikan harga ICP tak akan terbendung lagi.

"Tapi kalau menurut saya kenaikan itu kemungkinan spike terus turun lagi, tapi kita tidak boleh lengah, karena dalam kondisi seperti ini sedikit saja salah bisa jadi besar, itu yang tidak bisa kita semua negara-negara manapun juga bisa mengkondisikan semua berjalan lancar karena ada mistake dan accident saja bisa timbul, jadi kita mesti siap-sipa kemungkinan terburuk," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.